http://www.kompas.com/kompas-cetak/0505/03/utama/1725336.htm

 
Gara-gara Menunggak Uang Sekolah
Siswa SD di Tegal Berupaya Bunuh Diri 


Slawi, Kompas - Peristiwa tragis kembali mewarnai dunia pendidikan Indonesia. 
Akibat kemiskinan dan masih adanya berbagai bentuk pungutan di sekolah, seorang 
siswa sekolah dasar di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, kini terbaring dalam 
kondisi kritis di rumah sakit setelah sebelumnya ia berupaya bunuh diri.

Upaya nekat tersebut dilakukan oleh Eko Haryanto (15), siswa kelas VI SD 
Kepunduhan 01, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, pekan lalu. Hingga Senin 
(2/5), korban masih tak sadarkan diri di ruang ICU Rumah Sakit Mitra Siaga 
Kabupaten Tegal.

Eko ditemukan menggantung diri menggunakan selendang di ruang tamu rumah mereka 
oleh ibunya, Ruwet Dioni (37). Tindakan tersebut diduga dilakukan korban 
lantaran ia malu gara-gara menunggak uang sekolah selama sembilan bulan. Setiap 
bulan, Eko dikenai pungutan sejumlah Rp 5.000.

Kasus upaya bunuh diri terkait masalah biaya pendidikan ini semakin menegaskan 
betapa sulit bagi orang-orang miskin untuk bisa mengakses pendidikan.

Di Kabupaten Tegal saja, usaha bunuh diri oleh seorang siswa ini merupakan 
kasus kedua dalam satu bulan terakhir. Sebelumnya, pada tanggal 7 April 2005, 
Bunyamin (17)-siswa kelas II Logam 1 SMK Negeri 2 Adiwerna, Kabupaten Tegal- 
malah ditemukan tewas menggantung diri karena tidak mampu membayar uang 
sumbangan penyelenggaraan pendidikan (SPP) (Kompas, 8/4).

Dua tahun lalu, kasus serupa juga terjadi di Kabupaten Garut, Jawa Barat. 
Ketika itu, Haryanto-siswa SD Negeri Sanding IV, Kabupaten Garut-mencoba bunuh 
diri dengan menggantungkan tubuhnya dengan kawat di kusen belakang rumah mereka.

Tindakan itu ia lakukan karena merasa malu lantaran orangtuanya-sehari-hari 
bekerja sebagai buruh pikul-tidak mampu memenuhi permintaannya membayarkan 
biaya ekstrakurikuler yang diminta pihak sekolah (Kompas, 24 Agustus 2004).

Persiapan ujian akhir

Ruwet menuturkan, pada hari Minggu tanggal 24 April 2005 (sehari sebelum Eko 
nekat menggantung diri-Red), Eko menyerahkan undangan pertemuan dari sekolah, 
terkait dengan persiapan ujian akhir.

Pertemuan wali murid dengan pihak sekolah itu rencananya akan diadakan pada 
hari Selasa. Selain undangan rapat terkait dengan rencana persiapan menghadapi 
ujian akhir, Eko juga mendapat tagihan tunggakan uang sekolah selama sembilan 
bulan.

Oleh karena itu, pada Senin pagi, Ruwet datang ke sekolah untuk melunasi 
tunggakan uang sekolah Eko. Saat ia pulang ke rumah, Ruwet mendapati Eko tengah 
menangis. Saat ditanya, anak pertama dari dua bersaudara tersebut tidak mau 
menjawab.

Namun, Eko sempat mengaku malu kepada ibunya karena disindir-sindir oleh 
gurunya lantaran dia tidak membayarkan uang sekolah yang menjadi kewajibannya.

Ruwet mengaku tidak terlalu memedulikan kejadian itu. Ia kemudian pergi ke 
sawah. Selama ini, ia dan suaminya, Sohirin (40), memang sehari-hari bekerja 
sebagai buruh tani dengan penghasilan sekitar Rp 20.000 per hari.

Namun, alangkah terkejutnya saat ia kembali pada petang hari karena mendapati 
Eko tergantung di ruang tamu. Dalam situasi panik, bocah tersebut segera 
dilarikan ke rumah sakit. Jiwanya memang tertolong, namun hingga saat ini Eko 
belum sadarkan diri. Kompas yang menjenguk ke rumah sakit hanya melihat Eko 
terbaring dengan kondisi mata dan mulut terbuka. Sesekali terdengar suara 
seperti orang mengorok dari mulutnya.

Biaya obat

Menurut Ruwet, kondisi tersebut sangat membebani keluarganya. Untuk biaya 
pembelian obat selama satu minggu terakhir ia sudah mengeluarkan uang lebih 
dari Rp 2 juta. Sementara untuk biaya tempat dan perawatan rumah sakit selama 
lima hari pertama, ia mengaku mendapat tagihan sebanyak Rp 2 juta.

Padahal, penghasilan keluarganya sebagai buruh tani sangat kecil, hanya sekitar 
Rp 20.000 per hari. Itu pun harus digunakan untuk membiayai anaknya yang lain, 
yaitu Kulun Riyanto (8) yang kini duduk di kelas II SD.

"Biaya yang dikeluarkan sangat banyak, sementara kondisi anak saya masih saja 
seperti ini," ujar Ruwet menangis.

Ketua Pusat Pelayanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak (Puspa) Kota Tegal 
Hamidah Abdurrahman mengatakan bahwa upaya bunuh diri yang dilakukan anak di 
bawah umur merupakan fenomena yang sudah muncul sejak beberapa waktu di 
masyarakat. Secara hukum, perbuatan yang dilakukan anak di bawah umur merupakan 
tanggung jawab orangtua.

Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa secara psikologis saat ini anak cenderung 
lebih cepat dewasa. Sementara di sisi lain ia juga memiliki masalah seperti 
halnya orang dewasa. Oleh karena itu, berbagai cara bisa dilakukan untuk 
menyelesaikan masalah tersebut, termasuk bunuh diri. (WIE)


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Dying to be thin?
Anorexia. Narrated by Julianne Moore .
http://us.click.yahoo.com/FLQ_sC/gsnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke