Refleksi : Dahlan benar! Persuhaan Lilin Negara (PLN) tidak mungkin memenuhi 
target yang ditentukan untuk perusahaan listrik.

http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=135906

[ Selasa, 25 Mei 2010 ] 

Dahlan Iskan: Target yang Bisa Bikin Bunuh Diri 


Target PLN Atasi Krisis Tak Tercapai. Itulah judul berita di harian Kompas, 
Rabu 19 Mei lalu. Di Ambon sejumlah orang demo di kantor PLN dengan alasan PLN 
gagal memenuhi target mengatasi krisis listrik setempat. Kapan sih target itu 
sebenarnya?

Menko Ekuin sering menegaskan: tahun 2010 ini. Artinya, sebenarnya, masih ada 
waktu tujuh bulan lagi untuk mengatakan "target tidak tercapai". Presiden SBY 
pernah menegaskan: Oktober tahun 2010 ini. Itu berarti masih ada waktu lima 
bulan. 

Saya, sebagai CEO PLN, berkali-kali menegaskan: 30 Juni 2010. Artinya, masih 
ada waktu sebulan lebih lagi untuk dikatakan "gagal mencapai target". Mungkin, 
pendemo di Ambon itu mempunyai target sendiri. Barangkali, target mereka adalah 
pada hari mereka berdemo itu. Kompas mungkin juga punya target sendiri: tanggal 
19 Mei 2010 itu. So what! 

Intinya, sebenarnya bukan soal kapan target mengatasi krisis listrik itu. 
Intinya adalah: orang sudah tidak percaya bahwa PLN akan bisa mengatasi krisis 
yang sudah sangat berat dan menahun itu! Ummul mas'alah-nya adalah no trust at 
all. 

Jangankan orang luar, banyak orang dalam PLN sendiri yang sudah kehilangan 
kepercayaan diri. Sudah seperti si pincang di depan si lumpuh. Betapa banyak 
SMS yang saya terima dari kalangan PLN sendiri yang isinya meragukan bahwa kita 
mampu mencapai target itu. Bahkan, ada SMS dari kalangan PLN sendiri yang 
langsung berkesimpulan: PLN bunuh diri!

Maka, di samping bekerja keras mengatasi krisis listrik di seluruh penjuru 
Nusantara, pimpinan PLN harus bekerja keras mengatasi hilangnya rasa percaya 
diri di kalangan sendiri. Tapi, syukurlah. Masih terlalu banyak manajer PLN 
yang punya nyali. Mereka ini menyadari bahwa kekalahan perang sering bukan 
karena kalah amunisi, tapi karena hilangnya kepercayaan diri. 

Saya melihat sendiri bagaimana para kepala divisi dan staf ahli di direktorat 
Indonesia Barat dan Timur memobilisasi kemampuan yang ada. Saya melihat 
bagaimana para manajer di kota-kota dan kabupaten krisis itu membuktikan diri. 
Kalau dilihat dari kacamata dan sudut pandang Jakarta, memang rasanya mustahil 
mereka bisa mengatasi persoalan yang begitu berat. Tapi, "Purwodadi kuthane, 
sing dadi nyatane". Yang penting kenyataannya.

Secara bertahap, tim PLN itu ternyata bisa menyelesaikan krisis di Medan yang 
begitu parah, yang masyarakatnya sudah sering demo dan mengancam. Manajemen PLN 
juga bisa menyelesaikan krisis di Tanjungpinang yang masyarakatnya sudah begitu 
marah sampai-sampai pernah menjemur manajer PLN yang ada di sana. Di tempat 
lain, tim PLN bisa menyelesaikan krisis di Makassar, Bali, Kaltim, Kendari, dan 
banyak lagi. Bahkan, Ambon pun dua minggu yang lalu sudah teratasi. Rasanya 
seperti hil yang mustahal bahwa krisis listrik di Ambon bisa diatasi justru 
sebelum target waktu terlewati.

Sampai tanggal 30 Mei 2010 nanti, praktis tinggal dua wilayah yang masih 
krisis: Palu dan Lombok. Persoalan pada dua-duanya luar biasa besar. Juga luar 
biasa sulit mengatasinya. Nasib dua daerah itu begitu jelek sehingga sulit 
sekali mencarikan jalan keluarnya. 

Akankah dua daerah itu menjadi lambang kegagalan penyelesaian krisis listrik 
Indonesia? Bagaimana menyelesaikannya? Mungkinkah dua daerah tersebut akan 
menjadi ibarat "nila dua titik merusak susu berbela­nga-belanga"? Dengan sisa 
waktu yang tersedia, masih sempatkah berbuat banyak? Bukankah waktunya tinggal 
satu bulan? Bisakah dalam waktu sebulan persoalan luar biasa besar teratasi? 
Sulapan macam apa yang akan dilakukan? 

Ibarat drama, Palu dan Lombok itu akan jadi adegan yang sangat menegangkan. 
Ibarat pertandingan sepak bola, posisi PLN masih tertinggal 0-2, padahal waktu 
pertandingan tinggal 2 menit. 

Sebuah pertaruhan yang memang bisa berarti bunuh diri! (*)

Dahlan Iskan, Dirut PLN

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke