Lampung POST Kamis, 21 April 2005 OPINI Kartini dalam Pesona Dua Siti: Nurhaliza dan KDI
* N. Nurdiah, Pemerhati Masalah Perempuan dan Guru Sekolah Dasar tinggal di Bandar Lampung Setiap tahun, perayaan Hari Kartini berlangsung semarak. Mulai taman kanak-kanak sampai SMA menggelar peringatan ini. Anak-anak perempuan didandani, dibalut kebaya, dan bersanggul. Sementara yang pria mengimbangi. Ada pula pemilihan Kartini-Kartono di beberapa sekolah. Kartini memang menjelma menjadi sebuah figur yang melekat kuat dalam benak masyarakat Indonesia. Itu disebabkan Kartini dianggap sebagai pendobrak dominasi laki-laki dalam segala hal. Kartini dianggap membawa perubahan dan angin segar bagi masa depan perempuan. Lantas apa sesungguhnya yang diperjuangkan Kartini? Dari kumpulan surat-suratnya ke beberapa sahabat penanya di luar negeri, kita bisa mengetahui apa saja yang menarik hari seorang Kartini. Ia banyak bercerita tentang kondisi perempuan Jawa yang pada usia tertentu harus dipingit untuk kemudian dinikahkan. Ia juga bercerita bagaimana adat Jawa yang kolot itu mengerangkengnya, sehingga tidak leluasa keluar. Ia merasakan ada perbedaan yang amat terasa kalau dia diperlakukan tidak adil. Saudara-saudara laki-lakinya disekolahkan, sementara dia tidak. Perhatian Kartini terhadap pendidikan memang besar. Termasuk ketika dia menulis surat kepada Stella Zeehanderlaar soal usulannya supaya Pemerintah Kerajaan Belanda memberikan beasiswa untuk seorang Agus Salim supaya bisa melanjutkan pendidikan kedokteran di luar negeri. Sayang, niat ini tidak kesampaian. Namun, paling tidak, ini menunjukkan perhatian yang sedemikian dalam terhadap dunia pendidikan. Posisi perempuan dalam kehidupan sangat urgen. Nilainya sebanding dengan peran yang dimainkan laki-laki. Sama dan sebangun dengan peran ibu dalam rumah tangga. Dalam kehidupan dunia yang makin mengglobal, peran perempuan sangat dituntut untuk maju. Maka, kini kita bisa melihat betapa banyak perempuan yang tampil dalam ruang-ruang publik, menjadi guru, dosen, manajer, direktris, artis atau selebriti. Kekhawatiran yang dulu dipendam dalam benak Kartini bahwa nasib perempuan selalu tak seberuntung laki-laki sedikit demi sedikit mulai terkuak. Dalam dunia pendidikan yang makin modern ini peran perempuan malahan mendominasi. Saya memperhatikan beberapa kali pemberitaan mengenai sarjana yang diwisuda. Kebanyakan yang menjadi sarjana terbaik diperoleh mereka yang berjenis kelamin perempuan. Ada memang laki-laki, tetapi lebih banyak perempuan. Ini jelas membuktikan kalau persamaan dalam memperoleh pendidikan kini sudah tak berbatas. Makanya, saya agak heran kalau beberapa pengamat perempuan masih saja mengatakan ada perbedaan atau diskriminasi terhadap perempuan dalam hal memperoleh pendidikan. Meskipun memang masih ada yang ketinggalan, cuma untuk zaman sekarang isu perempuan tidak sebanding dengan laki-laki sudah basi dilontarkan ke tengah-tengah publik. Kini malah menjadi momentum yang penting bagi perempuan untuk maju. Dalam dunia yang juga makin akrab dengan alat-alat digital, peran perempuan sangat dibutuhkan. Sebab, konon katanya, perempuan lebih teliti dalam beberapa hal pekerjaan tertentu. Fitrah Perempuan Kadang kemajuan perempuan dalam dunia yang makin mengglobal ini "terbentur" soal fitrahnya sebagai makhluk Tuhan yang memang--dalam beberapa hal--lebih "lemah" dibandingkan laki-laki. Memang meskipun banyak berkiprah dalam berbagai aspek kehidupan, perempuan juga tidak bisa lepas dari kodratnya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya dan istri bagi suaminya. Merawat anak, melayani suami, dan peran-peran kerumahtanggaan yang lain perlu dilakukan di tengah-tengah tugasnya sebagai ibu atau istri yang bekerja. Perempuan memang perlu memvitalisasi kehidupannya. Ia berhak maju dalam mendapatkan ilmu, pengetahuan, dan teknologi. Kita masih butuh dengan dokter perempuan yang membantu persalinan seorang ibu yang selama ini lebih sering dibantu dokter laki-laki. Kita juga masih butuh dengan tenaga-tenaga medis perempuan untuk menolong muslimah yang lain yang selama ini dilayani tenaga medis laki-laki. Masih banyak sektor-sektor publik yang lain yang tempatnya perlu diisi perempuan ketimbang laki-laki. Pada intinya, pendidikan dan segala hal-ihwal ilmu pengetahuan merupakan hak semua orang. Bahkan, dalam sebuah hadisnya Rasulullah Muhammad saw. bersabda kalau menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi laki-laki maupun perempuan. Dalam keluarga hal seperti ini memang kadang jadi dilema. Tetapi dengan pengertian semua pihak, keseimbangan peran perempuan juga laki-laki bisa diniscayakan. Misalnya, seorang ibu yang harus studi strata dua di luar kota. Praktis, ia akan tidak berhubungan dengan suami dan anak-anaknya. Maka, peran yang ditinggalkan ibu harus diisi sang ayah yang berperan ganda. Tentunya dalam rentang beberapa lama sang ibu juga harus dikontrol sebagai sebuah pertanggungjawaban ayah terhadap keluarga dan masa depan anak-anaknya. Memang alangkah lebih baik jika peran perempuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan sebanding dan seimbang dengan peran hakikinya sebagai manajer dalam rumah tangga. Dan, inilah titik dilematikanya. Terkadang sulit mau menyeimbangkan itu semua, padahal itulah hakikatnya. Kartini memang tidak sempat mengaplikasikan semua keinginannya. Sebab, ia tak hidup lama. Menyimak Kartini generasi kontemporer memang banyak perubahan. Kini marak perempuan menjadi inti pembicaraan. Posisi penting dalam struktur pemerintahan juga bukan sesuatu yang mengagetkan. Sebagai bahan tambahan dan perbandingan, dan untuk lebih nikmatnya membaca tulisan sederhana ini, ada baiknya kita melihat sosok-sosok perempuan yang, mungkin menarik dijadikan bahan pelajaran. Saya rasa kita semua kenal, paling tidak pernah mendengarkan alunan suara merdu Siti Nurhaliza. Gadis cantik milik negeri tetangga kita, Malaysia, menjadi bahan perbincangan utama. Bukan sekadar suaranya yang cantik, tetapi lebih dari itu; wajahnya cantik, amboi bukan kepalang. Ini membuat siapa saja mata lelaki akan membayangkan sekiranya Siti menjadi kekasih hatinya. Namun, letak keistimewaan Siti masih ditambah sikapnya yang sopan. Setiap ia bernyanyi, bisa dipastikan dandanannya sopan. Pilihan pakaiannya pun tidak mengundang syahwat laki-laki. Siti begitu cantik luar dalam. Ia menjadi fenomena yang menonjol dalam ruang lingkup selebriti. Tidak bertingkah aneh-aneh, memang layak menjadikannya pujaan hati, dalam batas-batas tertentu tentu saja. Hasil alunan suaranya yang terekam dalam kaset dan CD membuatnya miliuner. Hebatnya, semua keluarganya berada di belakangnya untuk menjadi tim suksesnya. Maka, namanya kemudian menjadi sebuah corporate dalam sebuah tim besar bertajuk Siti Nurhaliza Corporation. Lucunya, sewaktu Pemerintah Indonesia sedang bertengkar dengan Malaysia gara-gara Ambalat, nama Siti pun disebut-sebut. Bukan untuk digayang, tetapi untuk diselamatkan. Di tengah hiruk-pikuk seperti itu, Siti ternyata tetap seorang perempuan yang tahu hak dan kewajibannya. Dalam sebuah buku yang sempat saya baca ia malah mengatakan sekiranya berkeluarga nanti, ia akan menuruti apa kata suaminya. Termasuk mengurangi kesibukannya sebagai seorang penyanyi dan entertainer. Sebab, ia sadar kalau ketika berkeluarga ada porsi-porsi yang harus didahulukan. Pesona Kartini memang tidak lekang dimakan zaman. Ia menginspirasi semua perempuan untuk maju. Selain Nurhaliza, ada pula satu Siti yang kini mulai ramai dibicarakan, Siti KDI. Gayanya agak bermirip dengan Siti Nurhaliza. Meskipun perbedaannya tetaplah ada, Siti KDI punya kans tampil lebih maju. Alunan suaranya yang merdu juga menjadi modal tersendiri. Terlebih dalam suatu acara, adik penyanyi dangdut Cici Paramida ini diduetkan dengan Delon yang menjadi kampiun Indonesia Idol. Siti KDI dan Siti Nurhaliza, keduanya dalam batas-batas tertentu sudah menjadi kenyataan apa yang dimimpikan Kartini. Paling tidak karena meninggal pada usia muda, 25 tahun, (Siti Nurhaliza saja masih 26 tahun), Kartini tak sempat lama mencicipi apa yang ia perjuangkan. Tetapi, satu cita-citanya adalah mendapatkan secercah cahaya dalam kegelapan. Inilah yang menjadi dasar perjuangannya. Konon, minadzulumati ilannuur (habis gelap terbitlah terang) inilah yang menjadi napasnya mewujudkan masa depan perempuan yang lebih cerah. Sebuah masa yang tak sempat dinikmati salah seorang pejuangnya; Kartini, yang kini berada dalam impitan pesona dua Siti; Nurhaliza dan KDI. Selamat Hari Kartini! [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/