Teman, saya mengundang anda untuk bergabung di milis
Forum Sosial Indonesia (walau kini 'inflasi' milis
sudah begitu tinggi). Untuk itu silah baca dokumen
dasar Forum Sosial Indonesia dibawah ini dan bila anda
tergerak dan punya 'greget' yang sama silahkan klik 
[EMAIL PROTECTED]
untuk bergabung.

salam
andre

MENUJU FORUM SOSIAL INDONESIA

indonesia bangkit berdaulat 
rakyat bersatu rakyat kuasa


Imajinasi dan embrio Forum Sosial Indonesia muncul
menjelang perhelatan World Social Forum di Mumbay,
India. Berbeda dengan perhelatan sebelumnya peserta
Indonesia kali ini sempat melakukan konsolidasi dan
melesatlah ide Forum Sosial Indonesia. Berikut adalah
dokumen dasar FSI sebagai pintu pembuka untuk
konsolidasi gerakan sosial Indonesia dengan tawaran
platform bersama : Anti Neoliberalisme, Globalisasi
Kapitalis dan Rezim Anti Rakyat di Indonesia.    





!
jika kami bunga
engkau adalah tembok itu
telah kami sebar biji-biji
suatu saat kami akan tumbuh bersama
dengan keyakinan : engkau akan hancur
(Wiji Thukul : Tembok dan Bunga)

Setiap hari 11.000 anak mati kelaparan di seluruh
dunia, sedangkan 200 juta anak menderita kekurangan
gizi dan protein serta kalori (satu dari empat anak di
dunia). Selain itu  lebih dari 800 juta orang
menderita kelaparan kronis di seluruh dunia dan/ada
kira-kira 70% dari mereka adalah perempuan dan
anak-anak.  Selain itu terjadi kecenderungan
meningkatnya kemiskinan sepanjang 10 tahun terakhir.
Data UNDP 1999 menunjukkan bahwa jumlah orang miskin
yang hidupnya kurang dari 1 dollar AS sehari meningkat
dari 1,197 milyar pada tahun 1987 menjadi 1,214 milyar
pada tahun 1997 atau sekitar 20% dari penduduk dunia.
Dua puluh lima persennya lagi (sekitar 1,6 milyar)
dari penduduk dunia bertahan hidup dengan 1-2 dollar
AS setiap hari.

Disatu sisi kemiskinan semakin kronis, disisi lainnya
terjadi pemusatan kekayaan ditangan segelintir orang 
(laporan UNDP 1999). Tiga orang terkaya di dunia
menguasai aset yang nilainya setara dengan milik 600
juta orang di 48 negara miskin.  Saat ini pula 
seperlima penduduk di negeri-negeri paling kaya
menguasai 86 persen produk domestik bruto dunia, 82
persen pasar ekspor dunia dan  68 persen penanaman
modal langsung.

Korporasi-korporasi global yang didukung oleh
negara-negara maju dan kaya, WTO (Organisasi
Perdagangan Dunia) kartel utang terutama IMF, Bank
Dunia, adalah mesin utama akumulasi kekayaan  yang
dihisap dari tempat-tempat termiskin di dunia ini.
Kini kekuasaan Korporasi Global telah menyaingi
kekuasan ekonomi-ekonomi negara-negara. Dari 100
pelaku ekonomi terbesar dunia, 52 diantaranya adalah
Korporasi Global. Sedangkan gabungan pendapatan
Mitsubishi, General Motor dan Ford Motor lebih besar
dibandingkan gabungan Denmark, Thailand, Turki, Afrika
Selatan, Arab Saudi, Norwegia, Finlandia, Malaysia,
Chili dan Selandia Baru.

Proses akumulasi kekayaan disatu sisi dan penghisapan
serta pemiskinan di sisi lainnya, bukan terjadi secara
alamiah tetapi berdasarkan suatu rancangan kebijakan
politik-ekonomi yang kini kita kenal sebagai
Neoliberalisme dan Globalisasi Kapitalis.


Wajah Dunia Saat Ini

Dunia yang kita lalui hari ini adalah dunia yang tak
jauh beda  dengan dunia saat kolonialisme dan
imperialisme berada pada puncak kejayaannya,
menundukkan sebagian besar bangsa-bangsa di selatan
sejak abad 18. Dunia hari ini adalah dunia dimana
makna kemerdekaan dan kedaulatan terutama bagi
bangsa-bangsa selatan semakin memudar dan terpuruk ke
titik nadir.
 
Dunia yang kita lalui hari ini adalah juga dunia
dimana sekelompok elit kuasa dan modal atau kapital
berada pada puncak kejayaannya, melalui sebuah sistim
dan struktur sosial yang memberikan legitimasi dan
pelanggengan perbudakan baru atas bagian terbesar umat
manusia.

Neraca ketidakadilan ini pertama-tama disebabkan
semakin kukuhnya rezim kapitalisme global melalui
dominasi agenda-agenda globalisasi dan  pasar bebas
atau neo-liberalisme. Globalisasi dan pasar bebas
bukan lagi sebuah wacana atau sebuah proses alamiah,
tetapi merupakan sebuah ideologi baru yang dirancang
untuk mempertahankan dominasi modal dan korporasi.
Tidak lain ini adalah perkembangan lebih lanjut dari
formasi penghisapan masa kolonialisme dan imperialisme
sepanjang tiga abad lalu.

Agenda-agenda globalisasi dan pasar bebas ini kemudian
menemukan ladang subur dalam wilayah politik
negara-bangsa dengan  semakin menguatnya dukungan dan
pemihakan kekuatan politik dominan di dalam negeri
seperti rezim penguasa, partai-partai, militer,
birokrasi, intelektual  terhadap kepentingan
negara-negara industri atau rejim ekonomi global.

Era kekuasaan korporasi transnasional ini sesungguhnya
meruntuhkan dominasi dan batas-batas negara. Negara
telah disandera oleh kepentingan modal dan korporasi
serta hutang luar negeri. Segala kebijakan
politik-ekonomi-sosial negara selama ini dalam ranah 
tata kuasa, tata kelola, tata produksi dan tata
konsumsi ditujukan untuk  melayani kepentingan
liberalisasi ekonomi dan perluasan modal. Untuk itu
segala bentuk hambatan ter-hadap ekspansi modal baik
itu berupa proteksi (tarif dan non-tarif) serta
subsidi bagi kepentingan publik (se-perti kebutuhan
pokok, pendidikan, kesehatan, BBM, Listrik),  konsep
pengelolaan aset negara (BUMN) dan sumber-sumber
kehidupan vital rakyat (air,tanah, hutan) sektor
perekonomian dalam negeri dan sektor ekonomi rakyat
(tani, nelayan, masyarakat adat, industri rakyat,
sektor informal), perlindungan buruh (termasuk
kebebasan korporasi untuk memindahkan modal ketempat
yang lebih menguntungkan) dan lingkungan hidup harus
dihilangkan. Akibatnya negara tidak memiliki peran
lagi untuk melindungi kepentingan dan keselamatan
rakyat.

Sementara itu negara-negara industri yang membawa
kepentingan-kepentingan korporasi global di negeranya
semakin mendominasi agenda global baik dalam
perdagangan dunia dan upaya menata kehidupan ekonomi
dan politik., baik melalui lembaga-lembaga keuangan
multilateral seperti Bank Dunia, IMF dan ADB, kartel
utang CGI serta pakta perdagangan seperti WTO, APEC,
AFTA bahkan PBB.  Selain melalui pintu masuk ekonomi,
proses ini juga secara sistematis berlangsung dengan
menggunakan berbagai instrumen kebudayaan, hukum, ilmu
pengetahuan, teknologi maupun komunikasi.

Kebijakan negara pada akhirnya membuka jalan bagi 
perampasan secara sistematis atas alat-alat produksi, 
sumber-sumber kehidupan, keanekaragaman hayati dan
pengetahuan-kearifan rakyat, atau hak-hak
sipil-politik serta hak-hak ekonomi, politik, budaya
rakyat. Disisi lain makin membuka ruang bagi
negara-negara industri untuk mendiktekan sistem
kehidupan yang seragam, eksploitatif, menindas, seksis
dan patriakhis, disamping menimbulkan beban utang yang
luar biasa; kehancuran sistem kehidupan; penindasan
dan pelanggaran hak-hak azasi; diskriminasi dan
ketidak-adilan gender; terbatasnya akses pada
pendidikan, kemiskinan serta makin terbatasnya akses
pada kebijakan dan sumber-sumber kehidupan sosial
ekonomi.

Bersamaan dengan itu demokrasi, hak-hak asasi manusia 
dan kedaulatan bangsa-bangsa berada dibawah ancaman
langsung kekerasan agresi  militer yang giat
dipropagandakan negara adidaya dan sekutunya, dengan
alasan untuk melawan 'terorisme' (dahulu dengan alasan
untuk melawan komunisme). Tetapi sesungguhnya dibalik
ancaman agresi militer  dan sekutunya bersembunyi
kepentingan modal dan upaya untuk meneguhkan dominasi
pemerintah negara adidaya dan sekutunya. Sungguh
tragis dan bodoh bahwa dana yang semestinya bisa
ditujukan untuk menanggulangi kelaparan yang masif di
seluruh dunia, kemiskinan, kematian bayi, anak-anak
dan perempuan digunakan untuk mengukuhkan dominasi
modal.

Sungguh ironis dunia mengeluarkan anggaran militer
sebesar US$ 810 milyar pertahun (kontributor
terbesarnya adalah Amerika Serikat dengan US$ 310,6
milyar), sementara sesungguhnya hanya dibutuhkan $19
milyar untuk mengatasi kelaparan dan kekurangan gizi
yang dialami jutaan penduduk dunia dan hanya
dibutuhkan US$ 5 milyar untuk memulihkan kehidupan
para pengungsi., hanya $21 milyar untuk membangun
sarana perawatan kesehatan dan kontrol HIV, hanya $ 8
milyar untuk pencegahan pemanasan global dan hanya $ 8
milyar untuk pencegahan hujan asam

Globalisasi Perlawanan

Walaupun globalisasi penjarahan dan penghancuran
seperti melaju tanpa hambatan, sesungguhnya rakyat di
berbagai tempat melakukan perlawanan dengan gigih.
Bahkan bagi berbagai kelompok masyarakat di akar
rumput hal ini telah menjadi perlawanan sehari-hari,
seperti apa yang nampak pada perjuangan berbagai
kelompok masyarakat adat mempertahankan wilayah
hidupnya dari penetrasi perusahaan-perusahaan tambang,
buruh tani yang berjuang untuk untuk mendapatkan tanah
garapan, petani yang berjuang untuk membebaskan diri
dari ketergantungan terhadap asupan pertanian yang
diproduksi perusahaan asing, buruh yang berjuang untuk
meningkatkan upah dan jaminan kesehatan.

Namun seiring meningkatkan kesadaran dan wawasan
mereka berbagai bentuk perlawanan semakin jelas
mengarah kepada aktor-aktor utama atau mesin-mesin
penjarahan, baru kemudian kepada rezim penguasa negara
yang memihak kepada kepentingan modal, dan akhirnya
kepada sistem Neo-liberal dan Kapitalisme Global.

Sepanjang tahun 2000 terjadi berbagai aksi masa
besar-besaran. Di Bolivia, ribuan penduduk memaksa
perusahaan Bechtel yang akan mengambil alih
(swastanisasi) pelayanan air minum untuk keluar dari
negeri itu. Di India lebih dari 50.000 petani
berkumpul di Bangalore untuk melakukan protes
menentang WTO dan penguasaan korporasi atas pertanian.
Di Argentina sebanyak 80.000 orang turun ke jalan
sebagai puncak protes dan mogok selama beberapa bulan
melawan rencana program penghematan IMF. Di Kosta Rica
10.000 demonstran melakukan pawai menuju tempat
kediaman presiden menuntut pencabutan RUU Privatisasi.
Di Brazil gerakan kiri mengadakan plebisit tentang
program IMF, dimana enam juta orang memberikan suara
dan mayoritas menolak. Sedang di Indonesia sendiri
dapat dicatat aksi 10.000 massa Koalisi Anti Utang
menentang sidang CGI.

Setelah munculnya perlawanan yang sporadis di berbagai
belahan dunia selatan, kemudian  diikuti pula oleh
perlawanan di negara-negara Utara. Bermula dari
demonstrasi anti WTO di Seattle, ketika 30.000 aktivis
menggoncang kota ini. Sebuah goncangan yang memaksa
walikota setempat untuk menetapkan kota dalam keadaan
darurat. Seperti bola salju kemudian aksi
anti-globalisasi semakin membesar dan meluas.

Seperti dikatakan seorang jurnalis gerakan perlawanan
anti-globalisasi ini, membawa pula strategi lapangan
hijau ‘man to man marking’ kearena demonstrasi.
Kemanapun forum ekonomi global di selenggarakan, mulai
dari pertemuan para menteri keuangan, kepala negara
hingga pertemuan kelembagaan seperti IMF dan Bank
Dunia, pertemuan itu selalu dihadang oleh protes dari
berbagai kelompok anti-globalisasi dari seluruh dunia.
Seattle, Davos, Merlborne, Prague, Genoa, Doha….

Statistik di tingkat global yang menunjukkan ‘trend’
meningkatnya akumulasi kekayaan ditangan segelintir
orang dan penghisapan serta pemiskinan, kini mulai
digoyahkan dengan statistik perlawanan dengan ‘trend’
yang semakin intensif dan terkonsolidasi.

Bila mereka mengibarkan globalisasi ekonomi, maka
gerakan sosial mengibarkan globalisasi solidaritas,
globalisasi perlawanan dan globalisasi harapan. Dengan
semakin mengkristalnya identifikasi musuh bersama
gerakan anti-globalisasi semakin cepat memobilisasi
kekuatan, namun ternyata tidak cukup untuk membuat
perubahan berarti.

Keprihatinan ini akhirnya mendorong sekelompok ornop
dan organisasi rakyat terutama di Brazil menginisiasi
forum pertemuan global untuk lebih jauh mengkonsolidsi
gerakan dan memperdebatkan berbagai alternatif dunia
baru yang dikenal sebagai World Social Forum (Forum
Sosial Dunia). Forum  Sosial Dunia di Mumbay  bulan
Januari lalu adalah kali keempat forum itu
diselenggarakan.

Piagam Prinsip-prinsip Forum Sosial Dunia (FSD)
menyebutkan bahwa FSD adalah sebuah tempat pertemuan
terbuka untuk pemikiran reflektif, perdebatan
demokratik atas berbagai ide, rumusan proposal dan
pertukaran bebas atas pengalaman dan pembangunan
jaringan untuk aksi-aksi yang efektif, oleh kelompok
dan gerakan masyarakat sipil yang berlawan terhadap
neo-liberal dan dominasi dunia oleh modal dan segala
jenis imperialisme dan berkomitmen untuk membangun
sebuah masyarakat dunia yang ditujukan pada hubungan
yang penuh manfaat antar umat manusia dan anatara
manusia dengan bumi.

Forum Sosial Dunia hanya memiliki mandat menyatukan
dan membangun jaringan dari organisasi dan gerakan
masyarakat sipil dari semua negeri di seluruh dunia,
namun tidak berniat menjadi sebuah badan yang mewakili
masyarakat sipil dunia. FSD menyatakan bahwa demokrasi
adalah jalan untuk memecahkan masalah masyarakat
secara politik. Sebagai sebuah tempat pertemuan, ia
terbuka untuk pluralisme dn keragaman aktivitas dan
cara keterlibatan organisasi dan gerakan yang
memutuskan terlibat di dalamnya, disamping keragaman
gender, ras, etnik dan budaya.

Pada akhirnya sebagai sebuah konteks bagi pembangunan
jaringan, FSD berusaha menguatkan dan menciptakan
rantai nasional dan internasional baru antar
organisasi dan gerakan masyarakat sipil yang akan
meningkatkan kemampuan untuk perlawanan sosial
terhadap proses dehumanisasi yang sedang menimpa dunia
dan memperkuat langkah-langkah perbaikan martabat
manusia yang sedang diambil oleh aksi-aksi dari
gerakan dan organisasi ini. FSD adalah sebuah proses
yang mendorong organisasi dan gerakan yang tergabung
di dalamnya untuk menempatkan aksi-aksi meraka sebagai
bagian dari masyarakat dunia, dan untuk memasukkan ke
dalam agenda global praktek-praktek perubahan yang
kini sedang mereka coba dalam rangka membangun sebuah
dunia baru.

Lantas apakah gerakan sosial di Indonesia, yang
terfragmentasi baik berdasar geografis, sektoral,
proyekisme hingga ego aktivis, yang punya nafas pendek
dimana persoalan-persoalan rakyat disikapi secara
pragmatis dan jangka pendek, dan lemah dalam membangun
kesadaran rakyat tentang isu-isu
globalisasi/imperialisme dan musuh bersama, tidak
tergerak untuk melakukan konsolidasi secara intens dan
massif?

Mari kita bergerak membangun jalan Menuju Forum Sosial
Indonesia dengan platform perjuangan bersama : 

Anti Neoliberalisme, Globalisasi Kapitalis 
dan Rezim Anti Rakyat di Indonesia.

Beberapa lembaga yang telah menginisiasi dan atau
terlibat pertemuan-pertemuan awal untuk membicarakan
Forum Sosial Indonesia diantaranya AGRA, API, FSNN,
AMAN, CSPS, INSIST, Rumpun Tjoet Nyak Dien, Field
Indonesia, Pawang, Lappera Indonesia, Lesman, KRKP,
WALHI, UPC, KAU, Bina Desa, Lingkar Lappera, Suara Ibu
Peduli, PDF, The Business Watch Indonesia, Tim Relawan
untuk Kemanusiaan, Indonesia People’s Forum, Perempuan
Mahardika, Pergerakan, FNPBI, GSBI, LKIS, Yayasan
Kesejahteraan Anak Indonesia, IGJ, LMND, LS-ADI, FMN,
Pelangi, New-Globe, Rifka Annisa, Institut Ungu,
KOP-WTO, PAN Indonesia, MG – Perempuan, Kapal
Perempuan, TI, Fakta, Jaringan Kerja Budaya dll.

Bila anda memiliki kepedulian dan greget yang sama
bergabunglah bersama kami. Mulailah melakukan
inisiatif untuk mendiskusikan, mengkomunikasikan,
melakukan konsolidasi gerakan di daerah anda dan
bergabunglah dengan milis
[EMAIL PROTECTED] untuk menjaga
benang merah dan jabat erat  para pejalan keadilan
Menuju Forum Sosial Indonesia.

Kami akan informasikan lebih lanjut perkembangan FSI,
apa dan bagaimananya melalui milis ini dan website
kami yang saat ini sedang dalam proses penyiapan. 


Sekretariat :
Forum Sosial Indonesia 
Jl Diponegoro No 9 Menteng, Jakarta Pusat 
Fax. 3913956
Email : [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED] 


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppiindia.shyper.com
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke