http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=13573
2010-03-02 Tajuk Rencana Presiden Pasang Badan "Kita khawatir pernyataan SBY kali ini pun bisa "diplintir" untuk menjadikan dirinya sebagai sasaran tembak. Setelah mengikuti proses kerja Pansus Hak Angket Bank Century DPR dan dinamika politik di masyarakat, Presiden SBY akhirnya buka suara menegaskan sikapnya. Di hadapan para bankir di Istana Negara kemarin, Presiden menyatakan, kebijakan bailout Century tepat untuk menyelamatkan perbankan dan perekonomian bangsa. Sebagai kepala pemerintahan, ia bertanggung jawab sepenuhnya atas kebijakan bailout tersebut. Pernyataan Presiden tentu didasarkan atas rangkaian fakta yang sudah dipelajarinya dengan cermat. Pandangannya tidak dilontarkan pada awal ketika para anggota Pansus menunjukkan semangat yang meluap-luap, dan sebelum kasus Century cukup terungkap ke publik. Keberanian Presiden pasang badan tentu atas pertimbangan dan keyakinannya bahwa pihaknya di atas angin. Setidaknya, terdapat tiga faktor yang membuat SBY kini tampil penuh percaya diri dalam kasus Century. Pertama, tidak ada pemakzulan terhadap Presiden. Kedua, Pansus tidak bisa membuktikan bahwa ada aliran dana Century yang mengalir ke keluarganya dan Partai Demokrat secara tidak sah dan melawan hukum. Ketiga, Presiden juga memiliki keyakinan bahwa posisi Boediono dan Sri Mulyani Indrawati cukup aman. Fraksi yang semula kencang menyebut nama Boediono dan Sri Mulyani sebagai penanggung jawab penyimpangan pengucuran FPJP dan keputusan bailout yang tidak berdasar, kini mengendur. Lobi-lobi politik yang dilancarkan kubu pendukung bailout cukup membuahkan hasil. Hari ini dan besok, DPR akan memutuskan kasus Century. Dua draf rekomendasi yang diajukan Pansus ke Sidang Paripurna tidak lagi mencantumkan nama Boediono dan Sri Mulyani sebagai pejabat yang paling bertanggung jawab. Karena itu, bila pun voting terjadi, bisa dipastikan bahwa keduanya lolos (untuk sementara waktu) dari jeratan sejumlah fraksi yang sejak awal terkesan menyasar keduanya. Pernyataan Presiden bahwa dirinya bertanggung jawab atas bailout memiliki sejumlah implikasi. Pertama, apakah dengan pernyataan SBY itu Boediono dan Sri Mulyani tidak lagi bertanggung jawab? Kedua, bagaimana DPR merespons pernyataan Presiden? Apakah sasaran DPR kini langsung ke Presiden? Ketiga, bagaimana kekuatan ekstraparlementer bereaksi terhadap pernyataan Presiden dan hasil Sidang Paripurna? Sebagai orang yang terbiasa berbicara terukur, Presiden SBY tentunya sudah memperhitungkan matang-matang ketiga implikasi tersebut. Yang perlu diperjelas saat ini adalah bagaimana bentuk tanggung jawab konkretnya? Apakah dengan pernyataan itu lantas semua tudingan kesalahan kepada Boediono dan Sri Mulyani menjadi beban tanggung SBY? Kita melihat bahwa sinyalemen ini berpotensi menjadi bumerang bagi SBY. Kendati draft rekomendasi akhir Pansus tidak menyebut langsung nama Boediono dan Sri Mulyani, tapi pandangan akhir empat fraksi (PDI-P, Golkar, PKS, dan Hanura) yang jelas-jelas menyebut nama keduanya akan tetap menjadi catatan bahwa mereka bersalah. Karena itu, akan senantiasa ada tuntutan tanggung jawab politik dan hukum yang bakal menghantui kedua pejabat tersebut. Pertanyaan selanjutnya, apakah fakta tersebut menjadi selesai begitu saja dengan pernyataan pasang badan SBY itu? Ataukah semua masalah yang melilit Boediono dan Sri Mulyani terkait kasus Century otomatis diambilalih dan menjadi masalah Presiden SBY? Kondisi ini berpotensi besar berkembang menjadi bola liar, bila kemudian DPR mengalihkan sasaran tembaknya ke SBY karena menganggap pernyataan tanggung jawabnya itu sebagai tantangan terbuka. Apalagi dalam masa kerja Pansus sempat mencuat wacana pemakzulan Presiden. Pernyataan SBY kali ini bisa ditangkap oleh fraksi-fraksi yang sempat mengumandangkan wacana pemakzulan, sama halnya seperti saat fraksi-fraksi dari partai koalisi memaknai keinginan SBY membuat kasus Century terang benderang. Semangat membuat terang benderang inilah yang kerap dijadikan alasan fraksi-fraksi koalisi saat Partai Demokrat melihat mereka sudah kebablasan. Karena itu, kita khawatir pernyataan SBY kali ini pun bisa "diplintir" untuk menjadikan dirinya sebagai sasaran tembak. Sejalan dengan itu, pernyataan pasang badan ini pun bisa dipakai oleh para aktivis jalanan yang sejak awal melihat bahwa penanggung jawab skandal Century adalah SBY selaku kepala pemerintahan. Gerakan-gerakan ekstraparlementer berpeluang besar mendapat "mainan baru" dengan pernyataan ini. Mereka bisa menjadikannya sebagai pintu masuk untuk menyerang langsung SBY, dengan memanfaatkan ucapan SBY sendiri. Kita tidak bisa menutup mata bahwa bagi sebagian aktivis, kredibilitas SBY sebagai pemimpin pembawa harapan sudah di titik nadir. Tokoh-tokoh yang berhimpun dan Gerakan Indonesia Bersih (GIB) , Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi (Kompak), dan Petisi 28, misalnya, sudah tidak percaya lagi terhadap kepemimpinan SBY. Bagi para aktivis seperti ini, sikap pasang badan tersebut ibarat memadamkan api dengan bensin. Apa pun hasil Century, SBY akan tetap menjadi sasaran tembak mereka. Namun, apa pun implikasi dari pernyataan SBY tersebut, kita melihat ada nilai positif yang patut diacungi jempol. Presiden SBY telah menjawab harapan publik selama ini bahwa pemimpinnya adalah orang yang satria dan berani bertanggung jawab. Sekarang tinggal bagaimana bentuk tanggung jawab itu dijabarkan pada tataran konkret untuk menuntaskan skandal Bank Century. [Non-text portions of this message have been removed]