Indonesia's IAe developing new
19-seat aircraft 

By Leithen Francis

 

DATE:06/05/10

Indonesian Aerospace (IAe) is developing a new 19-seat turboprop aircraft, the
IAe N219, that will be pitched at Indonesian operators.

The N219 has a list price of $3.5 million, and is being marketed mostly to
small charter operators that need a rugged and reliable aircraft that is
affordable, says IAe director of aero-structure Andi Alisjahbana.

Its other major selling point is the N219 has three abreast seating and one of
the largest passenger cabins in its class, he adds. 

Indonesia
is an archipelago of 17,000 islands so there is huge demand for air travel,
says Alisjahbana.

 

This aircraft will have a larger than average wing and "ours will be a
tapered wing", he adds.

 

The aircraft's maximum take-off weight will be around 7t and its maximum
payload, passengers and baggage, will be 2.5t, he says. The company aims to
ensure the aircraft can land on runways shorter than 600m (1,967ft).

The high-wing short take-off and landing aircraft will be powered by two
850-900hp turboprop engines and the manufacturer is likely to select the Pratt
& Whitney Canada PT6, says Alisjahbana.

It has yet to decide on avionics but is likely to choose between the Garmin
G1000 and the Honeywell Apex system, he says. 

 

The N219 will be a Part 23, rather than a Part 25, aircraft, he adds.

 

IAe has yet to set a time-frame for the programme but Alisjahbana says it will
take three years altogether to develop, build and get the aircraft
certificated.

He anticipates IAe will need a firm order for 30 aircraft to kick-start the
programme. The company is doing a sales roadshow throughout Indonesia to
drum up the launch orders.

IAe is focused primarily on getting Indonesian certification and has no firm
plans to seek FAA or EASA certification for the N219, says Alisjahbana.

 

It can also sell the aircraft in other Southeast Asian countries as they
recognise Indonesia's
certification process, he adds.

IAe also manufactures the CASA 212-200 under licence from Spain's CASA
but the N219 is being developed by IAe independently. 

The 212-200 is a Part 25 aircraft that seats 24 passengers, says Alisjahbana.

 

The Indonesian aircraft-maker' s VP, Irzal Rinaldi Zailani, says IAe has
approval to manufacture six more -200s before its -200 license ends.

It also has an agreement with CASA to manufacture the newest model, the
212-400, he says.

 

In 2008, Indonesian state-owned carrier Merpati Nusantara signed an agreement
for 10 212-400s but it never became a firm order, says Irzal.

IAe plans to make 212-400s primarily for foreign customers, leaving the N219
for the local market, he adds.

 

www.flightglobal. Com

 

Selasa, 04/05/2010 19:43 WIB

PTDI Siapkan Investasi Rp 248 Miliar di 2010

Whery Enggo Prayogi - detikFinance 



Jakarta - PT Dirgantara Indonesia (PTDI) memperkirakan investasi di tahun 2010
sebesar Rp 248 miliar. Ini terbagi menjadi dua, existing business sebesar Rp 87
miliar dan New Product Development, Rp 161 miliar.



Demikian disampaikan Direktur Utama PTDI Budisantoso dalam RDP dengan Komisi VI
DPR-RI di Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta,
Selasa (4/5/2010).



Ia menambahkan, investasi yang telah ada dalam pipeline tersebut terdiri dari
penggantian dan revitalisasi fasilitas jangka pendek, pengembangan bisnis
perawatan pesawat. Selain itu dana sebesar ini juga diperuntukan sebagai biaya
pengembangan pesawat CN 235 NG (Next Generation) dan N219 dan Amphibi Sea Star.



Sementara, realisasi penjualan di luar negeri untuk tahun 2009 mencapai Rp 443
miliar. Sedangkan domestik mencapai Rp 68 miliar, hingga total penjualan
mencapai Rp 511 miliar. Penjualan perseroan tercatat menurun dibanding periode
tahun 2008, yaitu Rp 557 miliar. Ini terdiri dari luar negeri Rp 352 miliar dan
domestik Rp 206 miliar.



"Kita kan
dapat kontrak life time dari Air Bus berupa suku cadang dan sayap, kita pasang
disana," kata Direktur Keuangan PTDI Herwana Hadimulya.



Untuk kontrak carry over 2009 tercatat mencapai Rp 1,658 triliun. Terjadi
penambahan sekitar Rp 798 miliar di tahun yang sama. Posisi hutang PTDI tahun
lalu sendiri tercatat Rp 2,590 triliun dengan ekuitas yang tercatat di neraca
mencapai negatif Rp 295 miliar, hingga posisi aktiva perseroan mencapai Rp 2,295
triliun.



berita terkait..... ......... ......... .....



PTDI Fokus Garap CN-235 NG



PT Dirgantara Indonesia (PTDI) fokus untuk menggarap peluang pasar pesawat
komersial dengan mengembangkan program CN-235 Next Generation dengan
meningkatkan kapasitas dan kemampuan pesawat itu. "Program ini siap
running, diharapkan 14-18 bulan ke depan sudah bisa direalisasikan. Semuanya
tergantung investasi," kata Dirut PTDI, Budi Santoso.  

  

Pesawat CN-235 NG yang akan dikembangkan itu mempunyai kapasitas maksimal 45
tempat duduk dan diproyeksikan untuk melayani penerbangan komersial dalam
negeri. 

Selama ini, menurut Budi, PTDI lebih banyak memproduksi CN-235 tipe militer.
"Pesawat itu akan dimodifikasi, ada perubahan dari tipe sebelumnya. Bila
versi militer ada ramp door, untuk pesawat komersial tidak pakai fasilitas itu
karena tidak akan diperlukan," kata Budi. 

  

Menurut Budi, pesawat baling-baling produk PTDI sagat cocok untuk karakter
penerbangan komersial dalam negeri, khususnya di Indonesia. Selain itu, beberapa
negara juga membutuhkan pesawat jenis ini. "Jenis pesawat itu punya
keunggulan di kelasnya," katanya. 

  

Budi menyebutkan beberapa keunggulan pesawat baling-baling adalah lebih murah
perawatannya serta lebih irit bahan bakar. "Dengan ukuran yang lebih kecil
lebih memungkinkan untuk melayani penerbangan ke berbagai daerah yang memiliki
keterbatasan landasan pacu," ujarnya.


.

 



  






      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke