http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/9/22/o1.htm

Skenario Sebuah Malapetaka



RASANYA belum habis keterkejutan masyarakat soal rencana pemerintah menaikkan 
harga BBM yang kemudian, dan selalu, diikuti kenaikan harga, muncul lagi berita 
yang tidak kalah menohok. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) lewat dirutnya, 
Eddie Widiono, seperti yang dimuat Bali Post Rabu (21/9) kemarin, berencana 
menaikkan tarif dasar listrik (TDL) pada tahun 2006 secara berkala. 

Pendapat Eddie yang mengemuka pada rapat dengar pendapat itu berkilah pihaknya 
terpaksa melakukan hal tersebut karena biaya pokok penyediaan listrik saat ini 
jauh lebih tinggi ketimbang TDL yang ditetapkan pemerintah. Maka tiga skenario 
pun dikemukakan PLN yaki pertama TDL naik sementara tergantung harga BMM, kedua 
kenaikan TDL tetap dalam jangka waktu tertentu, dan ketiga kombinasi antara 
skenario pertama dan kedua. Ini skenario PLN. Pemerintah pun punya skenario 
dalam peningkatan harga BBM.

Lalu, bagaimana skenario rakyat? Di tengah himpitan ekonomi yang sangat 
menjepit saat ini, yang bisa dilakukan rakyat mungkin hanya pasrah.

Apa yang bisa diperbuat? Menanti uluran dana kompensasi mungkin itu salah 
satunya. Walaupun di tengah dana yang mulai dikucurkan itu, sikap tidak percaya 
pun bukannya tidak menyeruak. Apakah dana itu akan benar-benar sampai ke tangan 
rakyat kecil? Ke tangan rakyat yang memerlukannya? Banyak yang tidak yakin. 
Walau begitu kita harus tetap yakin dan percaya bahwa pemerintah tidak akan 
membiarkan rakyatnya dalam kondisi seperti sekarang ini. Walaupun kemudian ada 
yang memancing di air keruh, kita berharap pemerintah menindak tegas pelakunya. 
Mungkin hanya ini yang bisa kita lakukan.

Jangan tanya lagi dampak ikutan yang akan menyertai kenaikan BBM dan listrik 
itu. Rasanya skenarionya sudah jelas. Rakyat akan semakin terhimpit. Ending-nya 
juga jelas, rakyat akan terkapar. Saat ini saja, BBM langka di mana-mana. 
Minyak tanah yang dibutuhkan rakyat menengah ke bawah ini menjadi barang yang 
paling diburu. Rakyat rela antre berjam-jam  hanya untuk mendapatkan minyak 
tanah dua sampai tiga liter. Hanya untuk kebutuhan sehari-hari. Sedangkan 
premium dan solar, di beberapa daerah masih sulit dan belum lancar.

Dalam konteks Bali, di tengah pro-kontra proyek geothermal, bisa jadi ini akan 
menjadi salah satu asumsi pihak-pihak yang berkepentingan. Kita tentu tidak 
menyiarkan syak wasangka atau perasaan saling mencurigai. Namun, paling tidak 
krisis energi tidak dijadikan semacam fait a compli agar masyarakat Bali 
menerima proyek tersebut. Ini hanya sebuah tawaran pemikiran yang tentu saja 
bisa diperdebatkan.

Selalu kita ingatkan kepada diri sendiri, ini yang lebih penting, pulau ini 
kecil dan mempunyai daya dukung yang terbatas. Kita tentu tidak ingin 
mengeksploitasi daerah ini untuk menjawab kepentingan-kepentingan atau 
permasalahan yang mempunyai dampak luas di kemudian hari.

Marilah kita coba tarik ke belakang. Ketika krisis energi mulai 
''diperkenalkan'' beberapa bulan lalu, banyak wacana yang mengemuka. Apakah itu 
imbauan, perintah, desakan dan sebagainya untuk hemat energi bak mitraliur 
berhamburan dari pernyataan pejabat. Tetapi setelah beberapa bulan berlalu, 
wacana tinggallah wacana. Imbauan tetap imbauan. Desakan untuk berhemat pun 
tinggal angin lalu.

Contoh kecil hemat energi, yang diimbau dilakukan pemerintah, kini hanya omong 
kosong. Listrik tetap saja menyala di siang hari, penggunaan kendaraan dinas di 
luar jam dinas tetap saja marak, pejabat yang ''keluyuran'' tanpa hasil yang 
jelas tetap saja terjadi. Lalu, inti gerakan hemat energi itu di mana? Pun 
ketika ada imbauan hiburan malam tutup lebih awal, kini tidak ada lagi yang 
menghiraukan. Dari beberapa persoalan ini, dapat kita tarik sebuah benang merah 
bahwa bangsa ini memang tidak serius dalam memperbaiki dirinya sendiri. Para 
pejabat yang dianggap mampu membebaskan negeri ini dari kehancuran justru sibuk 
beretorika. Jadi, rakyat yang kena malapetaka.

Mungkin ini berlebihan. Namun, kalau ini dianggap sebagai skenario, bukan 
skenario sebuah film fiksi, tetapi sebuah film dokumenter. Karena begitu jelas, 
dan begitu nyata.


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke