LOWONGAN SUKARELAWAN KELINCI PERCOBAAN 
Mengapa Socrates Tidak Menulis & Vincent Liong Tidak
Membaca ?
oleh: Vincent Liong sendiri...


NOTE: Tentu pernyataan saya di atas akan ditertawakan,
dibuat ejekan oleh anda orang-orang ilmiah di sini.
Harap tulisan ini di-forward ke kenalan anda yang
kebetulan kerja sebagai dosen atau mahasiswa di Atma
Jaya.

Diskusi & penjelasan lebih lanjut untuk tema ini dapat
dilakukan, klik:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/11968
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/2203


Join Maillist Vincent Liong & Psikologi Transformatif,
klik:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/join

http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join 

Balasan email ini silahkan dikirim ke:
[EMAIL PROTECTED],
[EMAIL PROTECTED],
[EMAIL PROTECTED] 




P E N G A N T A R 

Tadi pagi ketika ada kuliah Statistik di ruangan YB
105 dengan dosen-nya mbak Lena (Pudek dari fakultas
Psikologi Atma Jaya), menurut jatwal di kartu Rencana
Studi, kuliah Statistik I terjatwal pada hari Rabu,
07.00-09.30. Saya tidak membolos, absensi saya lumayan
lengkap. Yang saya lakukan adalah, pada Pk. 08.30 +/-
saya ijin keluar kelas dengan alasan ke Toilet dan
tidak kembali ke ruang kelas sampai kuliah selesai.
Menurut keyakinan yang saya anut, itu tindakan yang
lebih menghargai sang dosen dibanding bilamana saya
tidur di kelas sehingga mengganggu konsentrasi
mengajar sang dosen. Saya tidak ada masalah secara
pribadi dengan sang dosen, tetapi saya bermasalah
dengan jenis matakuliahnya: statistik yang buat mata
saya artinya Matematika.

Pagi ini saya sempat berbicara dengan beberapa
mahasiswa Psikologi Atmajaya dan ‘Bimo Wikantioso’
salah satu murid bimbingan pineal re-programming
kebanggaan saya, dengan spesifikasi utama ahli
intepretasi “Simbol”. Pagi ini, anak-anak mahasiswa
menanyakan satu pertanyaan utama kepada saya yaitu:
“Mengapa saya cabut kuliah?” & “Mengapa saya berani
bolos ‘UTS’(Ujian Tengah Semester) dan tidak meminta
susulan?” 

NOTE: Mungkin berita yang akan anda intepretasikan
sebagai kegilaan saya ini adalah berita gembira bagi
anda yang menekuni bidang Psikologi karena menutut
persepsi anda akan membantu jatuhnya aliran Vincent
Liong yang sangat membahayakan kaum Psikologi
bergengsi Jabatan / Gelar yang telah memiliki dan
menikmati monopoli.

Ada beberapa alasan pribadi yang membuat saya perlu
bolos kuliah Statistik tsb:
1. Sejak saya mendaftar di Unika Atma Jaya jurusan
Psikologi saya telah menyerahkan surat rekomendasi
dari berbagai pihak yang menekankan bahwa saya sangat
amat bodoh dan bahkan tidak menulis matapelajaran
matematika dalam ijasah Highschool / SMU saya. Ini
saya lakukan karena saya sangat antipati dan punya
dendam pribadi dengan pelajaran matematika.
2. Bilamana saya dapat menerapkan metodologi dan
sistematika tekhnologi pineal re-programming saya
untuk belajar dan mengerti ini berbagai macam buku
tanpa pola umum membaca yang sudah ada, maka ini tidak
bisa saya gunakan pada matapelajaran Matematika. Saya
kesal kalau harus memberi perlakukan special buat
matapelajaran yang saya benci ini. Matematika
menggunakan rumus dari simbol angka dan tanda yang
pendek dan berderet rapat yang merupakan kelemahan
yang belum saya temukan tekhnologi untuk
mengaplikasikan-nya seperti pada matapelajaran yang
sifatnya menggunakan language penyampaian yang terdiri
dari deretan kata dan kalimat.  
3. Statistika adalah ilmu tidak pasti, maksut saya
ilmu yang sifatnya membuat prakiraan / ramalan
matematis tentang hasil dan kesimpulan yang ingin
dicapai. Meskipun cakupan ilmu pasti dalam
ilmupengetahuan saat ini masih terbatas pada indra
visual (yng bisa dilihat mata) saja, saya memiliki
keyakinan bahwa di masa mendatang ilmupengetahuan yang
mencakup: indra pendengaran, indra penciuman, indra
perasa & indra peraba akan terus berkembang seiring
dengan perkembangan waktu sehingga bisa menjadi jenis
lain ilmu pasti. Misal: Science base on eyes, Science
base on ears, Science base on taste, Science base on
touch & Science base on smell. Secara pribadi saya
meyakini ilmu pasti dan tidak meyakini ilmu tidak
pasti. Mengapa manusia memfokuskan diri pada
intepretasi visual, ini karena inteprater visual pada
otak terbiasa latihan secara mandiri secara continue
untuk meng-intepretasikan input visual yang diterima.
Dan empat indera lain selain mata meski bersama-sama
menerima input, tetapi tidak ada usaha untuk
meng-intepretasikan input yang masuk tsb menjadi
informasi yang dapat dimengerti oleh kesadaran
manusia; bahkan ketika anak mulai masuk sekolah, ada
usaha dari sekolah untuk cuek, mematikan bahkan
menekankan untuk tidak peduli pada intepretasi lain
selain mata.

Para mahasiswa tsb bertanya lebih lanjut: “Bagaimana
Vincent Liong bisa tidak di DO karena jumlah SKS
kurang dari 40 dalam dua semester misalnya, atau bisa
lulus bilamana ada peraturan bahwa matakuliah yang
lanjutan dari statistik hanya bisa diikuti oleh yang
lulus matakuliah Statistik?” 

Tujuan utama saya mendaftar Psikologi adalah untuk
dapat mengembangkan penelitian saya, dimana sebuah
penelitian menuntut adanya banyak individu
subject/object penelitian yang berbeda. Semakin banyak
jumlah individu subject/object penelitian yang
mendapat perlakukan yang sama dengan hasil penelitian
yang sama, maka kesimpuln penelitian yang dihasilkan
akan semakin kuat. Tidak hanya hal ini yang menarik
bagi saya di Psikologi; Kenyataan bahwa mayoritas
mahasiswa Psikologi Atma Jaya diajarkan
behaviouristic, bahkan angkatan sejak dua angkatan di
atas saya, hingga angkatan saya tidak akan diajarkan
matakuliah di luar behaviouristic bilamana tidak
mengambil S2 Psikologi setelah lulus nanti. Monopoli
dengan tidak mengajarkan di luar behaviouristic ini
membuat semacam kecemasan dan ketidakpercayaan diri di
kalangan mahasiswa dan alumni yang hanya mampu
berteori di kampusnya sendiri di mahasiswa Psikologi
Atma Jaya saja, tanpa mampu berinteraksi dengan
fakultas Psikologi di universitas lain (dalam
kenyataannya di hmpir semua falkultas psikologi di
Indonesia, satu fakultas dengan satu jenis aliran
psikologi saja sejak pertamakali masuk semester
pertama, berbeda dengan kedokteran yang ada dokter
umum dan penjurusan setelah lulus kedokteran umum) &
praktek Psikologi di luar fakultasnya yang juga
membutuhkan keterampilan di luar behaviouristic;
kritik saya ini berlaku kepada semua fakultas
Psikologi di Indonesia terutama yang merasa sudah
mapan dan memiliki nama baik.  

Saya (Vincent Liong) memanfaatkan kecemasan &
kekuarangan ini dengan sebaik-baiknya dengan cara
membuka recruiting bagi sukarelawan individu
subject/object penelitian bagi penelitian pineal
re-programming saya. Dimana sejak awal, saya sudah
mengatakan bahwa saya tidak menggaransi baik secara
moril maupun materi bahwa penelitian dimana mereka
sebagai kelinci percobaannya akan berhasil baik atau
gagal dengan segala konsekwensi. Saya hanya
menjanjikan bahwa dengan diperlakukan oleh metodologi
dan sistematika yang saya kembangkan dalam pineal
re-programming mereka secara gratis bisa mengetahui
sedikit-banyak soal jenis praktikum penelitian yang
saya berlakukan pada individu diri mereka.



V I N C E N T L I O N G    DI    A T M A   J A Y A 

Vincent Liong menyadari dengan sadar bahwa di
Psikologi Atma Jaya; Vincent Liong adalah buah
Simalakama yang memusingkan. Di satu sisi Vincent
Liong memiliki ilmupengetahuan langka yang belum
dikembangkan fakultas dan universitas lain yaitu
Pineal Re-Programming. Vincent Liong juga hampir
satu-satunya murid semester pertama fakultas
Psikologi, sepanjang sejarah universitas manapun yang
sejak SMU adalah rekan sejawat dari para Dosen, Pudek,
S1, S2, S3 dan Guru Besar dari berbagai universitas
dan fakultas terkemuka di Indonesia sebagai ilmuan dan
sebagai pengurus dari lembaga yang menaungi diskusi
ilmiah (Psikologi Transformatif). Vincent Liong juga
satu-satunya murid di sepanjang sejarah Unika Atma
Jaya yang menggunakan ijasah tanpa matapelajaran
matematika dan menggunakan surat sponsor (surat
rekomendasi) dari berbagai sahabat, koran Kompas,
Sinar Harapan dan direktur di Djarum Group yang
menceritakan dukungan secara pribadi tentang Vincent
Liong beserta ilmupengetahuan yang dibawa dan
kebodohan Vincent Liong dalam matematika. Vincent
Liong juga mahasiswa pertama di Psikologi Atma Jaya
yang oleh banyak fakultas Psikologi sudah dianggap
sudah old soul dan berrenkarnasi sejak 5000 tahun
silam. 

Bilamana pihak universitas ingin mendapat keuntungan
dari Vincent Liong, misal soal ilmupengetahuan yang
dibawanya sebagai harta kekayaan milik pribadi, maka
pihak universitas harus memberikan harga kompensasi
dan kenyamanan yang seimbang yang disetujui Vincent
Liong dan tidak boleh JaIm(Jaga Image) dengan sekedar
diam. Tetapi bila ini dilakukan, maka akan dianggap
tidak adil dalam etika sama rata sama rasa untuk
mahasiswa lain. 

Bilamana pihak universitas mendepak Vincent Liong,
misal kalau nilainya jelek, jumlah SKS kurang dari 40
dalam dua semester bisa di DO; Maka pihak universitas
juga serba-salah karena Vincent Liong sebagai anak
kecil yang sendirian terhadap institusi akan menjadi
cerita yang hangat untuk fakutas Psikologi saingan
business(kompetitor), apalagi Vincent Liong terlanjur
terkenal di berbagai fakultas Psikologi di tanah air;
bagi mahasiswa, dosen, pudek sampai guru besar sebagai
ilmuan bidang Psikologi lapangan yang nyeleneh, aneh,
ajaib, dianggap telah ber-reinkarnasi 5000 tahun dan
memiliki jenis keilmuan langka yang merupakan
mahasiswa Psikologi Atma Jaya semester pertama.
Bilamana ini terjadi, tentunya Vincent Liong akan
pasang iklan lelang Vincent Liong di berbagai
universitas Psikologi dan menunggu tawaran bargain dan
kompensasi yang paling menarik dan menguntungkan
karena Vincent Liong bermental peDagang.     

Sampai saat ini pihak institusi fakultas Psikologi
Atma Jaya memang mengambil sikap yang tampak bijak
sementara. Tetapi waktu terus berjalan dan tentu ada
waktunya dimana akhirnya sebuah institusi harus
memilih keputusan yang dua pilihannya sama-sama sulit
bagai buah simalakama.    



P S I K O L O G I    M I S T I K 

Satu masalah utama Vincent Liong di Psikologi adalah
gosip ‘mistik’ ala kalangan Psikologi yang Dukun
banget tentang Vincent Liong, mungkin agar keilmuan
Vincent Liong tidak dianggap ilmiah dengan segala
alasan telah menyebar luas, sehingga apapun hal ilmiah
yang dibuat oleh Vincent Liong, akan langsung
dikatakan tidak ilmiah. Ini saya lihat dari gosip soal
Indigo misalnya. Kemarin bahkan saya mendengar dari
anak UI bahwa seorang dosen Psikologi UI lulusan S2
bernama panggilan inisial: ‘D’dalam diskusinya
mengatakan bahwa Vincent Liong dianggap Indigo,
reinkarnasi 5000 tahun. Perbandingan yang saya buat:
konon Kera Sakti (Son Go Kong) saja hanya dihukum di
Gunung Lima Jari selama 500 tahun. Jadi Vincent Liong
ini tentunya dianggap jauh lebih sakti dari Kera Sakti
(Son Go Kong) bagi Psikologi UI. Jadi hal-hal yang
dibuat Vincent Liong dianggap hal ajaib yang hanya
bisa dilakukan oleh Vincent Liong dan tidak bisa
dilakukan orang lain. Ini pelecehan ilmiah yang mistik
yang dilakukan kaum ilmiah, tetapi apa boleh buat,
saya masih semester pertama, secara kelembagaan tidak
bisa komentar apa-apa tentang omongan/gosip dosen dan
institusi. Padahal saya sendiri tidak meyakini pola
jenis reinkarnasi yang dipaparkan. 

Tentunya Vincent Liong harus menerbitkan murid-murid
yang akhirnya disebut penemu keilmuan ini, entah murid
saya mau dibilang reinkarnasi berapa ribu atau ratus
tahun. Dengan repetisi ilmupengetahuan yang dilakukan
oleh Vincent Liong maka jumlah manusia yang konon
menurut Psikologi telah reinkarnasi ratusan atau
ribuhan tahun, yang old soul dapat diperbanyak secara
berlipatganda, dan Psikologi semakin mistik.    



V I N C E N T L I O N G    I N F O R M A L    U N I V
E R S I T Y

Agar penelitian saya tidak mudah di-contek oleh
kalangan ilmiah yang suka, bangga dan biasa disarankan
oleh institusi untuk melakukan copy&paste dari buku
yang sudah ada, maka saya membuat berbagai jurusan
dalam pengembangan pineal re-programming, dimana
setiap jurusan saya beri mata pelajaran dan arah yang
berbeda sesuai jurusannya. Karena ini pineal
re-programming, maka Vincent Liong sebagai pemilik
pertama mengetahui sistem metodologi yang dirahasiakan
untuk melakukan pineal re-programming ulang, sehingga
yang mampu menjadi tidak mampu seperti manusia normal
yang belum belajar (di-install operation system jenis
ini).

Mengapa saya (Vincent Liong) lebih senang jadi orang
bodoh dengan tidak belajar banyak untuk hal yang
spesifik? Jawab; karena akan lebih menguntungkan untuk
hanya fokus pada pengembangan penelitian dan
extensifikasi banyak jurusan, bilamana saya mengambil
banyak individu (yang sangat ahli di satu bidang
spesifik sempit tertentu), beberapa orang individu
untuk tiap jenis spesifikasi berbeda dan mendidiknya
secara mendalam pada satu jenis aliran yang sempit
yang memiliki alat (pengalaman) sudah sangat
dikuasainya tersebut. Saya sebagai peneliti pemulanya
tidak perlu menguasai alat, tetapi harus memiliki
sebanyak mungkin individu ahli dengan alat dan
gelar/jabatan akademis mereka. Gelas penuh air bila
diisi maka akan tumpah.

Misalnya, rekan Profesor Suhartono Taat Putra yang
saat ini mengetuai Medical Research Unit FK Unair
Bagian Patologi Anatomi, yang mengembangkan
Patobiologi dan Psikoneuroimunologi. Bilamana rekan
Taat tidak memilih masuk di bidang spesifik tsb, dan
menerapkan interest penelitian tema tsb ke berbagai
bidang secara transdental tanpa bahasa baku
kedokteran, sudah tentu penelitian rekan Taat akan
lebih berkembang luas daripada yang ada sekarang
karena judgement rekan Taat tidak terbatas pada bahasa
Patobiologi saja yang tentu ada lawan jenisnya. 

Note Pro Prof. Taat: Ngomong-ngomong tawaran kepada
Yth: saya From: anda tempo hari ;untuk bikin seminar
di fakultas Kedokteran Universitas Airlangga masih ada
tidak? Kalau masih ada usahain tiket, aye siapkan
dech…    

Konon, pendiri perusahaan Ford pernah diwawancarai
oleh wartawan: “Mengapa bapak tidak mengambil study
khusus untuk bidang bapak?” Jawab si Ford:”Mengapa
saya harus belajar, saya khan sudah memiliki ahli-ahli
di berbagai bidang yang spesifikasi di bidang tsb.
Bilamana saya ada masalah saya tinggal tanya ke
ahlinya saja.” Dalam kasus Ford, si Ford ini memang
sudah kaya, jadi bisa menggaji orang orang pilihannya,
ahli-ahli dari berbagai bidang untuk menangani bilaman
terjadi masalah yang harus diselesaikan Bp. Ford untuk
bidang tsb. Dalam kasus Vincent Liong, saya memiliki
banyak murid bimbing dari berbagaui jurusan yang saya
kembangkan yang sangat ahli di bidangnya, tetapi
memiliki ketergantungan untuk tetap setia, care,
baik-baikin Vincent Liong. Ini terjadi karena Vincent
Liong yang mampu sebagai pemula membuat berbagai
jurusan berbeda. Tiap murid didik hanya dispesifikasi
ke bidang yang dipilih dengan mengkombinasikan
pengalaman di pendidikan formal dengan pendidikan ala
Vincent Liong. Bilamana Vincent Liong mendapat
kesulitan untuk menjelaskan maka Vincent Liong hanya
perlu memberikan homework kepada murid didik untuk
menjelaskan sejelas-jelasnya. Murid didik yang belajar
dari Vincent Liong pada awalnya banyak menyangkal
karena perbedaan teori Vincent Liong dengan teori yang
ia pelajari sebelumnya, maka Vincent Liong belajar
kira-kira hal tidak sependapat apa yang dibuat oleh
jenis keilmuan tsb terhadap keilmuan yang dibawa
Vincent Liong dan tahu cara mengakalinya.    

Lampiran kewajiban yang harus disiapkan murid didik
untuk Vincent Liong:
* Menjelaskan definisi-definisi yang dipakai oleh
keilmuan tsb kepada Vincent Liong.. 
* Menanyakan dan mendebatkan point-point yang
diajarkan oleh Vincent Liong yang bertentangan dengan
keilmuan yang dianut.
* Simbol-simbol fisikal tentang judgement baik-buruk
dan tingkat positif negatif dalam intepretasi ;
contoh: Untuk yang jurusan kedokteran, apa definisi
dan inteprertasi tentang sakit jantung koroner. Apa
arti secara tampak fisik seseorang sakit dan tidak
sakit? Untuk jurusan Perminayakan: Apa arti jumlah
timbunan minyak sekian. dsb
* Alat Ujicoba dan Latihan ; contoh: Bilamana orang
jurusan kriminologi atau kedokteran misalnya, maka
resourch kunci kamar mayatnya dan mayat untuk ujicoba
harus disiapkan oleh pihak murid karena Vincent Liong
tidak punya rumah sakit dengan kamar mayat-nya. 
* Transportasi ; contoh: Antar jemput untuk Vincent
Liong harus disiapkan oleh pihak murid didik.
* Konsumsi: Vincent Liong lebih suka memberikan kuliah
informalnya di foodcourt dan pihak murid wajib
mentraktir makan dan minum setiap kali kuliah
informal.
* Sumbangan perlengkapan upacara untuk keyakinan yang
dianut Vincent Liong. Vincent Liong mengharapkan
sumbangan minyak goreng, lilin, dsb untuk dipakai
sebagai perlengkapan upacara sesuai keyakinan Vincent
Liong yang sifatnya individual dan tidak
disebarluaskan.


Untuk Psikologi sendiri saya punya dua jurusan
pengembangan Pineal Re-Programming yang sudah ada dan
akan secepatnya mengembangkan satu tambahan lagi
hingga menjadi tiga. Di luar Itu Vincent Liong sedang
mempersiapkan satu orang jurusan pengembangan
kedokteran umum yang masih dalam peroses belajar. Dari
Psikologi jurusan pengembangan yang ada diantaranya:

* Psikologi Pineal Re-Programming(Intepretasi Input
“Simbol”)
Lowongan recruiting sebagai individu subject/object
penelitian dibuka untuk individu mahasiswa psikologi
yang hampir lulus (semester akhir) atau sudah lulus,
yang berbakat dan aktif dalam keorganisasian; suka dan
ahli Psikoanalis, test gambar: Rorschach dan terhadap
TAT, Wartegg, DAM, BAUM, dsb. 

* Para-Psikologi Pineal Re-Programming
Lowongan recruiting sebagai individu subject/object
penelitian dibuka untuk individu yang suka mengkhayal,
atau yang ingin punya double degree: PsikoDukun-ia.
Dasar-dasarnya teorinya tidak berbeda dengan yang
diberikan kepada Psikologi Pineal Re-Programming,
hanya beda language yang digunakannya. Kalau di versi
Psikologinya yang dibahas hanya yang bisa dibukitkan
dan direpetisi, sedangkan yang di Para-Psikologi
banyak dimasukkan hal-hal WOW agar tampak lebih
menarik. Jadi bisa menyesuaikan languagenya dengan
dukun dan parapsikologi.

* Statistika Pineal Re-Programming
Lowongan recruiting sebagai individu subject/object
penelitian dibuka untuk individu mahasiswa psikologi
yang hampir lulus (semester akhir) atau sudah lulus,
yang berbakat dan aktif di bidang statistik. Beda
dengan statistik yang biasa adalah: bilamana di
sttistik pada umumnya hanya dibahas intepretasi input
visual saja, sedangkan di Statistika Pineal
Re-Programming dibahas soal intepretasi dari kelima
indera yang ada di individu secara bersamaan dan
transdental.

Di luar Psikologi, Vincent Liong dapat memberikan
jenis kuliah apapun yang sifatnya intepretasi seperti
misalnya: Kedokteran segala jurusan spesifikasi,
Perminyakan, Perusahaan Air Minum, Intelegent,
Kriminologi, Dagang/Business, dsb.

===================

Alasan Vincent Liong di atas adalah alasan yang sama:
Mengapa Socrates tidak menulis dan melarang secara
tidak keras Plato untuk menulis? Kalau Socrates nulis
maka tidak ada aliran Aristoteles yang berbeda dengan
aliran Plato. Ketika ajaran ditulis, maka ajaran
tersebut menjadi believe yang dipaksakan tanpa
dimengerti dan diintepretasi secara individual yang
unique oleh para murid didik. Ketika pelajaran
sifatnya lisan dan transdental, maka belajar adalah:
Mengintepretasikan guru secara bebas sebagai tontonan
pendidikan yang hasilnya tentu beda penilia beda
nilainya.    


Vincent Liong
20 Oktober 2005






L A M P I R A N 
Beberapa pendapat tentang pengembangan Pineal
Re-Programming yang dilakukan Vincent Liong dan
kelinci/tikus percobaannya dari rekan-rekan
profesional sejawat…


From: Audifax S.Psi.
Date: Tue Oct 18, 2005  6:36 pm
Subject: Fwd: Komentar Pineal-nya Vincent 

http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/2177
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/11937


Tampaknya bukan hanya saya saja yang "dipaksa" Vincent
Liong untuk
menanggapi Pineal Re-programming. Okelah, setelah
mencoba mencari
sudut pembahasan yang beda, akhirnya saya mencoba
menuliskan sisi
pembahasan saya.

Ketika membaca pertama kalinya, saya pikir apa yang
diungkapkan
Vincent Liong melalui Pineal Re-programming adalah hal
menarik, meski
mungkin beberapa rekan melihat kesejajarannya dengan
berbagai
pendekatan kognitif lain seperti dilihat Pak Ridwan
Handoyo mirip
NLP, Kundalini, atau Reiki.

Saya pribadi justru tertarik membahas secara lebih
makro dan
mengaitkannya dengan pembahasan-pembahasan lain di
psikologi
transformatif. Saya cermati beberapa diskusi di milis
ini menjadi
lebih masuk pada pemahaman mengenai struktur biologis
manusia. Selain
Pineal Re-programming-nya Vincent Liong yang melihat
kesejajaran
kerja Pineal dengan komputer, di sektor lain saya
bersama Pak Taat
juga mendiskusikan masalah kesejajaran sistem biologis
dalam diri
manusia dengan sistem sosial di masyarakat. Ini tentu
temuan-temuan
menarik yang bisa sangat berguna bagi pengembangan
psikologi.
Artinya, sebenarnya banyak hal yang bisa dieksplorasi
dan ditemukan
di milis ini, bahkan dibawa ke dunia nyata
praktikalitasnya. Jadi ini
sebenarnya menepis apa yang dituduhkan dan dianggapkan
sebagian orang
bahwa apa yang terjadi di milis psikologi
transformatif hanya wacana.
Baik Pineal Re-programming maupun Sistem Bio-Sosial,
saya rasa akan
sangat menarik jika ada yang membawanya pada
riset-riset. Mungkin
yang perlu ditelaah lebih jauh adalah ketika berbicara
Pineal, maka
sebagai salah satu "unit" di dalam "kepala manusia",
Vincent juga
mesti menjelaskan keterkaitannya dengan bagian-bagian
lain di dalam
kepala, terutama bagian-bagian dari otak. Ini agar tak
terkesan
parsial. Saya rasa anda bisa membuka diskusi dengan
Pak Taat pula
yang jelas lebih tahu akan hal ini. Akan lebih menarik
pula jika
dapat melihat kesejajarannya dengan teori-teori di
psikologi atau
pemahaman filosofis.

Saya rasa pada kasus ini ada benarnya juga yang
dikatakan
Indoshepherd bahwa sebenarnya apa yang dibahas oleh
Vincent Liong dan
saya, memang memiliki keterkaitan dengan
pemikiran-pemikiran filsafat
modern, Aufklärung atau bahkan Renaissance. Spinoza
dan Leibniz
misalnya, pernah mengemukakan tentang substansi yang
bisa jadi
mengaksentuasi bagian-bagian tertentu dari diskusi
saya dan Pak Taat,
sementara ada sisi-sisi di mana pemikiran John Locke
juga bisa masuk
dalam apa yang diistilahkan sebagai re-programming,
hanya saja
penerapannya yang mungkin selama ini belum terpikirkan
penjelasan
keterkaitannya. Ini karena apa yang sebenarnya dibahas
Vincent tampak
berdekatan dengan "ilmu alam" (natural science).

Saya juga masih bisa melihat bahwa Pineal
Re-programming ini bisa
jadi juga berkaitan dengan alam bawah sadar atau
psikoanalisa/psikoanalitik. Atau mungkin pula ada
rekan-rekan yang
kebetulan melihat Pineal Re-programming dari sisi
behavioristik dan
humanistik. Saya rasa masih banyak
kemungkinan-kemungkinan untuk
membahas Pineal Re-programming-nya Vincent Liong.
Termasuk menguji
kesahihan penerapannya.

Tapi saya mengingatkan di sini, termasuk untuk saya
sendiri, bahwa
dalam diskusi-diskusi dan pengembangan pemikiran
seperti ini, tentu
kita harus membaca dan menelaah pula sinkronisitas
dengan pemikiran-
pemikiran yang sudah ada, sehingga tak serta merta
dalam arogansi
mengklaim sebagai temuan. (Apalagi serta merta
menjudge ini sebagai
kemunduran ke alam filsafat, padahal dirinya tahu
filsafat juga
enggak). Seorang pemikir yang memiliki kapabilitas,
pada setiap
pemikirannya akan mengalami perjumpaan dan menyapa
pemikir lain yang
juga memiliki kapabilitas. Justru dalam perjumpaan dan
sapaan itulah
pemikiran-pemikiran ini berkembang. Sebaliknya,
pemikir yang tidak
punya kapabilitas, hanya akan bermasturbasi dengan
pemikiran-
pemikirannya sendiri dan mengekslusi
pemikiran-pemikiran lain agar
tak berhadapan dengan pemikirannya sendiri.




From: "Drs.Juswan Setyawan" <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Tue Oct 18, 2005  9:58 pm
Subject: Re: Komentar Pineal-nya Vincent 
juswan_setyawan

http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/11942


Fakultas Psikologi adalah suatu lembaga yang sudah
terstruktur dengan
standar kurikulum dan norma-norma yang sudah baku,
sama seperti semua
Fakultas lainnya. Sama juga dengan semua lembaga di
Indonesia ini (bahkan di
dunia) juga sudah terstruktur atau established. Semua
yang terlibat dalam
suatu lembaga terstruktur akan berusaha maksimal
menuruti norma-norma yang
ada atau dianggap sebagai "out-cast". Dan khususnya di
Indonesia ini
"l'esprit de corps" sangat kuat dan defensif-inklusif
sekali sehingga di
lembaga-lembaga non-sipil tertentu bahkan telah
menciptakan hak-hak
impunity.

Coba saksikan juga saja misalnya di lembaga Farmasi
dibuat aturan
bahwa semua Apotik harus kongsi dengan Apoteker atau
semua PBF harus punya
asisten apoteker. Dari Departemen Agama dibuat aturan
agar semua alumni IAIN
mendapat pekerjaan pada lembaga-lembaga pendidikan
lewat aturan pelajaran
agama harus diberikan oleh guru dengan agama yang
sama. Dari Departemen
Kesehatan dibuat aturan semua praktisi medikal
alternatif harus dapat izin
dari Depkes. Notaris juga sama di mana notaris
new-bread harus praktek di
ujung berung dan dokter baru lulus harus praktek di
hutan rimba sono...
jangan rebutan lahan di kota-kota besar apalagi
nyesekin di ibu kota ini...
Semuanya takut ancaman atas periuk nasi, takut
kehilangan identitas,
sehingga cenderung bersikap kaku dan otoriter.

Vincent ini kan masih anak muda - bahkan lebih muda
dari anak bungsu
saya yang baru diwisuda Sabtu yang lalu di Untar.
Pikiran anak muda ini
maunya sih disebut 'post modern' dan berjiwa anti
kemapanan - seperti tema
yang kerap dibahasnya bersama Leo di milis ini. Jadi
jangan heran kalau
jiwanya masih suka memberontak dan menolak segala
pengkotak-kotakanan dan
pelabelan apalagi pencemoohan... "Ah kamu itu kan
masih 'anak bawang', baru
semester pertama... belum ada tai-tainya... Tau apa
kamu tentang psikologi,
psikologi terapan, atau riset ilmiah... gelar S-0.25
pun kau belum punya..."
Yang tidak sampai terucapkan ialah kata-kata
seperti... "Lho kami ini kan
sudah S-2 dan S-3 jebolan dari amrik lagi... kami
sebagai penganut
ultracrepidarian bersabda jangan kau asal ngeritik
hal-hal yang di atas sol
sepatumu lah dan jangan banyak pentang bacot dulu
lah... Selesaikan studimu
tepat waktu... Sesudah itu barulah - kalau bener-bener
mau riset boleh...
tapi tentunya harus menurut tatacara yang benar... Ini
demi nama baik Alma
Mater lho... dan kami berhak untuk bla bla bla ...."

Lha anak muda sableng model Vincent ini tentu akan
spontan bereaksi...
"Emangnya gue pikirin? Mau adu banyakan siapa yang
baca buku psikologi? Gua
pegangin saja suatu buku, gua "sudah tahu" semua
isinya... kalau kagak
percaya silahkan test gua...!" Makanya mungkin ada
dosen (apalagi asisten)
yang jiper juga, terutama yang terbiasa hanya
berpegang pada satu buku
pegangan saja... "Mau ditaruh di mana muka gua kalau
sampai kalah berdebat
sama anak bau kencur itu?"

Untung Vincent tidak sampai bilang sama dosennya...
"Jangan macem-macem lu,
entar gua santet jadi kodok baru nyaho lu..." ha ha ha
emangnya Harry
Potter!? Kalau sampai gatalan terus seluruh tubuhnya
sih gua yakin Vincent
pasti bisa... lha wong ortunya sendiri "pernah
dikerjain" sampai merah padam
terus wajahnya... ya itu tadi dengan sistem pineal
reprogrammingnya
patentnya itu...

Bahkan di kalangan sesama para mahasiswa sendiri
Vincent menjadi
semacam momok, dukun santet, pengacau kemapanan, dan
musuh dalam selimut...
Tetapi dasar anaknya super cuwek... dia malah mencari
kawan di antara sesama
mereka yang "dimusuhi oleh kemapanan" dan yang
"terpinggirkan dalam
pergaulan"... ha ha ha... Sableng memang tetapi tetap
saja fenomenal...

Bagi orang macam Vincent, dia tidak akan peduli apakah
cara
eksperimennya menurut pemikiran yang sudah ada atau
ada sinkronitas dengan
itu. Penemu itu selalu protagonis, mulai dari "zero
point zero" kilahnya,
bahkan berlaku buat si Columbus yang menegakkan telur
dengan paksa... Malah
diejeknya mereka dengan mengatakan... "Kalau gelarnya
cuma diperoleh dengan
"copy & paste" pemikiran-pemikiran orang lain semua
itu lalu buat apa? Buat
sekedar lulus? Apa sumbangan nyata dari riset otentik
di lapangan untuk
kelestarian ilmu itu sendiri?" Semua cuma menuntut dan
membela hak tetapi
apa yang disumbangkan secara nyata? Itu semua adalah
manifestasi jiwa yang
berontak terhadap kemapanan dan mungkin juga
bentuk-bentuk
kesewenang-wenangan, yang nyata maupun yang tersirat.

Dengan reprogramming pineal sebenarnya ia "sudah
terseret" masuk ke dalam
arus aliran pseudo-science quantum physics dalam
bidang penyembuhan... Saya
katakan "pseudo" karena kalangan science murni masih
menolak hasil karya
mereka. Dr. Deepak Chopra, MD seorang endokrinologist
ternama termasuk
perintis dari paham quantum physics dalam bidang
healing ini seperti juga
suami-isteri Joan dan Boris Borysenko, Ph.D yang
keduanya ahli
psycho-neuro-imunologist. Semuanya mempunyai ciri yang
sama dan termasuk
dalam pandangan aliran The New Age.

Saya suka anak ini karena jiwanya bebas dan tidak
takut menghadapi apa
dan siapa pun. Ia cenderung tidak berpikiran diametral
hitam putih. Saya
lebih tua dari bapanya dan ia menyapa saya dengan
lu... ya saya ketawa saja
karena secara substansial antara seorang dengan
lainnya memang hanya ada
"aku dan engkau" dan bukan "hamba dan tuan" yang
feodalistik atau "saya dan
anda" yang eufemistik dan santun... Karena fenomen
anak ini menarik maka
saya pun terus mengamati kiprahnya dari tahun lalu
sampai sekarang. Saya
juga tidak keberatan disebut "muridnya" karena bagi
saya "everybody is my
teacher" karena saya selalu terbuka untuk mengambil
hikmah dari suatu
komunikasi dan involvement pribadi... Tetapi kepada
orang yang congkak,
tidak santun, dan suka melabel orang sayapun punya
citra rasa disgust...
walaupun mungkin di dalam "real world" ia seorang
gentleman yang sangat
santun, karena bagi saya berlaku "you are what you
wrote"... (what else?)

Anak ini suka berbuat suatu yang nyata dan yang
positif buat orang
lain... jiwa sosialnya bukan main. Ada anak yang butuh
orang tua asuh maka
ia carikan. Ada mahasiswa senior yang minderan maka
diajarnya teknik-teknik
sedemikian rupa sehingga menjadi PD. Jadi sebenarnya
mereka yang memusuhi
Vincent itu rugi sendiri... kalau dibaik-baikin malah
mungkin dapat hadiah
"ilmu" dan lebih banyak manfaat daripada mudaratnya...
ha ha ha!

Kini ia menawarkan suatu Sistem Pendidikan Privat
untuk menemukan jati
diri sehingga orang dapat menjadi apa seperti yang
dicita-citakannya. Sudah
ada "the so called" muridnya yang menjadi Pawang Hujan
sehingga tentunya
bisa cari duit kelak dengan skill itu kalau sampai
studinya gagal. Ada yang
bisa membaca isi pikiran setiap orang yang
dijumpainya. Ada yang dibantunya
menjadi "Drowser" alias Dukun Air" yang mampu mencari
sumber air. Anak didik
macam ini tidak akan kelaparan karena pabrik-pabrik
selalu membutuhkan "deep
well" untuk tidak tergantung PAM yang belum tentu
mengalir airnya. Kalau
menjadi "Dukun Air" bisa dijadikan, lalu apa susahnya
untuk menjadikan murid
lain menjadi "Dukun Minyak" untuk mejadi staf
eksplorasi di Pertamina yang
boros dan mahal, atau "Dukun Emas" untuk mencari
deposit ingot emas di
Kaltim? Belum lagi bisa dididik untuk menjadi
"Scanner" sehingga mampu
membantu polisi untuk menemukan lokasi persembunyian
buronan teroris model
Nurdin M. Top atau Dr. Azhari. Kenapa tidak? Atau ada
yang mau menjadi
seorang Art Director yang mampu menyelami keinginan
konsumen produk kliennya
sehingga mampu membuat design iklan yang sesuai dan
tepat sasaran?

Kalau saya tidak salah tangkap maka inilah yang
dipromosikannya
sebagai pendidikan yang"taylor-made" atau "customized"
dan bukannya untuk
MENGGANTIKAN sistem persekolahan yang sudah
established dan yang bahkan kini
sudah menjadi bagian daripada business machinery:
"industri persekolahan".

Dalam bidang agama juga sama. Anak ini cenderung untuk
menjadi theis
yang pan-agamis. Malah cenderung ke arah paham New
Age. Bahkan dengan
Tuhannya ia masih suka - bukannya berdoa atau
berdialog - tetapi "ku handel"
alias 'dagang sapi'... (menurut pengakuannya sendiri
lho! bukan karangan
gua). "I offer my whole life to run your sacred
specialized personal
mission for me with all the hugh risks to my life, but
You do provide me
with 'quid pro quo'..." ha ha ha sadis nggak buat cara
berpikir the mediocre
person?


Mang Iyus




From: Suhartono Taat Putra <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Wed Oct 19, 2005  7:13 am
Subject: Re: [psikologi_transformatif] Re: Komentar
Pineal-nya Vincent 

http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/2183
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/11960


Sebenarnya dalam kehidupan ilmiah kita, khususnya di
negeri tercinta ini, "konflik ilmiah" demikian sering
terjadi. Yang saya pikirkan, bagaimana cara
menyembatani agar pemikiran demikian menjadi
produktif.
Bila saya dibolehkan berbagi pengalaman di milis ini
maka ada satu kata kunci yang saya peroleh dari
pengalaman hidup, adalah SABAR, artinya terus menerus
melakukan perenungan dan kajian, berusaha mencari
titik temu agar pemikiran ini dapat dikomunikasikan
secara santun dan produktif. Banyak ide baik yang
tidak tersampaikan karena metode penyampaian yang
kurang tepat.
Seperti yang saya pikirkan tentang "masyarakat
biologis",  yang muncul sejak tahun 1984. Namun saya
terkendala dengan lingkungan akademis tempat saya
bekerja. Salah satu cara, saya mencoba melakukan
tahapan, saya mendalami paradigma biologis sampai ke
patobiologis tingkat unsur (osmolit) dan dari sana
saya melangkah ke psikologi biologis, yang kebetulan
ada Robert Ader seorang psikolog yang memasuki ranah
biologis, dan lahirlah Psikoneuroimunologi. Pikir saya
sesuatu yang telah mulai mekar di luar ini akan mudah
dikembangkan di Indonesia. Kenyataan lain, masih
banyak menuntut kesabaran untuk mensosialisasikan dan
baru 2005 pikiran tersebut diterima secara baik di
negeri tercinta ini, setelah banyak disertasi yang
diselesaikan dengan paradigma Psikoneuroimunologi tsb.
Secara kebetulan di milis ini saya ketemu dengan
berbagai model pikiran yang menarik dan setelah saya
cermati akhirnya saya mencoba memformulasikan "bahasa
komunikasi" menuju ke sosiologi biologis bersama
beberapa sejawat di milis ini, antara lain Mang Ucup,
Sdr Audifax dan Sdr Vincent Liong sendiri. Kami
berusama mensejajarkan "pola pikir" tanpa merendahkan
satu sama lain, saya terus berusaha tahu bahwa saya
masih sangat tidak tahu, Walaupun titik terang
sosiobiologis mulai tampak namun saya semakin merasa
bahwa ilmu yang saya miliki masih sangat kurang. Saya
mencoba memberanikan memasuki ranah biokuantum,
walaupun dasar fisika saya hanya sekedar lulus ketika
ti tingkat satu dulu. Pada hal sejak kita mengikuti
double-helix dari DNA seharusnya kita mulai sadar
bahwa kita sudah tidak beada di biologi murni. Saya
sangat bersyukur bahwa banyak teman yang mempercayai
saya untuk ikut membimbing tesis dan disertasinya. Hal
ini membuat saya semakin terpacu unutk terus belajar.
Saya dapat merasakan betapa "pedih" perasaan orang
yang punya "pendapat beda" yang belum menemukan titik
temu untuk berkomunikasi. Hal demikian pernah saya
rasakan. 
Saya sangat mengharapkan sejawat lain yang mempunyai
pengalaman dalam menyelesaikan berbagai "konflik
ilmiah" dapat berbagi pengalaman sehingga sejawat kita
yang memerlukan dapat memanfaatkan dengan baik. Semoga
dalam perkembangan ke depan dalam cara menyelesaikan
"konflik ilmiah" semakin santun dan berhasil guna.
Dengan demikian semakin banyak orang muda yang
"berpendirian" mendapat cara berkomunikasi dengan
lancar dengan sesama.
Semoga sedikit pengalaman ini dapat menjadikan
renungan kita bersama.
Salam hangat dari Surabaya




From: [EMAIL PROTECTED]
Date: Fri Oct 21, 2005  2:05 pm
Subject: Artikel dan Tanggapan 
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/2222
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/11992


Terlampir saya kirimkan satu artikel yg mungkin bisa
memberikan sedikit illustrasi mengenai kasus "mind
programming". Maaf dalam bahasa Inggris krn itulah
artikel aslinya.

Dari beberapa diskusi di milist ini, saya pribadi saat
ini dalam tahap yang lumayan yakin bahwa "mind
programming" adalah salah satu "terapi" psikologis
yang dapat memberikan dampak positif kepada perubahan
diri yang lebih baik.

Kenapa saya bilang "lumayan" dan berkesan belum 100%
karena masih ada beberapa pertanyaan dalam pendekatan
ini yang saya pribadi belum temukan jawabannya.
Masalahnya adalah pada HOW to program (or re-program)
our mind itu sendiri. Paling tidak dari beberapa
diskusi di milist ini dan bbrp sumber lainnya, ada 2
pendekatan besar yang saya cermati.

Cara 1: Mind programming dapat dilakukan dgn. cara
men-download suatu software baru dari satu orang ke
orang lain (mungkin istilah kerennya: mind
transferring). Saya rasa ini adalah pendekatan yang
dilakukan Vincent Liong. Kata "download" yang
merupakan istilah IT berkesan pasif. Dalam dunia IT
memang kenyataannya adalah seperti itu....computer is
a "stupid" thing. Dia kan cuma bisanya menjalankan
program yang diisikan pada dirinya...tidak akan bisa
lebih (kurang malah bisa bila hard-ware-nya rusak).
Catatan: ini bisa jadi perdebatan tersendiri karena
bisa mengarah pada diskusi Artificial Intelligent (AI)
yg sepengetahuan saya s/d saat ini masih bersifat
eksperimen (salah satu pertanyaan mendasarnya adalah:
apakah peristiwa2 di dunia ini terjadi secara random
ataukah berpola).

Pendekatan ini jadi agak berkesan adanya unsur
"pemaksaan" dan "kepasrahan" (tingkat "pemaksaan" dan
"kepasrahan" akan sangat relatif dan subyektif) dari
subyek yang menerima software baru tersebut.
Keuntungan dari pendekatan ini adalah relatif
tingginya tingkat keberhasilan bahwa apa yang di
download akan dijalankan oleh si subyek (bila dalam
tahapan installasinya tidak terjadi masalah). Teknik
ini membutuhkan suatu tingkat kemampuan tertentu pada
si"penginstall" (sama spt di komputer, ada software2
khusus yang direkomendasikan unt. diinstall oleh staff
ahli/expert administrator) - salah satunya adalah
memastikan bahwa sofware yg baru tdk akan "conflict"
dgn software lainnya (dlm pengertian bahwa pada diri
subyek sudah ada software lain yang somehow sudah
terinstall terlebih dahulu). Walaupun - menggunakan
istilah Vincent - ditempatkan pada "partisi/folder"
yang berbeda, karena at the end, "engine"-nya kan
hanya satu; yaitu "jiwa" manusia itu sendiri (nah ini
jadi makin menarik kalau lalu dilarikan ke diskusi
"split personality" - apakah org yg split personality
artinya punya "lebih dari satu" jiwa? hehehe....atau
jiwa tetap satu tapi ada software dlm mind manusia yg
"rebutan" lebih dominan?....apa yg membuat software
itu "rebutan"? .....atau bgmn menjelaskan kasus orang
"kesurupan"?).

Cara 2: Mind programming dapat dilakukan oleh diri
orang/subyek itu sendiri dengan melihat contoh dr
orang lain (mungkin inggris-nya: mind modelling).
Dasar dari pendekatan ini adalah bahwa kemampuan
berpikir manusia jauh lebih kompleks dari komputer
apapun yang ada di dunia saat ini. Dan kelebihannya yg
utama adalah bahwa otak (hardware) dan pikiran
(software) manusia seharusnya mampu memproduksi
software2 baru secara mandiri (ini tujuan dari AI).
Bahkan dalam periode2 tertentu hidup manusia
"hardware" kitapun bisa diubah (bertumbuh) sendiri.

Kenapa individu tidak bisa mengembangkan software baru
pada suatu saat mungkin disebabkan adanya mental
blocking. Salah satu mental blocking yg paling umum
adalah bahwa manusia cenderung mengembangkan berbagai
KEBIASAAN/habits unt memenuhi survival needs dia.
Kebiasaan itu kalau dianalogikan dengan pendekatan IT
adalah sama dengan software yang hampir selalu
digunakan (most used softwares). Dari analogi inilah
lalu muncul jargon bahwa manusia hanya menggunakan 10%
saja dari kapasitas otak/pikirannya. Ada yg bilang,
kebiasaan adalah software yang dikembangkan manusia
agar hidupnya lebih sering dalam kondisi
"auto-pilot"......enak kan? hehehe ...efisien.
Sialnya, banyak kenyataan bahwa kebiasaan saja
ternyata tidak cukup....tapi memang tidak mudah
merubah apa yg sudah jadi "kebiasaan" itu (org lebih
cenderung melihat unsur "reward"-nya, walaupun reward
itu terjadi di masa lalu, drpd "punishment" yg ada di
depan matanya dgn cenderung menyalahkan
lingkungan/situasinya daripada dirinya sendiri).

Nah, tantangannya adalah bagaimana mendobrak mental
blocking itu tanpa harus "memaksakan" suatu software
baru masuk dan membiarkan pikiran si subyek
mengembangkan sendiri software2 barunya (atau mungkin
lebih tepatnya - kalau agak religious, berdasarkan
asumsi bahwa manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang
paling sempurna - memunculkan software2 yg SUDAH ADA
pada pikiran manusia untuk saling berinteraksi dgn
lebih efektif lagi). Bagaimana otak dan pikiran
manusia berfungsi 100% (tanpa harus mengalami resiko
"hanged" hehehe).

Dari bbrp artikel yang saya baca, tampaknya kuncinya
adalah bagaimana subyek memperoleh suatu pengalaman
"pencerahan" bahwa ia mempunyai kemampuan lebih
daripada yg dimilikinya saat ini. Dlm artikel saya
sebelumnya, hal ini berkaitan dengan bagaimana
meningkatkan attention dan intention seseorang dlm
berpikir lebih kreatif. Intention artinya sangat
berkaitan dgn emotion (orang bisa "attention" tanpa
emosi). Kalau anda ragu2 tentang hal ini coba saja
tuliskan peristiwa apa yang paling anda ingat dalam
hidup anda s/d saat ini? Walaupun saya belum bikin
riset formal tentang hal ini, tapi saya yakin
kemungkinannya sangat besar bahwa peristiwa apapun
yang anda ingat pasti mengandung unsur emosi yang
sangat kuat (dan umumnya emosi yg positif). Emosi
menjadi semacam "file name" (trigger effect) yang
mengangkat ingatkan kita pada hal-hal lainnya. Ini
bisa menjawab kegagalan banyak teori belajar karena
yang dilatih hanya perilaku-nya, tapi tidak mengolah
sisi emosinya. Kalau emosi yg muncul negatif ya orang
akan cenderung melupakannya (dalam kondisi tertentu
bisa saja emosi negatif juga bisa menjadi suatu
pengalaman yang diingat terus). Kalau orang belajar
sambil cemberut terus ya susah "masuknya" hehehe...
walaupun sebenarnya bila individu itu bisa mengkaitkan
pelajarannya dgn emosi negatifnya, bisa saja ia
menggunakan emosi negatif itu sebagai trigger
juga...susahnya, orang gak suka ingat2 yang
negatif...ya udah, ini semacam proses "click File -
Delete" dalam otak kita.

Mind modelling dapat berjalan secara natural (lihat
artikel di bawah). Individu bisa "belajar" dari
pengalaman orang lain atau melalui pengalaman dirinya
sendiri melalui panca-inderanya (panca-indera adalah
"input terminal" kita). Mungkin lewat bacaan tertentu
atau bimbingan lisan seseorang. Dalam kasus "klinis"
saya setuju ada bimbingan....tapi sebatas hanya
membimbing....sebatas memberi tahu "direction"-nya
saja. Atau maksimal menginformasikan "tools" yang dpt
ia gunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Bila subyek sudah attention lalu muncul
intention....maka individu tsb. bisa mengembangkan
sendiri software2 baru yang akan membuat dirinya lebih
survive. Kasus Heidi di bawah adalah salah satu
contohnya. Banyak pendekatan "pembimbingan" yang bisa
kita lakukan....dan "untungnya" dunia timur tampaknya
memang lebih maju daripada dunia barat dalam hal ini
(Zen, Buddhism, Tao dsb). Heidi malah sampai pada
kesimpulan "We have absolute control over our lives,
what happens, everything that we want to happen, and
that we are a product of our imaginations." Hebat yah
(tapi bisa jadi perdebatan dari sudut pandang agama
kali yah hehehe). Ini sejalan banget dgn salah satu
tulisan di milist ini yg bilang "Tuhan Berusaha,
Manusia Menentukan" (bukan sebaliknya hehe).

Nah sampai disini, saya ingin menyinggung sedikit
diskusi mengenai euthanasia dalam konteks mind
programming (bukan agama). Bila komputer pasti tidak
akan bisa bekerja bila enginenya mati (tidak ada
listrik), maka manusia juga bisa dikatakan "mati" bila
engine-nya (jiwanya) sudah tidak ada lagi.
Pertanyaannya adalah (pakai analogi komputer dulu):
bila listrik ada, tapi hard-ware-nya rusak, apakah
software-nya masih bisa bekerja? Kemungkinannya ada,
walaupun kecil...tergantung bagian hardware mana yg
rusak. Bila pakai analogi manusia, apakah bila jiwa
manusia masih ada (so far setahu saya dalam teknis
kedokteran hal ini "diukur" dgn masih adanya gelombang
otak - walaupun saya rasa gelombang otak manusia tidak
sama dengan jiwa) tapi otak subyek (hardware) rusak
(sehingga tidak bisa lagi memberikan perintah2 yg
"wajar" pada dirinya), lalu sampai tahap mana jiwa
manusia mampu "memperbaiki" bagian otak yg rusak itu
sehingga dapat "hidup" kembali? Dalam dunia eksata (IT
dlm contoh ini), sangat dimungkinkan dibuat analisa
hardware mana yg bila rusak maka bisa diberikan
jaminan 100% bahwa software tidak akan bisa bekerja.
Apakah dalam kasus manusia hal ini dapat dianalisa?
Banyak kasus memang dimana org yg sudah "mati suri"
tiba2 bisa hidup kembali...dan banyak org percaya hal
itu terjadi lebih krn inner-life-nya, bukan krn. krn
hal-hal yg berhubungan dgn fisik-nya saja (lihat
kutipan dr Plato di bawah).

Lebih jauh analogi otak-komputer ini bisa dikembangkan
misalnya: otak manusia jauh lebih kompleks dr komputer
apapun juga. Otak manusia dapat membuat sistem back-up
sendiri (apalagi bila analogi "otak manusia pada
umumnya baru terpakai 10%" benar). Engine (jiwa)
manusia juga kompleks dan unik. Hal-hal spt inilah
mungkin yg menyebabkan sebagian pihak tidak dapat
mengijinkan euthanasia. Ada satu pepatah bilang
"hiduplah seakan-akan besok kamu akan mati".....nah
mungkin ini bisa dipakai buat "pegangan" sebagian
orang yg tidak ingin satu saat dalam hidupnya dia
membuat orang lain "susah" untuk memutuskan apakah dia
harus dibiarkan "hidup" terus atau harus "dibunuh"
dengan persetujuannya....caranya: ya pesan saja dari
sekarang (mumpung masih "hidup" dgn normal) kepada
orang2 terdekat anda. Resikonya (secara agama): anda
mungkin termasuk kategori orang yg melakukan
"bunuh-diri"....tapi ya ini jadi masalah hubungan anda
pribadi dengan Tuhan anda.

Selamat berdiskusi terus...maaf agak panjang lebar
kali ini...abis termasuk salah satu orang yg
"ditodong" Vincent juga hahaha (becanda). Apapun yg
saya tulis di atas lebih bersifat wacana pribadi
saya...maklum, saya bukan peneliti aktif (cuma dr
perenungan dan baca kanan-kiri aja).
Ridwan

=============

THE CREATIVE POWER OF THOUGHT
   
"We do not cure the body with the body, we cure the
body with the mind.”  -- Plato

Every thought we have is a creative thought. The
question isn't whether we are creative or not. The
question is whether we are aware of our powers of
creativity and are able to expand and use them
purposefully.

Heidi von Beltz is a very courageous woman who has
lived a remarkable life. She has shared this adventure
in her book My Soul Purpose, Living, Learning and
Healing. A former model and aspiring actress, Heidi
turned a tragic event, that left her paralyzed from
the neck down, into an inspirational experience that
will touch the heart and soul of anyone who reads
about it.
 
 
Twenty some years ago, as a stunt woman for the movie
Cannonball Run, Heidi was seriously injured in a car
accident while shooting on the set. At the time
doctors told her that she would be permanently
paralyzed. She had broken her neck. Their prognosis
was that she probably wouldn't live more than five
years, would need to be institutionalized, and there
was nothing they could do to help her. They painted a
bleak and hopeless picture.

As an independent spirit she refused to accept their
verdict. Her book documents her long, sometimes
painful, but steady recovery. With unfaltering courage
she defied the impossible and regenerated her broken
body. Today she can stand unassisted and is learning
to walk again.

This is an excerpt from an interview she did about six
months ago. Here she describes the thoughtful process
she used to regain not only her physical strength,
defy the odds, but regenerate her spirit, which in
turn regenerated her body. Utilizing her imagination
she has recreated her body.
 
Heidi: "It seems from the minute that I go to sleep
all the way into the morning I am imaging. My sleep
habits are not consistent, so whenever it is that I
wake up, in the middle of the night or whenever, I
begin the imaging. The scientists have described the
whole thing as waves behaving exactly like sound
waves, and that thought waves also have a physical
effect on the world that can be measured with proper
instruments. So, when they talked about holograms,
that struck a note in me of creating the matrix of
whatever that object of desire is, and then it becomes
a very tangible thing. Other philosophers that I’ve
read and studied like Emmett Fox, and Neville, also
speak of this.

"As a matter of fact, I have been in the process of
studying because I am putting together these programs
for actually reprogramming your thinking, where I make
the metaphor of the mind and the computer, and
specifying that there is a constant inner conversation
going on within us. Where our consciousness is always
flowing and you can’t turn it off and on, it’s
just there and it’s working. So it is up to us to be
in control of the thoughts that we are administering,
it’s a process and it is a lot of work to do that.
So, when you are in the visualization mode, you become
aware of the process, that it is not just wishful
thinking, but it really actually is a demonstrable
science.

"That was the purpose of the book, it’s not about
paralysis but about overcoming obstacles of every
kind, which I think is all of our purposes in life to
learn, that we have control and complete dominion over
our experiences. My obstacle happened to be paralysis,
and until I submerged myself into the research of the
power of the mind, which is all I had at that time,
did I become aware of and learn and understand and
realize in my own experience, my life, what the great
philosophers and thinkers have been writing about
since the beginning of time. We have absolute control
over our lives, what happens, everything that we want
to happen, and that we are a product of our
imaginations.

"Until I became more aware of the laws of physics,
since everything is molecular, and the mental
influence our thoughts, ideas, perceptions and
interpretations have on our experiences, I realized
that it was through researchers like Deepak Chopra,
who has now scientifically proven that our minds and
our thoughts absolutely influence and affect and
manifest our reality. It’s a demonstrable scientific
fact. There are scientists worldwide that are proving
that your thoughts have a direct influence on your
body and your life. So, through the visualization
aspect of it, and understanding that, I feel it has a
tremendous amount of influence and power."

The foregoing excerpt was from The Golden Thread
newspaper Vol. I No. 7, August 1996.
Source: 
http://www.enchantedmind.com/html/creativity/inspiration/creative_thought.html


Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/wf.olB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED]
----------------------------------------
sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di 
http://psikologi.net
---------------------------------------- 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke