N O T E :: Disebarluaskan pertama kali oleh Audifax pada tanggal 28 Desember 2005 di: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/3873
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/13413 Untuk membaca atau ikut berdiskusi lebih lanjut soal tema ini, klik Link di atas. IMAJINASI & MEMAHAMI KISAH MITOLOGIS oleh: Audifax I am enough of an artist to draw freely upon my imagination. Imagination is more important than knowledge. Knowledge is limited. Imagination encircles the world. --Albert Einstein-- Manusia adalah mahkluk yang bercerita. Dalam perjalanan hidupnya, manusia berdialektika dengan cerita. Ia bertemu dengan cerita, sekaligus menceritakan. Sebagian dari kisah-kisah itu, secara menakjubkan hadir dengan pola tertentu yang sama, walau keberadaannya ada di rentang waktu berbeda dan tempat berlainan. Cerita-cerita ini umumnya imajinatif dan tak jarang menginspirasi manusia. Cerita-cerita inilah yang kita kenal dengan istilah mite atau kisah yang punya nuansa mitologis. Mite-mite ini bukan sembarang kisah. Dalam setiap alur ceritanya terkandung pesan-pesan bagi manusia yang berguna memandu perjalanan hidupnya di dunia. Inilah juga yang membuat sebagian dari mite-mite ini, kemudian juga menjadi jantung ajaran agama. Beberapa agama bahkan merangkai mite-mite ini dan menjadikannya Kitab Suci. Mite-mite lain yang tak masuk dalam Kitab Suci, juga menjadi kisah yang sifatnya komunal serta berkemampuan pula menginspirasi orang-orang dalam komunitas tersebut. Jika anda melihat dengan cermat kisah-kisah seperti Harry Potter, Lord of The Rings, Chronicle of Narnia, Star Wars, dan banyak kisah fantasi lain, maka akan ditemukan pula nilai-nilai kehidupan yang dapat menginspirasi dan menjadi petunjuk bagi jalan hidup manusia. Mite-mite ini, umumnya imajinatif, sehingga membuatnya berbeda dari cerita biasa. Pemahamannyapun juga semestinya dilakukan secara berbeda dari cerita biasa. Membaca sebuah kisah mite dalam Kitab Suci, berbeda dengan membaca kisah selebriti di surat kabar. Apa bedanya? Mite tak bisa dipahami an sich, tekstual, atau apa adanya tertulis. Mite bukanlah report. Jadi kisah penciptaan Adam dan Hawa misalnya itu juga bukan laporan peristiwa. Beda dengan kaidah pemberitaan dalam surat kabar yang sebisa mungkin justru harus merupakan report peristiwa yang sebenarnya terjadi. Membaca mite Adam dan Hawa, Nabi Muhammad, Buddha, Yesus, Tao, Star Wars, Harry Potter, Khrisna dan sejenisnya, tak bisa dipahami layaknya pemberitaan sebuah peristiwa yang terjadi ribuan tahun lalu. Mite semacam ini harus dipahami imajinatif (perhatikan dulu bahwa imajinasi berbeda dengan khayalan), memahami apa yang tersirat (read between the lines), bukan tersurat. Pada titik ini, kita akan menemukan bahwa semua mite pada dasarnya sama, menyampaikan pesan-pesan kehidupan pada manusia secara tersirat. Sayangnya, justru lebih banyak orang yang memahami mite secara tekstual, an sich atau tersurat. Pemahaman mite Adam dan Hawa misalnya, karena dipahami secara tersurat maka perempuan yang dicipta dari tulang rusuk Adam, harus berada di bawah laki-laki. Tak bisa dipungkiri bahwa mite Adam dan Hawa menjadi penyebab dari pemarjinalan perempuan dalam agama. Contoh lain bisa kita temui pada alasan pria berpoligami. Puspo Wardoyo misalnya, yang legendaris karena propaganda poligami-nya itu, kerap melakukan pembenaran dengan mencontohkan begitu saja Nabi Muhammad SAW yang dalam mitenya memang beristri banyak. Pemahaman secara tekstual juga membuat mite-mite seperti Harry Potter justru ditempatkan mengajarkan magic dan okultisme. Pemahaman-pemahaman mite secara tersurat ini, justru mengaburkan pesan sebenarnya. Kenapa ini semua terjadi? Karena manusia telah kehilangan imajinasinya. Kehilangan genuinity-nya untuk berpikir lepas. Semua dilarikan dan disembunyikan dalam aturan, tatanan, logika, teks, dan sejenisnya. Manusia mengira bahwa itu semua akan lebih memberikan kepastian dan ketentraman hidup, padahal justru tanpa disadari justru membuat hidupnya menjadi mati. Akhirnya, manusia dalam perjalanan hidupnya hanya menziarahi kematian demi kematian: kematian agama, kematian budaya, kematian relasi, kematian masyarakat, kematian negara, kematian keadilan dan berujung pada kematian manusia itu sendiri. Semua aturan masyarakat Cuma kedok. Semua ritual agama Cuma selebrasi kosong. Bahkan akhir-akhir ini tampak penghadiran ritual agama sebagai spectacle yang justru semakin mempertegas upaya untuk menopengi kematian dan kebusukan yang terjadi di balik ritual-ritual itu. IMAJINASI DAN HIDUP YANG HIDUP Mengapa mimpi diri kita yang dapat terbang umumnya hanya terjadi pada masa kanak-kanak? Ini karena anak kecil lebih punya genuinity dan imajinasi. Lebih lepas pikirannya dan belum terkungkung tatanan-tatanan palsu yang menopengi realitas. (bahkan banyak bukti bahwa anak kecil bisa melihat roh halus yang tak bisa dilihat orang dewasa sekitarnya). Semakin dewasa, manusia semakin terkurung tatanan dan teralienasi dari diri, seiring semakin mekanisnya kehidupan dan hilangnya imajinasi. Karena aku Jawa maka aku tak akan pilih pasangan Cina, begitu pula sebaliknya. Karena aku Katolik maka akan pilih pasangan seiman. Dan berbagai mekanisme-mekanisme lainnya. manusia semakin teralienasi dari kemanusiaannya dan mati dalam teks, tatanan, aturan. Jika ada yang mencoba mengusik tatanan ini, mereka akan marah seperti dialami Mang Ucup yang dipentungi di milis-milis rohani karena menulis Natal=Budaya kafir. Apa yang dilakukan ahli-ahli psikologi mencermati ini? Mereka justru melegitimasi pula dengan teks [teori] dan serta merta menyusun penjelasan mekanisme tahapan perkembangan manusia, sehingga seolah semua manusia itu melalui jalan yang sama. Lalu mereka menjelaskan fenomena matinya manusia ini sebagai MEMANG INILAH TAHAPAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN MANUSIA. Kalau ada yang berani menampilkan hidup yang lebih imajinatif dan [konsekuensinya] berbeda dari tahapan psikologi perkembangan manusia, maka serta merta akan dicap tidak normal. Salah satu konteksnya ya Vincent Liong itu, yang di milis [EMAIL PROTECTED] sudah dicap gila dan dikeluarkan karena 600 member di milis itu, berikut dedengkot-dedengkotnya yang katanya menggeluti psikologi itu sudah tidak mampu menangani apalagi memahami. Lengkap sudah. Inilah sebuah perayaan nihilisme dalam kehidupan manusia. Seperti dikatakan Nietzche bahwa manusia berada di gerbang waktu yang mempertemukan masa lalu dan masa depan sehingga manusia sebenarnya tak beranjak ke mana-mana. Anda pernah lihat hamster dalam kandang yang diberi mainan lingkaran yang bisa berputar ketika si hamster berlari di dalamnya?. Nah, kurang lebih seperti itulah manusia yang berada pada nihilisme di gerbang waktu. Manusia begitu saja mengambil apa yang telah menjadi sejarah, mengambil begitu saja teks-teks sejarah Yesus, Tao, Muhammad dan sebagainya untuk ditempatkan sebagai acuan ke depan. Demikian pula psikolog-psikolog yang menganggap bahwa manusia itu sama dari waktu ke waktu, sehingga teori tahapan perkembangan atau alat-alat tes psikologi yang berasal dari jaman jebot dipakai untuk memprediksi manusia di masa yang akan datang. Sebaliknya, apa yang dilakukan manusia-manusia ini, kemudian diturunkan pula pada generasi berikutnya. Karena aku lahir dalam agama A maka anakku nanti juga beragama A. Apa yang aku ajarkan, adalah apa yang diajarkan pula oleh kedua orang tuaku dulu. Karena dulu pernah tertulis larangan mengucapkan Selamat Natal maka ke depan aku juga tak akan mengucapkan Selamat Natal dan selanjutnya apa yang kulakukan ini juga akan dilakukan manusia sesudahku. Masa depan dam masa lalu bertemu dalam titik yang sama, yaitu manusia yang berada dalam gerbang waktu. Jadi sejauh apapun perjalanan hidup manusia, ia sebenarnya tak beranjak ke mana-mana. Ya, manusia kemudian memang tak ke mana-mana. Ia layaknya hamster yang berjalan dalam tong berputar. Ini adalah manusia-manusia yang telah berakhir kemanusiaannya. Imajinasi yang seharusnya ada untuk mengatasi kefanaan kemanusiaannya, atau melebihi kefanaan manusianya justru dihilangkan. Dalam imajinasilah orang bisa menemukan harapan, bukan dalam tatanan yang menutupi realitas. Dalam harapan itulah manusia memiliki sesuatu untuk hidup lebih dari sekedar kefanaan dalam putaran nihilisme. Jika kemudian saya melakukan penelitian tentang Mite Harry Potter yang kemudian diterbitkan Jalasutra dengan judul Mite Harry Potter Psikosemiotika dan Misteri Simbol di Balik Kisah Harry Potter; maka itu dilandasi keprihatinan saya atas matinya imajinasi; keprihatinan atas pemahaman-pemahaman tekstual beserta segala kegenitannya, serta keprihatinan atas tak tertangkapnya pesan-pesan dari mite yang sebenarnya dapat membantu manusia untuk tidak jatuh dalam nihilisme. Pesan-pesan yang sebenarnya begitu dekat dengan keseharian kita, baik itu dalam agama maupun dalam kisah-kisah seperti Harry Potter. REFLEKSI Esei inipun, saya tulis dengan semangat yang sama dengan ketika saya melakukan penelitian Mite Harry Potter, yaitu keyakinan bahwa imajinasi belum mati; bahwa dalam perjalanan hidup manusia yang seakan berada dalam nihilisme, justru terbersit warna yang terkandung dalam pesan-pesan kehidupan yang ada pada kisah-kisah mitologis. Kuncinya terletak pada genuinity dalam berimajinasi. © Audifax 28 Desember 2005 Saya mem-posting esei ini ke milis Psikologi Transformatif, Vincent Liong, R-Mania, Pasar Buku, Alumni St. Louis dan Forum Studi Kebudayaan. Mungkin akan ada rekan-rekan dari milis-milis tersebut yang akan mem-forward esei ini ke sejumlah milis lain. Karena keterbatasan waktu, saya hanya akan menanggapi diskusi di milis Psikologi Transformatif. Melalui esei ini pula saya mengundang siapapun yang tertarik untuk berdiskusi dengan saya untuk bergabung di milis psikologi transformatif (www.groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/join) Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org! http://us.click.yahoo.com/iEagnA/LpQLAA/HwKMAA/wf.olB/TM --------------------------------------------------------------------~-> posting : psikologi_net@yahoogroups.com berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED] ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED] keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED] ---------------------------------------- sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di http://psikologi.net ---------------------------------------- Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/