Sabtu, 8 Agustus 2009 | 14:54 WIB

MAGETAN, KOMPAS.com — Dua anak yang masih duduk di kelas III dan kelas VI SD 
Muhammadiyah I Magetan melarikan diri dari rumahnya di Perumahan KPR Asabri I 
Magetan, Jumat (7/8). Keduanya mengaku tak tahan dengan siksaan ibu tiri mereka 
yang dinikahi ayah kandung mereka, Bambang Suryono, sekitar tiga tahun lalu.

Kedua anak itu masing-masing Firda Ramadanti (11) yang duduk di kelas VI dan 
adiknya Farisa (8) kelas III sekolah tersebut. Saat diperiksa petugas 
Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Magetan, keduanya tampak masih 
trauma dan hanya terdiam saat ditanya petugas.

Untuk memastikan adanya tindak kekerasan tersebut, kedua anak itu divisum di 
RSUD dr Sayyidiman Magetan. Hal itu dimaksudkan untuk mengetahui penyebab 
sejumlah bekas luka yang tampak di kening, telinga, dahi, dan bibir Firda 
Ramadanti yang diduga bekas siksaan ibu tirinya, YS (35), yang juga salah satu 
guru di Magetan.

Di depan petugas, Firda Ramadanti mengaku selama ini selalu disiksa ibu 
tirinya. Hal itulah yang menyebabkan adiknya, Farisa, melarikan diri ke rumah 
neneknya.

Menurut Firda, kasus kekerasan yang dialaminya bersama adiknya cukup lama, 
tetapi baru ketahuan pada Jumat (7/8) pagi sekitar pukul 09.00. Terbongkarnya 
kasus itu berawal sejak pukul 06.30. Saat itu, Firda menjadi sasaran amukan ibu 
tirinya, setelah mengetahui bahwa anak kandungnya yang baru berusia 1,5 tahun 
menangis keras saat Firda hendak berangkat sekolah.

Pagi itu Firda langsung dipukuli ibu tirinya hingga babak belur. “Saya sering 
diminta untuk mengepel, mencuci, dan momong adik. Kalau enggak benar, saya 
selalu disiksa,” terangnya.

Hal yang sama diungkapkan mantan wali kelas Firda saat duduk di kelas III SD 
Muhammadiyah 1 Magetan yang enggan disebutkan namanya. Menurut dia, jika di 
kelas III dulu Firda selalu terbuka dan banyak bercerita, sejak masuk ke kelas 
VI ini, Firda mulai sangat tertutup dan kerap kali masuk ke sekolah pukul 
08.00. Padahal, waktu masuk sekolah pukul 07.00.

“Kalau ditanya guru kenapa terlambat, Firda selalu menjawab, ya disuruh ngepel, 
menyapu, dan mencuci pakaian dan piring. Keterlambatan sekolah bukan hanya pada 
hari biasa, tetapi juga saat ujian. Ia pernah baru datang ke sekolah pukul 
09.00,” ungkapnya.

Selain itu, ibu guru ini juga menjelaskan, sejak naik ke kelas IV hingga kelas 
VI, prestasi sekolah Firda menurun. Jika dari kelas I hingga kelas III selalu 
mendapatkan ranking 3 besar, sejak kelas IV - VI Firda sudah tak pernah 
mendapatkan ranking sama sekali.

“Ya, prestasinya menurun drastis. Kalau ditanya persoalan apa yang dihadapi, 
dia hanya diam,” papar guru yang turut menjenguk siswanya saat diperiksa 
petugas PPA Polres Magetan, kemarin.

Kapolres Magetan AKBP Jakob Prajogo yang dikonfirmasi menjelaskan, berdasarkan 
hasil visum, bisa dipastikan bahwa Firda mengalami penyiksaan. Hal itu terlihat 
dari bekas luka di sekujur tubuhnya.

“Kalau unsur KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) yang dilakukan ibu tiri korban 
sudah memenuhi. Akan tetapi, kami masih harus mencari bukti-bukti tambahan 
lainnya. Sebab, kekerasan yang dialami korban tampaknya tidak hanya secara 
fisik, tetapi juga secara psikologis,” ungkapnya.

Kapolres berjanji akan segera memeriksa YS jika pihaknya sudah mendapatkan 
keterangan dari pihak tim ahli dari dinas sosial dan psikiater. “Secepatnya 
kami akan periksa ibu tirinya tersebut." 

(st14)

http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/08/08/14544379/disiksa.ibu.tiri.dua.bocah.lapor.polisi
http://herilatief.wordpress.com/
http://akarrumputliar.wordpress.com/
http://sastrapembebasan.wordpress.com/





      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke