http://www.kompas.com/kompas-cetak/0505/04/opini/1726443.htm
Cukup adalah Cukup! Oleh Franz Magnis-Suseno KAMI ribuan pejabat struktural di perguruan-perguruan tinggi di Tanah Air, sudah biasa dengan banyak susah. Seperti kerbau, apa pun yang diletakkan di pundak kami oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), ya kami jalankan. Namun, pekan lalu, minimal pada saya, batas tahan sakit sudah mencapai puncak. Dan setelah diyakinkan rekan-rekan saya bahwa reaksi pertama saya, mengamuk, kurang nJawani, saya dengan ini mengajak rekan-rekan seperguruan maupun Dikti Depdiknas untuk refleksi bersama. 81 tabel data Apa yang terjadi? Tanggal 15 April lalu tempat kami (Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara) menerima sebuah CD dari Dikti (dalam "kerja sama dengan Direktorat Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Indonesia", Surat Edaran No 281/D1/T/2005) yang "mohon kerja sama" kami "untuk melengkapi" "data-data akademik dan Penunjang Akademik Perguruan Tinggi" kami. Yang diminta "dilengkapi" adalah 79 (kenyataannya pada surat ada 81 surat) tabel yang menyangkut segala segi penyelenggaraan tiap program studi, dengan data-data tiap tahun, tahun 1996 sampai 2004! Masing-masing tabel terdiri atas 11 sampai 27 kolom. Katakan seluruhnya sekitar 1.580 kolom. Mengingat kode dan cara pengisian sama sekali baru (terima kasih UI!), untuk masing-masing dari 1.580 kolom disediakan penjelasan sepanjang dua sampai enam baris. Sesudah dipelajari, kolom yang bersangkutan diharapkan diisi. Jumlah baris pada tiap kolom tergantung jumlah satuan pada masing-masing tahun. Misalnya 200 baris jika itulah jumlah mahasiswa pada tahun itu. Umpamanya rata-rata 50 baris (saya tidak menghitungnya), maka yang harus dicek/diisi adalah 79 (tabel) kali delapan (tahun) kali 20 (kolom) kali (rata-rata) 50 (baris), sama dengan 632.000 fields yang kebanyakan harus diisi manual (jika ternyata rata-rata hanya 20 baris jumlah fields, jumlah fields menjadi "hanya" 158.000. Ya ampun! Jiwa yang menderita bertanya, "Buat apa itu semua?" Adakah rasionalitas dalam permintaan ini? Bukankah kami, perguruan-perguruan tinggi Indonesia, sudah terus diminta mengisi segala macam laporan, evaluasi diri, barang, portofolio, semuanya dengan lampiran, selalu tentang hal yang sama tetapi dengan kode, urutan, logika yang berbeda. Setiap semester kami harus kirim laporan. Apakah ini tidak cukup? Padahal sering terjadi, seperti akhir tahun lalu, karena Dikti mengubah sistem, kami harus mengirim laporan sekali lagi, untuk empat semester terakhir. Belum lagi BAN. Maaf Pak. Anda di Dikti pasti bermaksud baik. Tetapi coba, mbok dilihat dari sudut kami. Yang menjalankan perguruan tinggi 'kan kami. Kami mempunyai pekerjaan sendiri, tidak bisa afford setiap beberapa bulan dilumpuhkan dengan battle cry, "Deadline Evaluasi". Tempat saya, sebuah perguruan tinggi kecil, tidak mahal, tidak luks, dengan budget pas-pasan, gaji biasa, administrasi akademik yang mampu melaksanakan tugasnya, dengan perpustakaan yang baik, berusaha dengan susah-payah memberi pelayanan bermutu (meski jelas masih banyak kekurangan) (dan, mau saya tambah, selama 35 tahun kami belum pernah dipersulit oleh Dikti/Kopertis). Namun, sekitar setengah tenaga kerja administratif kami kini habis dengan mengisi laporan, angket dan sebagainya. Bagaimana kami bisa bekerja dengan tenang? Program Pasca Sarjana yang saya pimpin pada lima tahun terkahir, mengirim 16 laporan ke pelbagai instansi di lingkungan Dikti. Setiap kali ada laporan lagi, kami mempermaklumkan keadaan darurat, Ketua, Ketua Prodi (dan Direktor Pasca) terpaksa mengesampingkan pekerjaan lain. Ya konterproduktif, ta? Mengherankan Sebenarnya cukup banyak alasan untuk merasa heran. Ambil tabel berjudul Data Gaji Pertama Lulusan. Untuk tiap-tiap dari delapan tahun, kami disuruh mengisi gaji pertama para lulusan, di bawah Rp 500,000, Rp 500.001-Rp 750.000, Rp 750.001-Rp 1.000.000, Rp 1.000.001-Rp 1.250.000, dan di atas Rp 1.250.000. Coba bayangkan pekerjaan sekretariat kami jika setiap (dari, misalnya, 200) lulusan harus diuber-uber untuk mendapat informasi itu. Apakah itu tugas perguruan tinggi? Apalagi, bukankah permintaan ini mengandaikan pelanggaran hak privacy? Lha kepripun? Maaf, adakah big business yang terlibat? UI tentu tidak mengerjakan 79 tabel dengan sekitar 1.500 penjelasan hanya demi pencerdasan bangsa. Baru saja kami menerima brosur undangan lain lagi, "workshop nasional program simulasi penilaian program studi S1 berdasarkan instrumen BAN-PT" selama tiga hari dengan bayaran Rp 5 juta per orang, ditawarkan oleh "Cipta Komunika". Pekan lalu, Prodi S2 tempat saya (dan 299 prodi lain) menerima undangan dari Kopertis (berdasar Surat Dikti 3492/D/T/2001) untuk ikut "sosialisasi/penjelasan" tentang evaluasi status mereka, tanpa biaya. Apa ini berarti bahwa sekali lagi izin penyelenggaraan prodi-prodi kami mau dipersoalkan? Evaluasi lagi, evaluasi lagi! Sebuah usul Saya mengajukan usulan. Pertama, 79 tabel itu kita lupakan saja. Kita biarkan beristirahat dalam damai. Dan hal laporan/evaluasi diri dan sebagainya ditata kembali. Cara menatanya begini, setiap program studi tetap mengirim laporannya tiap semester. Tetapi tak pernah lagi ada laporan ke belakang. Selain itu akreditasi oleh BAN jalan terus. Setiap prodi yang mendapat akreditasi, dengan peringkat apa pun, dengan sendirinya berhak diselenggarakan terus (tak ada dasar rasional apa pun untuk memasalahkan prodi yang sudah terakreditasi oleh badan yang khusus diciptakan untuk itu). Perguruan tinggi yang tidak memperoleh akreditasi, harus secara berkala (tiap tiga tahun?) membaharui izin penyelenggaraan. Franz Magnis-Suseno Direktur Program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/