http://www.suarapembaruan.com/News/2005/05/02/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 

Pendidikan Dijadikan Komoditas
 

Pembaruan/Fuska Sani Evani 

DEMO DI UGM - Dosen, karyawan dan mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 
memperingati Hari Pendidikan Nasional, Senin (2/5), dengan menggelar unjuk rasa 
di kampus UGM. Mereka menolak kenaikan gaji rektor sebesar 400 persen yang 
dinilai tidak adil, sementara dosen dan karyawan hanya naik 25 persen. 

JAKARTA - Pendidikan lebih dari sekadar komoditas yang dapat diperjualbelikan, 
Pendidikan merupakan pembentuk moral bangsa dan masa depan, sehingga tidak 
boleh diperlakukan seperti barang dagangan atau komoditas. 

Sekarang ini ada kecenderungan melakukan liberalisasi sehingga pendidikan 
dijadikan sektor yang dapat diperjualbelikan. Banyak pemodal besar masuk ke 
dunia pendidikan dan menjadikan sekolah sebagai korporasi. 

Demikian disampaikan Guru Besar Emeritus Universitas Negeri Jakarta HAR Tilaar 
dan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra 
kepada Pembaruan di sela-sela seminar nasional bertema ''Pendidikan Tinggi Di 
Era Pasar Bebas: Tantangan, Peluang dan Harapan'' di Jakarta Senin (2/5). 

Seminar tersebut diselenggarakan UIN Syarif Hidayatullah dan Unika Atmajaya 
Jakarta. Tema ini terkait dengan kesepakatan Indonesia di dunia internasional 
dalam kerangka pasar bebas. Dalam kesepakatan itu pendidikan dimasukkan sebagai 
sektor jasa yang dapat diperdagangkan. Menurut Tilaar, sekolah-sekolah plus 
yang muncul seperti cendawan di musim hujan di kota-kota besar merupakan contoh 
telanjang dari liberalisasi di sektor pendidikan. Dia mencurigai konsep badan 
hukum, pendidikan (BHP) menjadi bentuk terselubung dari liberalisme. 

''Menjadikan perguruan tinggi dalam bentuk badan hukum pendidikan dapat 
mengarah ke komersialisasi seperti yang sudah banyak terjadi di pendidikan 
dasar dan menengah. Di luar negeri sendiri sudah muncul kesadaran untuk 
mewaspadai korporasisasi pendidikan," katanya. 

Korporasisasi ini dapat membuat dunia pendidikan kehilangan visi dan misi. 
Menurut Azyumardi, implikasi paling besar yang nanti akan terjadi adalah 
matinya program studi yang dinilai tidak menguntungkan. 



Program-program studi yang merupakan inti bagi ilmu pengetahuan atau budaya, 
dan tradisi kultural bangsa, bisa tutup. 

Tilaar mencontohkan nyaris tidak ada perguruan tinggi swasta yang tertarik 
mendirikan pendidikan guru. Perguruan tinggi swasta yang mendirikan pendidikan 
guru hanya karena mereka mempunyai sekolah, seperti UKI dan Unika. Sementara 
perguruan tinggi swasta yang lain tidak tertarik mendirikan program tersebut. 

Lebih lanjut Azyumardi menegaskan, liberalisasi dan globalisasi semakin sulit 
dielakkan. Untuk itu perguruan tinggi harus dapat mengembangkan kapasitasnya 
baik secara kualitatif maupun kuantitatif agar dapat terus bersaing. Juga 
melakukan proteksi dan affirmative action bagi program-program yang merupakan 
pembentukan karakter bangsa. 

Selanjutnya mengembangkan sumber-sumber pendanaan dengan menjalin kerja sama 
kemitraan dengan dunia industri. 

Cepat atau lambat kerja sama itu tidak hanya memperkuat keuangan, tetapi 
memungkinkan pemberian beasiswa bagi mahasiswa dan dosen. 

Salah seorang pembicara dalam seminar ini, Adjisukmo dari Balitbang Depdiknas, 
menegaskan, Indonesia mempunyai kewajiban menyelenggarakan kesepakatan dalam 
WTO. Selain itu dalam UU Nomor 7 Tahun 1994 ditegaskan komitmen tersebut. 
Berarti untuk menarik diri dari WTO UU tersebut juga harus direvisi. 

Menanggapi kekhawatiran liberalisasi pendidikan, dia menjelaskan sudah ada 
batasan untuk menghindari hal tersebut. Di antaranya UU Nomor 20 Tahun 2003 
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengizinkan lembaga pendidikan asing 
masuk ke Indonesia dengan batasan yang ketat. Juga dalam UU Nomor 20 Tahun 1994 
diberikan batasan-batasan yang jelas bila pihak asing masuk ke Indonesia. 

Pemerintah justru melihat hal positif yang bisa diambil bila lembaga pendidikan 
asing beroperasi di Indonesia. Di antaranya mempercepat peningkatan mutu 
pendidikan. 


Setengah Tiang 

Sementara itu, sekitar 500 ratus dosen, karyawan, dan mahasiswa Universitas 
Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Senin, berkumpul di halaman Balairung UGM untuk 
menyuarakan aspirasi mereka terhadap ketidakadilan dalam sistem kenaikan gaji 
yang ditetapkan Rektor UGM Prof Dr Sofian Effendi. 

Pada pukul 08.00 seluruh pengujuk rasa membentuk barisan rapi, mengelilingi 
tiang bendera di depan gedung Balairung. Peserta membawa spanduk yang antara 
lain bertuliskan, ''Ikut Berduka Cita atas Kematian Rasa Kebersamaan dan 
Keadilan di UGM, Boss Hanya Mikir Nafkahnya Sendiri, Beta Hancur Mikir Nasib, 
MWA di mana? Demokrasi untuk mereka tapi bukan untuk kami.'' 

Selain melakukan orasi seluruh perseta demo menyelenggaraakan upacara penaikan 
bendera setengah tiang, sebagai tanda berduka. 

Koordinasi para dosen, Arie Sujito S Sos MSi, membacakan Napak Tilas Nilai 
Luhur Pengabdian UGM disertai orasi dari beberapa dosen dan mahasiswa. 

Mahasiswa yang dikoordinasikan Presiden Mahasiswa, Romi Ardiansyah, juga 
mengatakan, Rektor membatalkan peringatan Hari Pendidikan Nasional, karena itu 
mereka bergabung bersama dosen dan karyawan untuk menggelar upacara secara 
khusus. ''Ini hari yang tidak bisa dilupakan oleh bangsa Indonesia. Meski 
Rektor menggagalkan upacara, kami tetap akan memperingatinya dengan cara 
sendiri,'' kata Romi. 

Menurut Arie Sujito, Surat Keputusan (SK) Rektor UGM nomor 301/P/KP/2005 
tertanggal 28 Maret 2005 tentang kenaikan penghasilan/gaji hingga 400 persen 
bagi pejabat struktural, telah memancing reaksi negatif di antara para dosen. 

Dalam SK tersebut dijelaskan untuk dosen dengan status guru besar emiritus 
insentifnya dinaikkan sebesar Rp 900.000, dosen dengan status asisten ahli 
dinaikkan Rp 270.000 per bulan. 

Karyawan golongan I/a mendapat tambahan insentif Rp 200 ribu per bulan dan naik 
Rp 10 ribu untuk setiap golongan berikutnya. Golongan V/e sebesar Rp 360 ribu. 

Para dosen dari semua fakultas menuntut agar rektor merevisi SK tentang 
insentif pegawai yang dinilai sangat tidak adil. 

Menurut Arie, meski rektor menaikkan penghasilan mereka antara 25-40 persen, 
namun tetap tidak adil karena penghasilan rektor, wakil rektor, dan para dekan 
naik 400 persen. Saat ini, kata dia, gaji Rektor UGM mencapai Rp 25 jutadan 
wakil rektor Rp 20 juta. 


Marka Jalan 

Dari Surabaya dilaporkan, peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei di Surabaya 
ditandai dengan aksi turun ke jalan oleh sejumlah siswa SMA. Mereka mengecat 
marka jalan di beberapa tempat, seperti Jalan Bubutan dan sekitarnya, Senin 
pagi. 

''Aksi ini merupakan wujud kepedulian kami untuk ikut serta mempercantik wajah 
kota, terutama marka-marka jalan agar pemakai jalan raya mengetahui persis 
pembatas jalan,''kata Supriadi, salah seorang guru yang menjadi pengawas. 
(A-22/SKA/029) 



--------------------------------------------------------------------------------
Last modified: 2/5/05 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Has someone you know been affected by illness or disease?
Network for Good is THE place to support health awareness efforts!
http://us.click.yahoo.com/OCfFmA/UOnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke