From: akhiruddin marses <marses...@yahoo.co.id> Date: Wednesday, April 28, 2010, 9:22 AM
FORT ROTTERDAM akan diubah menjadi LOSMEN...!!! Masyarakat sulawesi selatan 2 hari ini di kagetkan dengan rencana pemprov sulsel untuk mengalihfungsikan situs cagar budaya terbesar di sulsel yakni Benteng Panyua atau yang lebih dikenal khalayak sebagai FORT ROTTERDAM sebagai sebuah LOSMEN/PENGINAPAN. Awalnya muncul kabar gembira bahwa benteng ini akan segera direhabilitasi dan direvitalisasi sebagaimana bentuk awalnya yang bertepian langsung dengan pantai selat makassar. Bahkan sudah terdengar kabar bahwa pemerintah kerajaan belanda yg diwakili oleh walikota Rotterdam bersedia memberikan bantuan dana. Waktu terus berjalan dan pemerintah pemprov sulsel pun terus menyusun rencana untuk kebutuhan revitalisasi tersebut. Guna memuluskan rencana rehabilitasi dan revitalisasi ini, pemprov sulsel pun melakukan langkah-langkah serius dan tergolong spektakuler, tak tanggung-tanggung dua kantor pemerintah disekitar benteng pun telah diputuskan akan dibongkar dan dipindahkan ke lokasi lain. kedua kantor tersebut masing-masing kantor dinas perindag sulsel dan kantor RRI Wilayah sulsel. Gerak cepat pemerintah provinsi pun kian mendapatkan dukungan dari masyarakat mengingat sebelumnya masyarakat daerah ini sangat terpukul dengan revitalisasi (baca : komersialisasi) situs sejarah lain yakni lapangan karebosi menjadi sebuah lahan bisnis (karena di perut lapangan karebosi saat ini terpendam sebuah MALL). FORT ROTTERDAM dan SEJARAH ISLAM Sebagaimana catatan sejarah, Fort Rotterdam yang dulunya bernama benteng Panyua adalah salah satu benteng pertahanan utama kerajaan islam kembar GOWA-TALLO yang merupakan kerajaan islam terbesar di Nusantara pada zamannya. Tercatat bahwa saat itu, kerajaan Gowa-Tallo memiliki 2 benteng utama yakni Benteng Somba Upo yg sekaligus berfungsi sebagai Kota Raja (ibukota kerajaan) dan benteng panyua sendiri sebagai pusat aktivitas pertahanan. Belakangan kemudian tercatat bahwa benteng ini berhasil direbut oleh kerajaan belanda setelah melewati pertempuran sengit dengan kerajaan Gowa-Tallo yang mekudian mengubah nama benteng panyua menjadi Fort Rotterdam. Sejarah mencatat bahwa selama masa penguasaan belanda di jazirah selatan sulawesi, benteng ini kemudian menjadi pusat pemerintahan hindia belanda, dalam benteng ini konon terdapat beberapa penjara (bastion) yang digunakan kerajaan hindia belanda untuk memenjarakan tahanan-tahanan politik mereka. Pengeran Diponegoro adalah salah satu Tokoh Islam Nusantara yang pernah dipenjara di dalam benteng ini sampai akhir hayatnya. Menurut informasi penjaga benteng, dahulu sang Pangeran menghabiskan masa penahanannya dengan berdakwah. cara yang digunakan adalah berdakwah dengan sarana surat menyurat, sang pangeran konon tak pernah berhenti saling berkirim surat dengan para pengikutnya di pulau jawa. FORT ROTTERDAM nasibmu kini..!!! Kini kita sama tersentak dengan rencana yang diutarakan pemerintah provinsi sulsel. sebagai bagian dari masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai sejarah kedigjayaan nusantara masa lampau, kita tentunya akan merasa miris mendengar rencana pemprov sulsel ini. Bila kemudian rencana ini tidak mampu kita gagalkan maka tak menutup kemungkinan dikemudian hari kita akan menyaksikan puluhan atau bahkan ratusan cagar budaya negeri ini akan dimusnahkan atas nama revitalisasi yang nyata-nyata berbaju komersialisasi. kita akan sama melihat musnahnya benteng FORT MALBOROUGH di Bengkulu, Benteng Freedeburgh di Jogja dan benteng-benteng lainnya yang tersebar rata di nusantara. KAMI BUTUH DUKUNGAN..!! untuk itu kami berharap dukungan penuh dari jemaah untuk membantu menggagalkan rencana komersialisasi cagar budaya ini... "LEBIH BAIK BENTENG ITU KITA BUMI HANGUSKAN KEMUDIAN LAHANNYA KITA JADIKAN TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH KETIMBANG DIA TETAP BERDIRI TAPI DIKEBIRI MENJADI SEBUAH "LAHAN PROSTITUSI.. ." SALAM... Akhiruddin Marses Tandieja [ [Non-text portions of this message have been removed]