Lord Erlington: “….pemimpin yang tak melakukan kesalahan adalah pemimpin
yang tak melakukan apa-apa…”.
Kalau semua pemimpin yang salah mengambil keputusan diidentikkan dengan
penjahat, maka tersenyumlah semua penjahat....


=======================
*Sri, Kesalahan atau Kejahatan
*
Sebagai rakyat biasa, belakangan ini saya sering sakit kepala menyaksikan
siaran tentang ”pengadilan”. Apalagi ”pengadilan” yang mengusik nurani.
”Pengadilan” itu mencari ”kesalahan” dan setiap menemukan kesalahan, mereka
minta dicatat dan ditindaklanjuti. Yang ”bersalah” agar dihukum.

Vonis hukuman pun memiliki beragam motif. Tidak melulu untuk menimbulkan
efek jera atau memberi rasa keadilan. Ada vonis yang bertujuan sekadar
menjalankan tugas, menyenangkan atasan, menjalankan aspek-aspek
legalistik-formal, balas dendam, dan mempermalukan orang.

Kalau penjara semakin penuh, dan penjahat negara makin banyak ditangkap dan
tak pernah berhenti, jangan-jangan kita telah lebih banyak menangkap orang
yang ”bersalah” ketimbang yang jahat. Kita semua tentu menginginkan, dengan
demokrasi, Indonesia bisa berubah menjadi bangsa yang besar. Namun, untuk
menjadi bangsa yang besar, para elite dan pemimpinnya harus bisa membedakan
antara kesalahan dan kejahatan.

*Perubahan dan kesalahan
*
Setiap kali menghadapi perubahan, seorang pemimpin selalu menghadapi suasana
yang dilematis. Mengambil langkah A dan B, menolong atau membiarkan mati,
mengambil langkah berani yang berisiko atau mendiamkan saja.

Lord Erlington mengatakan, pemimpin yang tak melakukan kesalahan adalah
pemimpin yang tak melakukan apa-apa. Karena itu, di era perubahan ini banyak
ditemui pemimpin dan birokrat yang tak melakukan apa-apa. Serapan dana APBN
rendah, proyek yang dikerjakan yang gampang- gampang saja dan rutin. Tak ada
yang baru, apalagi terobosan (breakthrough). Hasilnya menjadi bagus: posisi
aman, jabatan terus diperpanjang atasan.

Sebaliknya, mereka yang melakukan breakthrough menghadapi risiko tinggi
sebab perubahan sering kali harus dimulai dengan penghancuran
belenggu-belenggu dan kekuasaan-kekuasaan lama. Risiko mengalami benturan,
perlawanan dan kemungkinan ”salah” atau dipersalahkan sangat besar.

Mereka justru dipecat, diganti, atau diadili. Menghadapi krisis atau
perubahan kalau tidak direspons bisa mati, tetapi kalau dihadapi dan
keputusan yang diambil salah, mati juga. Karena itu, pemimpin yang
menghadapi perubahan dan mau mengatasinya berpotensi melakukan kesalahan.
Namun, apakah kesalahan otomatis sebuah kejahatan?

Herbert Simon, ahli ekonomi-politik, penerima hadiah Nobel Ekonomi 1978,
menandaskan, ”Percuma ’mengadili’ keputusan yang sudah diambil. Apalagi bila
digunakan ’rasionalitas’, karena dalam setiap pengadilan keputusan strategis
setiap pemimpin selalu ditengarai oleh suasana keterbatasan.”

Keterbatasan itulah yang mungkin dihadapi oleh mantan Wakil Presiden M Jusuf
Kalla, mantan Gubernur Bank Indonesia Boediono, atau Menkeu Sri Mulyani
Indrawati. Keterbatasan atau ketidaklengkapan informasi, terbatasnya waktu,
banyak celah hukum, kecerdikan penjahat yang memanfaatkan situasi, lemahnya
sistem komunikasi, kesibukan para atasan, dan tentu saja keterbatasan otak
manusia.

Dengan demikian, percuma mencari-cari kesalahan pengambilan keputusan yang
diambil Sri Mulyani. Percuma mempersoalkan efek sistemik atau tidak, atau
kebijakan-kebijakan yang diambil, sementara penjahat yang melakukan
kejahatan dibiarkan menari-nari dan menikmati keuntungan. Dalam teori
bounded-rationality, Herbert Simon menegaskan, secara psikologi, manusia
pengambil keputusan hanyalah partly rational.

*Bersyukurlah
*
Selain harus mampu membedakan antara kesalahan dengan kejahatan, bangsa
Indonesia juga harus belajar melihat jauh ke depan. Seligman, Bapak
Psikologi Positif, mengatakan, ”Sumber kebahagiaan suatu bangsa sangat erat
hubungannya dengan rasa syukur dan motivasi membalas.”

Kita patut bersyukur kesalahan yang diambil Sri tidak merembet ke mana-mana.
Ini dapat berarti dari 100 keputusan yang diambilnya, 99 persen di antaranya
berujung pada hasil yang baik. Rasa syukur ini bukanlah sebuah pembenaran
terhadap sebuah kesalahan, tetapi merupakan alat untuk bertindak dan berani
menghadapi perubahan.

Rasa syukur adalah modal penting untuk mendorong optimisme. Seperti kata
Seligman, ”Manusia selalu memiliki dua jenis harapan, yaitu harapan bagus
dan harapan buruk.” Saya khawatir kalau para elite terus memperbesar
”harapan-harapan buruk”, segala optimisme yang melahirkan ”harapan-harapan
bagus” habis ditelan ”harapan-harapan buruk”.

Sebagai bangsa yang belum benar-benar kaya, kita hendaklah jangan gegabah
membuang baju hanya gara-gara sehelai benangnya lepas sehingga seakan-akan
seluruh jalinannya terburai.

Kita juga harus mulai menghentikan efek dendam keris Empu Gandring dan bukan
memelihara dendam. Kalau semua pemimpin yang salah mengambil keputusan
diidentikkan dengan penjahat, maka tersenyumlah semua penjahat....

*Rhenald Kasali *Guru Besar Manajemen Universitas Indonesia

Source:
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/20/04262490/sri.kesalahan.atau.kejahatan


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 
4. Satu email perhari: ppiindia-dig...@yahoogroups.com
5. No-email/web only: ppiindia-nom...@yahoogroups.com
6. kembali menerima email: ppiindia-nor...@yahoogroups.com
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    ppiindia-dig...@yahoogroups.com 
    ppiindia-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke