Oleh : Roy B. Efferin

Beberapa tahun yang lalu hipnotisme sempat memiliki konotasi yang
negatif. Suatu ilmu yang dianggap lebih hebat dari persuasi, suatu
teknik komunikasi yang mengandalkan pada pemahaman psikologis manusia.
Dianggap lebih hebat, karena orang awam menilai bahwa seseorang yang
dihipnotis tidak memiliki pilihan sedikitpun untuk menolak. Mereka
beranggapan bahwa hipnotis adalah absolut. Seperti bertahun-tahun
silam banyak kejahatan dengan menggunakan MO hipnotis yang disebut
gendam. Seseorang akan melakukan kontak entah dengan sentuhan, bicara
sambil melihat mata, atau apapun, dan korbannya tidak sadar sampai
seluruh uang dan barang berharganya hilang dicuri. Atau kasus Selly
yang sedang marak, bagaikan Leonardo DiCaprio dalam film Catch Me if
You Can, menipu sekian banyak orang dan banyak korbannya kemudian
mengklaim bahwa mereka telah terhipnotis Selly sehingga dengan gampang
ditipu. Demikian juga tuduhan pelecehan seksual oleh Bapak Anand
Krishna terhadap Tara dan Sum di mana pihak Tara menggunakan dalih
hipnotisme dan pencucian otak.

Belum lagi ahli hipnotis dan psikiater yang mengklaim bahwa apa yang
dilakukan oleh Selly dan Bp. Anand Krishna adalah teknik hipnotisme
yang hebat. Mereka mengklaim sebagai ‘pakar alam bawah sadar’. Suatu
alam di mana pikiran sadar tidak memahami apa yang sedang terjadi pada
bagian lain dari pikirannya sendiri. Suatu pemisahan antara pikiran
yang muncul pada kondisi jaga dan pikiran yang tidak terdeteksi oleh
pikiran jaga. Para ‘pakar’ ini juga mengklaim bahwa seluruh atau
hampir seluruh masalah bisa diselesaikan dengan mengakses alam bawah
sadar. Alam bawah sadar dikuatkan dengan berbagai macam cara termasuk
hipnotis agar potensi mereka bisa keluar. Kemudian para pakar ini
ingin kita percaya bahwa dengan hipnotisme, kita akan menjadi manusia
yang lebih baik, sukses dan semua trauma kita bisa terselesaikan. Jika
memang demikian, mengapa saya tidak pernah mendengar para pakar ini
mencapai kebahagiaan atau kedamaian? Atau tingkat yang lebih sederhana
seperti contentment dan fulfillment? Atau jika memang hipnotis bisa
membuat orang menjadi sukses, Indonesia dengan sekian banyak ahli dan
pakar hipnotis, mengapa tidak ada yang masuk dalam daftar 500 orang
terkaya di dunia? Atau membuat income per capita penduduk Indonesia
masuk dalam 10 besar dunia?

Hipnotis adalah upaya untuk memasukkan suatu ide, tingkah laku atau
kebiasaan pada seseorang tanpa melalui pikiran jaganya. Pemahaman ini
diperkenalkan oleh Sigmund Freud dan Pierre Janet. Sementara yang lain
seperti James Braid melihat bahwa hipnotisme sendiri sesungguhnya
diarahkan pada pikiran jaga. Suatu sugesti pada seseorang untuk fokus
pada satu hal saja dan melupakan hal-hal lain.

Apapun penjelasannya, mari kita telaah dari berbagai sudut pandang.
Secara etika, kita ambil contoh kasus tuduhan pelecehan seksual
terhadap Tara dan Sum. Dalam suatu wawancara di Metro Pagi, para
pelapor didampingi ibu Dewi sebagai psikiater Tara menjelaskan bahwa
Tara telah dihipnotis begitu kuatnya sehingga ia (ibu Dewi) harus
mengkarantina Tara selama tiga bulan tidak boleh bertemu siapapun.
Padahal para pelapor pun tidak pernah mengatakan bahwa Bp Anand
Krishna mengkarantina mereka selama beberapa bulan tanpa boleh bertemu
siapapun. Ibu Dewi dengan gagahnya menyatakan ia mengkarantina selama
3 bulan dan tidak diperkenankan bertemu siapapun. Jika tidak ada orang
lain yang pernah bertemu Tara selama terapi, siapa yang bisa menjamin
bahwa psikiater tersebut tidak memprogram Tara demi kepentingan
tertentu untuk mengaku telah dilecehkan? Siapa yang bisa membuktikan?
Bahkan penggunaan hipnotisme untuk terapi, yang dikenal dengan
hipnoterapi, membutuhkan kesediaan dari pasien secara penuh dan tidak
bisa dilakukan dengan paksa.

Menurut saya pribadi, satu-satunya fungsi hipnoterapi adalah untuk
mengetahui sumber penyebab gangguan kejiwaan, bukan untuk
menyelesaikan trauma. Ini pun tidak mutlak, artinya ada banyak kondisi
di mana kita tidak perlu mengetahui asal usul trauma itu tetapi bisa
langsung dicari solusinya. Hipnoterapi tidak bisa berdiri sendiri.
Hipnoterapi harus dikaitkan dengan neuroscience. Pola kebiasaan,
tingkah laku, pikiran, bahkan trauma memiliki representasi
biologisnya. Manusia memiliki tiga otak yang merupakan bagian dari
evolusinya, yaitu Batang Otak (otak reptil), lymbic (otak mamalia) dan
neo cortex (yang sebetulnya juga dimiliki oleh hewan mamalia dan
primata dalam bentuk lebih sederhana). Beberapa ahli mengatakan bahwa
batang otak dan lymbic adalah satu kesatuan, yaitu otak binatang.
Bagian otak ini mengatur kebutuhan dasar manusia, seperti makan,
tidur, seks, bahkan kenyamanan. Menurut alm. dr. Bambang Setiawan,
seorang ahli bedah syaraf dan otak, sebagian besar dorongan, perilaku
dan kebiasaan manusia lahir dari lymbic ini. Segala dengki, cemburu,
iri, juga berasal dari otak binatang tersebut. Segala macam emosi
dasar terutama negatif termasuk motorik juga berasal dari lymbic. Jika
lymbic bisa dibersihkan, maka sifat alami dan potensi manusia bisa
dimunculkan dengan baik. Neo cortex sendiri memiliki fungsi-fungsi
lebih tinggi seperti kemampuan menganalisa, rasa (refined emotions),
membaca, menulis dan lain sebagainya. Setiap pikiran, perkataan dan
tindakan yang seseorang lakukan, akan menghubungkan milyaran syaraf di
otaknya. Hubungan ini disebut synaps. Tindakan atau pola pikir yang
terus menerus diulang akan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan ini
membentuk pola synaps tertentu yang makin lama makin kuat. Dari sudut
neuroscience, synaps inilah kunci dari kebiasaan yang kita lakukan
secara tidak sadar. Sesungguhnya tidak ada sesuatu yang ‘bawah sadar’
dari pola pikir. Yang disebut bawah sadar adalah kerja syaraf otonomi
tubuh. Saya setuju jika yang dimaksud sebagai alam bawah sadar adalah
suatu kebiasaan pikir dan tindakan yang sudah mendarah daging tanpa
menyaring lagi. Mereka bertindak, berpikir, berbicara tanpa
menggunakan fungsi-fungsi lebih tinggi dari neo cortex. Mereka
didorong oleh impuls-impuls rendah, nafsu untuk menguasai, berusaha
mengontrol apapun dalam hidup mereka. Sesungguhnya inipun bukan di
bawah sadar, tetapi tidak mengindahkan dan memperhatikan apa yang
mereka lakukan. Seperti pesawat yang berjalan secara autopilot. Apakah
kebahagiaan manusia bisa dimunculkan secara autopilot? Atau potensi
diri muncul dari ketidakpedulian?

Tidak ada hipnoterapi apapun yang bisa membersihkan lymbic dan
mematahkan synaps-synaps kebiasaan buruk kita. Bahkan alm dr.
Setiawan, beliau sendiri adalah seorang ahli hipnotis hebat semasa
hidupnya (tetapi tidak mau disebut sebagai pakar alam bawah sadar),
berpendapat bahwa satu-satunya cara mematahkan synaps lama adalah
dengan menggunakan suatu teknik katarsis. Beliau mempelajari teknik
katarsis yang diajarkan oleh Bp. Anand Krishna dan melakukan
eksperimen selama beberapa tahun. Teknik katarsis yang diajarkan Bp.
Anand Krishna didasarkan dari beberapa teknik Yoga dan Zen yang
ternyata sanggup membersihkan lymbic dari nafsu-nafsu hewani dalam
diri dan mematahkan synaps-synaps yang tidak berguna. Mereka yang
tidak memahami mengatakan bahwa ini adalah suatu teknik cuci otak.
Apakah otak manusia sedemikian kotornya sehingga perlu dicuci? Atau
bisakah dicuci? Saya akan mencoba menggunakan definisi dari
orang-orang tersebut. Cuci otak adalah memasukkan ide-ide atau
nilai-nilai ke seseorang yang berbeda dibanding apa yang ia yakini.
Jika memang demikian, maka teknik katarsis yang diajarkan oleh Bp.
Anand Krishna jelas bukanlah cuci otak. Pemutusan synaps tidak
memasukkan nilai-nilai baru ke dalamnya. Apalagi dengan karantina yang
telah dilakukan oleh psikiater Tara. Sementara hipnotisme dan
hipnoterapi sebagai solusi trauma memang harus memasukkan ide-ide yang
berbeda dengan apa yang orang itu yakini. Contoh sederhana: foto-foto
Tara dengan Bp. Anand Krishna yang diklaim sebagai bukti pelecehan.
Jika saya memiliki saudara, ibu, atau anak yang saya peluk dengan
akrab dan difoto, tidak ada seorangpun yang akan terpikir bahwa itu
adalah suatu pelecehan. Tetapi jika kemudian seseorang mengatakan
bahwa orang yang tidak memiliki hubungan darah atau bukan muhrimnya
berfoto bersama saya, maka saya telah melakukan pelecehan seksual
terhadap orang tersebut. Artinya, nilai awal saya yang menganggap
bahwa berfoto bersama itu tidak memiliki arti seksual, kemudian orang
lain berusaha memaksa saya untuk menyadari bahwa itu memiliki arti
seksual, bisa jadi suatu saat saya akan berpikir bahwa saya telah
melakukan atau mengalami pelecehan.

Kembali pada latihan dan teknik yang diajarkan oleh Bp. Anand Krishna,
banyak peserta di Anand Ashram yang sebelumnya adalah pecandu, setelah
mengikuti latihan secara rutin bersama-sama, kecanduan mereka
menghilang. Tidak saja hilang, tetapi yang lebih utama adalah mereka
tidak tertarik lagi dengan candu mereka sebelumnya. Banyak yang
mengajarkan hipnoterapi untuk menghilangkan kebiasaan rokok, alkohol,
narkoba, atau apapun, tetapi setelah sembuh pun, tidak berapa lama
kemudian, sesuatu bisa mencetuskan kebiasaan/kecanduan lama mereka dan
kembali lagi menjadi pecandu. Hipnoterapi tidak bisa memutuskan synaps
lama karena hanya membuat synaps baru yang butuh terus menerus
diperbaharui programmingnya agar synaps baru tersebut bisa bertahan.
Hal seperti ini tidak terjadi untuk teman-teman di Anand Ashram.
Mengapa? Karena synaps yang membuat mereka sakau telah dilemahkan.
Bahkan jika mereka diberi kesempatan untuk kembali menikmati kecanduan
mereka, tetap butuh waktu lama agar bisa kembali kecanduan. Mereka
bagaikan orang yang belum pernah kecanduan. Bagian terbaiknya adalah
jika synaps sudah diputuskan, tidak dibutuhkan latihan lagi untuk
memperbaharui seperti pada hipnoterapi.

Apapun pendekatan intelektual dan keilmuan yang diberikan oleh ahli
Psikologi atau Psikoanalisa modern, saya melihat bahwa alam bawah
sadar bagaikan alat perekam yang canggih dan merekam semua hal tentang
apa yang terjadi pada diri kita. Tidak lebih dari itu. Kunci
keberhasilan seseorang bukan terletak pada hal yang ia sendiri tidak
sadari, tetapi bagaimana pikiran jaganya bisa memilih dengan baik
hal-hal apa yang ingin ia angkat dari alam bawah sadarnya. Tetapi
bukan sekedar pikiran jaga, melainkan suatu fakultas yang lebih tinggi
dari pikiran jaga, suatu fakultas yang mampu membuat seseorang
menimbang apa yang baik dan bermanfaat untuk dirinya dan orang lain.
Dalam bahasa Sansekerta ini disebut Viveka.

Ada satu premise yang saya yakini dan menjadi salah satu dasar dari
Mekanika Kuantum. Like energy attracts like energy. Energi sejenis
menarik energi sejenis. Dalam analogi sederhana, minyak akan bercampur
dengan minyak yang sejenis dan bukan dengan air. Karena kita hidup
dalam dunia/alam energi di mana materipun sesungguhnya adalah gumpalan
energi dengan vibrasi yang lebih berat, maka premise ini ada dalam hal
apapun di alam semesta ini. Secera sederhana, dalam kehidupan kita
vibrasi kita menentukan hal apa yang akan menghampiri kita. Sadari
atau tidak, vibrasi kita menentukan apa yang kita hadapi. Stress,
cemburu, dengki, kemarahan, emosi yang tidak terkontrol, semua
membebani pikiran kita. Karena pikiran kita adalah energi yang sedang
bervibrasi, maka semua hal negatif tersebut akan membebani vibrasi
kita. Hipnoterapi tidak mengangkat vibrasi seseorang menjadi lebih
baik. Hipnoterapi melakukan superimpose terhadap kebiasaan seseorang,
yang mana tidak mengubah vibrasi orang tersebut. Secara analogi,
bayangkan tanah yang bercampur sampah beton yang banyak. Bagaimana
membuat tanah tersebut subur kembali? Hipnoterapi akan menumpuk dengan
tanah subur berisi humus sebanyak mungkin dan terus menerus ke atas
tanah sampah tersebut. Jika sudah cukup tebal, maka tanah tersebut pun
bisa ditanami. Tetapi sampah di bawahnya tidak mengalami perubahan.
Meskipun tanaman dapat tumbuh, jika terjadi banjir atau longsor atau
apapun yang menggerus tanah subur tersebut, maka sampah di bawahnya
akan muncul ke permukaan. Dan hipnotis tidak bisa bekerja tanpa ada
persetujuan secara langsung atau tidak dari orang yang bersangkutan.
Artinya mereka yang mengklaim telah dihipnotis sesungguhnya sedang
berusaha melepaskan diri dari tanggung jawab masalahnya. Orang
tersebut menyalahkan hal-hal lain di luar dirinya dan tidak mau
merefleksikan diri.

Solusi yang diberikan oleh Bp. Anand Krishna adalah tanah sampah
tersebut diangkat dan setelah bersih, baru tanah yang subur bisa
diletakkan. Dalam bahasa neuroscience, synaps lama dibersihkan
terlebih dahulu. Dan jika sudah bersih dan terbebaskan dari emosi dan
kebiasaan negative/trauma, maka otomatis vibrasi orang tersebut akan
meningkat dengan sendirinya. Jelas bahwa Bp. Anand Krishna tidak
menggunakan hipnotisme pada para peserta meditasi.

Saya teringat kepercayaan Mesir Kuno yang berasal dari Book of Death,
ketika seseorang meninggal dan sampai di gerbang akhirat, arwahnya
akan ditanya dua hal: “Apakah kamu telah menemukan kebahagiaan dalam
hidupmu?” Jika jawabannya iya, maka pertanyaan kedua adalah “Apakah
kamu telah membagikan kebahagiaanmu pada orang lain?” Kedua jawaban
tersebut menentukan surga atau neraka tingkat berapa arwah tersebut
akan masuk. Moto Bp. Anand Krishna adalah “Be joyful and share your
joy with others.” Cerialah dan bagikan keceriaanmu kepada orang lain.
Bagi saya inilah yang terpenting. Semua ilmu dan pengetahuan tidak
berguna jika kita tidak bisa menemukan kebahagiaan, keceriaan dan
kedamaian dari dalam diri kita. Dan jika berhasil menemukan, marilah
kita membagikan kepada orang lain agar mereka juga ceria, bahagia dan
damai.

Kirim email ke