http://www.suaramerdeka.com/harian/0510/03/opi01.htm


tajuk rencana
Bom Lagi, Mengapa Terus Terjadi?
- Kita tidak mampu menjawab, mengapa bom meledak lagi, mengapa jatuh korban 
lagi, dan mengapa teror terus membayangi? Otoritas-otoritas yang terkait dengan 
keamanan juga tidak mungkin memberi jaminan, apakah kawasan tertentu 
benar-benar dapat dikatakan aman, dan apakah tidak akan ada bom lagi setelah 
rentetan kejadian dari tahun ke tahun, bulan ke bulan menyajikan tragika 
kemanusiaan yang mengerikan. Termasuk di negeri tercinta ini. Ketika bom 
menewaskan sekian jiwa manusia, sebuah pelajaran selalu didapat, termasuk 
bagaimana kita bersikap preventif untuk meningkatkan kewaspadaan. Namun 
terbukti sang peledak dan jaringannya seperti menyampaikan pesan bahwa mereka 
lebih lihai dari kemungkinan intaian dunia intelijen.

- Ketika akhir pekan kemarin enam ledakan mengguncang Bali, menewaskan puluhan 
jiwa manusia serta ratusan mengalami luka-luka, kita tidak tahu apakah itu 
menjadi yang terakhir. Rasa aman kini ibarat rancangan kehidupan yang 
meniscayakan berbagai kemungkinan: karena maut dengan cara mengerikan bisa 
mengancam kapan saja, di mana saja, tanpa jaminan kemampuan prima untuk 
mengendalikan dan mengendusnya. Sebagai bangsa, kita dihentakkan ke trauma 12 
Oktober 2002, ketika bom meluluhlantakkan kawasan wisata di Legian, Kuta, 
menewaskan 210 orang dan melukai ratusan lainnya. Tragika itu tercatat sebagai 
teror terdahsyat yang pernah terjadi di Indonesia, dan setelah itu 
mengetengahkan rentetan teror bom.

- Yang secara maksimal bisa dilakukan oleh pemerintahan Presiden Susilo Bambang 
Yudhoyono saat ini kiranya sudah tepat, yakni segera menyampaikan kutukan dan 
janji untuk menggulung pelakunya. Statemen ini menjadi penting di tengah lalu 
lintas global, karena terkait dengan persoalan-persoalan citra pariwisata, dan 
politik-ekonomi khususnya investasi. Kesigapan dan kecepatan kepolisian dalam 
menggulung komplotan pelaku bom Bali pada 2002, mendapat pujian dari masyarakat 
internasional. Demikian jugalah yang kita harapkan pada kejadian akhir pekan 
lalu. Investigasi cepat dan memberi gambaran tentang pelaku, berpeluang untuk 
memulihkan kepercayaan dunia. Selebihnya, sekali lagi adalah pelajaran untuk 
berlaku preventif.

- Kebiadaban di Pulau Dewata itu jelas memperkeruh suasana pemulihan 
perekonomian yang kini sedang di babak-babak awal setelah pengurangan subsidi 
harga BBM, dua hari lalu. Rakyat masih merasakan pukulan berat kenaikan harga 
BBM yang mencapai 87 persen. Bukan hanya dari komposisi harga yang baru, 
melainkan juga kelangkaan minyak yang dialami dalam beberapa pekan terakhir, 
yang menciptakan tekanan-tekanan psikologis tersendiri. Belum lagi menjelang 
bulan Ramadan, Lebaran, dan Natal ini dipastikan indeks harga kebutuhan pokok 
akan membubung. Dari sisi ini saja, betapa pelaku pengeboman di Bali 
benar-benar tidak berperikemanusiaan. Apa pun agenda pelakunya, rakyat jugalah 
yang akan bertambah menderita.

- Berbagai upaya pemulihan kunjungan wisata ke Bali pascabom 2002, sebenarnya 
sudah membuahkan hasil. Bahkan, di tengah berbagai ledakan bom di Bandara 
Soekarno - Hatta (27 April 2003), Hotel JW Marriot (5 Agustus 2003), di Palopo 
(11 Januari 2004), di Jl Soekarno - Hatta Riau (4 Mei 2004), di depan Kedubes 
Australia di Jakarta (9 September 2004), serta di Poso (28 Mei 2005), arus 
wisatawan ke Bali tidak terpengaruh. Artinya, recovery dapat dicapai, dan 
trauma sudah mulai dapat dikikis. Tetapi bagaimana dengan enam ledakan yang 
baru saja mengguncang? Pekerjaan baru pun mengadang, maka kita patut memberikan 
support penuh kepada pemerintah dan aparat keamanan untuk mengambil 
langkah-langkah pemulihan secepatnya.

- Agenda-agenda tersembunyi jaringan pelaku teror terbukti masih sulit untuk 
diidentifikasi secara tuntas. Sel-sel yang dibangun sudah sedemikian rupa 
membentuk akar yang kuat. Di tengah kecemasan yang terus membayangi Indonesia, 
Asia Tenggara, dan dunia, dua buron Mabes Polri, yakni Dr Azahari dan Noordin 
Moh Top, hingga sekarang belum juga dapat dibekuk. Walaupun kita tidak tahu 
persis apakah teror akhir pekan lalu itu terkait dengan kedua nama utama itu 
atau tidak, tetapi ''sirnanya'' Azahari dan Noordin bagaimanapun terus 
menumbuhkan rasa waswas. Target agenda politik terorisme, sebagian memang sudah 
terbaca. Persoalannya, mengapa target itu dengan enteng mengorbankan nyawa 
manusia seolah-olah tidak ada lagi harganya? 


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke