----- Original Message -----
Subject: Ketika Prajogo Mantu
Date: Fri, 29 Feb 2008 7:55:06
From: cici marsiana 
 
Bapak2 lihat : Rakyat Porong hidup ditengah lumpur , 
sedang yang punya LAPINDO hidup ditengah kemewahan 
bersama-sama konglomerat yang kita tahu bagaimana cara mereka cari 
kekayaanya. Hidup dalam extravaganza dengan gelimang pesta dan aroma 
cinta.Seakan dunia diciptakan untuk mereka miliki dan nikmati dengan 
kelompoknya semata ( edited and fwd by Tjuk KS ) 

Ketika Prajogo Mantu 

Tiga menteri dan ratusan pengusaha kakap hadir di Singapura. Total 
aset mereka satu triliun dolar, ujar seorang konglomerat. Ada 
berlian 100 karat seharga 35 juta dolar. LAGU Popsicle Toes dari 
penyanyi smooth jazz Michael Franks mengalun lamat-lamat. Suara 
lembut itu akhirnya terbenam dalam riuhnya percakapan sekitar 600 
hadirin yang mengisi penuh semua kursi dalam formasi meja bundar di 
Ballroom Hotel The Ritz-Carlton Millennia, Singapura. Sabtu malam 
dua pekan lalu itu, mereka datang di pesta perkawinan putri taipan 
Prajogo Pangestu, Nancy , yang dipersunting pria Prancis, Nicolas 
Tabardel. 

Sebuah big-band tiba-tiba menghentakkan musik pembuka acara. Sorot 
lampu benderang di panggung lalu terfokus pada para 
musikusnya�sejumlah pria bule. Hadirin terkesiap, lalu memberi 
aplaus ketika master of ceremony membuka perhelatan megah dengan 
sejumlah kristal raksasa yang menggantung di atap ruang pesta itu. 
Di tengah setiap meja terpajang tonggak warna emas dan perak 
berhiaskan lilin dan kembang sedap malam. 

Salad lobster, sup porcini, daging wagyu kelas satu, yang diselipi 
jamur dan tomat, disajikan berurutan dalam cara hidang rijstafel. 
Pesta bernuansa Barat dalam suasana Imlek itu�banyak perempuan 
yang mengenakan busana cheongsam�diselingi toast para tamu. "Untuk 
kebahagiaan mempelai berdua, mari kita bersulang... ," teriak sang 
pembawa acara. Lalu, triiing... gelas-gelas berisi anggur kelas 
wahid Dom Perignon saling beradu. Hadirin bertepuk-tangan. 

Glamor di seberang Teluk Singapura ini hanya bisa tertandingi oleh 
kenduri perkawinan berlian Liem Sioe Liong atau Sudono Salim. Pria 
kelahiran Fukien, Cina, hampir 92 tahun silam ini adalah pendiri 
kerajaan bisnis Grup Salim, yang pernah berpuluh tahun bertengger di 
puncak tangga orang terkaya di Indonesia. Om Liem merayakan pesta 
usia perkawinannya yang ke-60 itu di Shangri-La Island Ballroom, 
Hotel Shangri-La, di kawasan mentereng Orchard Road , Singapura, 
April 2004. 

Saat itu hadirin betul-betul mendapat perlakuan istimewa. 
Mereka�umumnya saudagar besar dan bekas pejabat era Orde 
Baru�dijemput khusus dengan pesawat Singapore Airlines. Tampak 
mantan Menteri Penerangan Harmoko, eks Menteri Sekretaris Negara 
Moerdiono, bekas Menteri Transmigrasi Siswono Yudhohusodo, dan 
mantan Ketua DPR Akbar Tandjung. Ratusan pebisnis yang namanya 
berkibar belakangan setelah Soeharto lengser ikutan hadir, semisal 
Harry Tanoesoedibjo dari Bhakti Investama dan Chaerul Tanjung, bos 
Bank Mega dan Trans TV (Tempo, 25 April 2004). lll 


Prajogo Pangestu, 64 tahun, menyambut tetamunya dengan berpidato 
memakai teks dalam bahasa Indonesia aksen Mandarin. Bos Barito 
Pacific yang dalam dua tahun terakhir namanya masuk daftar majalah 
Forbes Asia, sebagai 20 besar orang terkaya di Indonesia ini 
menyinggung sebuah kisah lama, saat si kecil Nancy dilepas belajar 
ke Singapura meski belum genap berusia empat tahun. Mata Nancy 
berkaca-kaca. Nicolas lalu didaulat menyanyikan My Way, yang biasa 
dilantunkan oleh Frank Sinatra. 
 

Daya pikat pesta tak sebatas lagu-lagu nostalgia, kristal, semerbak 
bunga dan kaviar hitam dari Laut Kaspia, tapi juga pada seonggok 
benda gemerlap yang menggelayut di dada istri Prajogo, Herlina 
Tjandinegara. Tengoklah liontin putih yang terus-menerus 
berkilau "mengganggu" pandangan mata itu. Ups! ternyata berlian 
super-langka seberat 100 karat, sebesar jempol kaki orang dewasa, 
salah satu yang terbesar di dunia yang, konon, dibeli pada 1990 di 
Amerika. "Ini memang investasi saya," kata Prajogo. Harganya? Sang 
taipan hanya tersenyum. Tapi ada yang menaksir "cuma" US$ 35 juta 
atau sekitar Rp 300 miliar. 
Tak berlebihan kalau ada yang berbisik bahwa inilah pesta taipan 
terbesar di awal Tahun Tikus. Tengoklah pula tamu-tamu yang hadir di 
sana . Di meja sentral, yang berseberangan dengan tempat sahibul 
hajat, duduk Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat 
Aburizal "Ical" Bakrie, Menteri Perdagangan Mari E. Pangestu dan 
Menteri Kehutanan M.S. Ka'ban. Bersama bekas Menteri BUMN Tanri 
Abeng, mereka mengapit Madame Ho Ching, CEO Temasek Holdings, yang 
juga istri PM Singapura Lee Hsien Loong. 
 

Sang Madame yang tahun lalu dijuluki majalah Time sebagai satu dari 
100 orang berpengaruh di dunia, rupanya betah duduk hampir lima jam 
hingga acara usai. "Pestanya luar biasa dan menyenangkan bisa 
bertemu banyak orang," kata Ho Ching. Semula ia bakal disandingkan 
dengan mantan Presiden Megawati dan Taufik Kiemas, namun mendadak 
Taufik kurang sehat sehingga batal hadir. Ia mengirim putrinya, Puan 
Maharani. Sedangkan Wakil Presiden Jusuf Kalla "mengutus" 
kerabatnya, Aksa Mahmud, bos Bosowa Grup. Solihin Kalla, putra JK, 
ikut pula meramaikan pesta. 
 

Ratusan pengusaha terkemuka juga hadir. Dua konglomerat yang 
moncreng dan menjadi andalan di masa Orde Baru, Sudwikatmono dan 
Ibrahim Risjad, tampak hadir hingga acara usai. Keduanya bersama 
Liem Sioe Liong dan Djuhar Sutanto dijuluki The Gang of Four. 
Sayang, Om Liem batal hadir. "Karena flu berat," kata seorang 
panitia. Bos besar yang berpuluh tahun menjadi orang terkaya di 
Tanah Air itu diwakili putranya, Anthony Salim, CEO Salim Grup. Di 
kursi para taipan kawakan ini bergabung pula William Soeryadjaya, 
yang mulai uzur dan menggunakan kursi roda. 
 

Nama-nama beken yang akrab menghiasi majalah Fortune dan Forbes juga 
tampak. Ada keluarga grup Sinar Mas, Djarum (Budi Hartono), 
Sampoerna, Raja Garuda Mas (Sukanto Tanoto), Wings (Eddy William 
Katuari), Berca (Murdaya Po dan Hartati Murdaya), Mukmin Ali 
Gunawan, bos Panin Bank, Sugianto Kusuma atau Aguan, bos Artha Graha 
Grup, bahkan chairman Charoen Pokphand, Summet Jiaravanon. Dari bos 
media tampak Chaerul Tanjung (Trans TV), Surya Paloh (Metro TV), 
Peter F. Gontha (Q TV). "Saya datang karena Prajogo memang hopeng 
(kawan) sejak lama," kata Peter. 
 

Seorang taipan lalu berbisik, kalau ditotal, ini adalah pesta 
saudagar besar yang mempunyai aset senilai satu triliun 
dolar�kalau dikurskan ke rupiah menjadi lebih dari Rp 9.000 
triliun! Nilai ini hampir setara dengan 12 kali APBN kita atau 
sekitar 3.000 kali pendapatan asli daerah terkaya di Indonesia , 
Kabupaten Kutai Kertanegara. Tanri Abeng, bekas CEO Bakrie Brothers, 
ikut mengangguk. Maka itulah, "Wah, kalau terjadi sesuatu di sini, 
kita bisa repot hehe," kata Tanri. 
 

Coba saja dikalkulasi. Temasek, perusahaan investasi milik Negeri 
Singa itu, beraset sedikitnya US$ 100 miliar (namun ada versi lain 
yang menghitung kekayaan sebenarnya lima kali lipatnya). Merekalah 
sang empunya Singapore Airlines, dan memutar US$ 11 miliar uangnya 
di Jakarta , di antaranya untuk memborong saham Bank Danamon dan 
Bank Internasional Indonesia. Ho Ching, 54 tahun, tampak terus-
menerus ditempel dan berbisik-bisik dengan Tanri, Anthony, dan 
Sofjan Wanandi, bos Grup Gemala. 
 

Lalu Ical jangan dilupakan. Ia datang khusus dengan pesawat jet 
pribadi. Anggap saja Pak Menko, juragan Kelompok Bakrie, bekas 
saudagar besar pribumi yang tahun lalu namanya bercokol sebagai 
orang terkaya nomor wahid di republik ini. Belum lagi Anthony, 
Sukanto Tanoto (dua tahun lalu dinobatkan majalah Forbes Asia 
sebagai taipan terkaya Indonesia ), Budi Hartono, dan beratus nama 
besar lainnya yang tak bisa disebutkan di sini. 
Para taipan itu seperti hendak "membenamkan" Singapura. Tengok saja 
lobi Hotel Ritz-Carlton, Grand Hyatt, Mandarin, juga Shangri-La, 
ramai dengan tegur sapa para taipan dari Jakarta . Prajogo, selain 
menyiapkan tiket Singapore Airlines kelas bisnis, juga menyediakan 
350-an kamar hotel berbintang untuk undangan tertentu. Mereka 
pulalah yang khusus diundang untuk pesta koktail, petang sebelum 
resepsi dan pemberkatan, dengan sajian kaviar hitam kelas wahid, 
sambil menenggak sampanye dan vodka diiringi lantunan Michael 
Franks, you're so brave to expose... all those... popsicle toes.... 


Wahyu Muryadi (Singapura) 




Kirim email ke