Banyaknya siswa yang tidak lulus menimbulkan kehebohan
pada Ujian Nasional kali ini.

Bagaimana tidak? Ada siswa yang selalu mendapat
ranking, lulus PMDK, dapat beasiswa, tapi karena nilai
di UN jelek akhirnya dia tidak lulus SMA.

Jadi bukan hanya kuantitas yang jadi masalah, tapi
ternyata siswa unggulan pun banyak yang tidak lulus
(apalagi yang di bawahnya) SMA hanya karena nilai
UN-nya jelek.

Sebelumnya suara kelompok yang menentang UN (dulu
Ebtanas) menang dengan alasan UN tidak perlu. Padahal
itu perlu untuk mengetahui apakah ada sekolah yang
mutunya bagus atau buruk. Tanpa UN bagaimana kita tahu
sekolah itu sudah baik atau tidak dibanding sekolah
lainnya. Semua siswa harus dites dengan mutu soal yang
sama.

Di sisi lain, Depdiknas juga terlalu ekstrim
memaksakan UN sebagai tolok ukur kelulusan tanpa
berusaha menyamakan dulu kualitas sekolah, guru, dan
pendidikan semua sekolah baik yang ada di kota-kota
besar, mau pun yang ada di pelosok desa atau
pedalaman.

Akibatnya ranking bawah sekolah yang bermutu di kota
besar bisa lulus, sementara juara umum sekolah yang
kurang baik tidak lulus.

Bagaimana pun juga pemerintah harus membantu
sekolah-sekolah agar standar pendidikannya jadi tidak
jauh berbeda. Itu perlu proses. Perlu waktu dan tidak
bisa seketika.

Depdiknas juga harus menyadari bahwa tidak semua orang
harus menguasai semua bidang. Sebagai contoh, seorang
seniman yang menyukai musik atau ingin jadi novelis,
tidak harus dia mendapat nilai matematika atau fisika
6 ke atas. Jika pemerintah memaksakan nilai itu
sehingga dia tidak lulus dan tidak dapat melanjutkan
ke akademi musik, berapa banyak orang berbakat yang
harus tersingkir?

Bakat dan minat setiap orang berbeda. 

Oleh karena itu ada baiknya pemerintah mencoba
menyamakan standar pendidikan di berbagai sekolah di
seluruh Indonesia. Baik dengan meningkatkan
kesejahteraan guru sehingga didapat guru yang
berkualitas, buku-buku yang baik dan peralatan sekolah
lainnya.

Kurikulum juga harus dibuat sesederhana mungkin dan
dapat dimengerti siswa dan gurunya. Sebab saya sering
mendengar bahwa di Indonesia ini terlalu banyak mata
pelajaran dibanding di luar. Itu pun kebanyakan
terlalu teoritis dan tidak dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga hampir tidak
bermanfaat. 

Terkadang karena text booknya kurang jelas (misalnya
rumus, contoh soal, dan aplikasi dalam kehidupan nyata
kurang jelas) akhirnya bukan hanya siswa, tapi gurunya
juga ikut bingung sehingga mengajar seasalnya.

Karena bakat dan minat masing-masing orang berbeda,
kelulusan sebaiknya diambil dari rata2 seluruh
pelajaran. Nilai minimal kelulusan boleh rendah,
misalnya 4 untuk matematika atau fisika, tapi nilai
rata2 seluruhnya harus lebih dari 5 atau 6 (dilakukan
secara berjenjang).

Jika siswa diluluskan seluruhnya juga kurang mendidik.
Siswa cenderung malas dan hura-hura. Sebaliknya jika
terlalu banyak siswa yang tidak lulus juga negara ini
bisa ambruk karena banyak siswa yang tidak dapat
melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Maksimal
dari 1 kelas 2-3 orang saja yang tidak lulus (5% -
7,5%).

Semoga ke depan Depdiknas bisa bertindak lebih bijak.

Salam

===
Dampak Pornografi: 1 di antara 3 wanita AS diperkosa. Tiap tahun 2,3 juta 
wanita hamil di luar nikah di Indonesia (Dr. Boyke). Berantas pornografi dukung 
RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi - www.nizami.org

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Great things are happening at Yahoo! Groups.  See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/TISQkA/hOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke