Judul: "Catatan Harian Seorang Pendekon Kompatiologi
[EMAIL PROTECTED]"
Karya: Andy Ferdiansyah 

Versi update: full version 10 desember 2007  
Jumlah halaman: 173 halaman A4 
Jenis tulisan: Times New Roman & Arial 11 spasi 1. 

Untuk mendownload versi Ms.Word nya klik:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/files/CatatanHarianSeorangPendek\
on/fullver10des07CatDekon.doc 

Untuk mendownload versi PDF nya klik:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/files/CatatanHarianSeorangPendek\
on/fullver10des07CatDekon.pdf

Bagi yang belum menjadi member
[EMAIL PROTECTED] tetapi ingin
mendownload buku tsb silahkan join sebelumnya, klik:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/join 

selamat membaca...





Pendahuluan
… dari Vincent Liong / Liong Vincent Christian Pendiri
Kompatiologi


Buku yang akan anda baca ini berjudul; Catatan Harian
Seorang ‘Pendekon’ (pengajar) Kompatiologi
[EMAIL PROTECTED] karya Andy Ferdiansyah. Dalam
buku ini pembaca bisa turut merasakan bagaimana
perjalanan Andy Ferdiansyah sebagai Tinta_Negatif
seorang pendekon kompatiologi dengan sudutpandang
orang pertama.

Kondisi penulisan buku ini yang dibuat secara tidak
disengaja, sangat mendukung untuk menghasilkan catatan
harian seorang ‘praktisi’ (peneliti, pengajar dan
pelaku) ilmu kompatiologi yang original tanpa pretensi
ingin tampak lebih atau kurang baik dari yang apa
adanya. Sifat Andy Ferdiansyah yang lugu, polos,
jujur, atau lebih kasarnya telanjang sebagai seorang
pelaku penulisan catatan harian sangat tampak di tiap
tulisan yang dirangkum secara urut ;selama perjalanan
waktu, dengan berbagai prosesnya yang tidak terputus. 

…dari ketika bertemu dengan Vincent Liong sekedar
sebagai tugas reportase dari stasiun televisi
tempatnya bekerja ; meliput Vincent Liong sebagai anak
indigo dan pendiri kompatiologi… hingga tanpa sengaja
sering ikut acara dekon-kompatiologi … menjadi
pendekon-tandem kompatiologi … menjadi
pendekon-independent kompatiologi … hingga akhirnya
harus keluar dari komunitas mainstream kompatiologi
dan memulai petualangan baru … menggunakan dan
menyebarluaskan kompatiologi sebagai Andy Ferdiansyah,
bukan lagi murid Vincent Liong … menerapkannya dalam
dunia kerja sesuai bidang yang dipilih untuk dijalani
dirinya sendiri.

…dari mentalitas seniman yang pemberontak anti
kemapanan dengan banyak menganut idealisme … menjadi
agak religius … menjadi suka bicara hal religius
secara lebih terbuka … jadi semakin realis … shock
ketika menghadapi masalah double personality-nya yang
bertemu satu sama lain … hingga menjadi manusia yang
sedikit lebih diam pada dirinya sendiri … Semuanya
terrekam tanpa manipulasi di dan dibahas secara
terbuka dalam buku ini.  

Dalam buku ini diceritakan penerapan kompatiologi
sebagai ilmu di luar lembaga pendidikan resmi dan di
luar budaya pendidikan di ruangan tertutup tanpa noice
(proses pendidikan kompatiologi selalu dilakukan di
ruangan terbuka seperti mall, pasar, dlsb yang
berisik). Perjalanan proses pemahaman ilmu melalui
dilemma kepercayaan vs skeptisisme yang dibicarakan
secara terbuka berlangsung sepanjang cerita. Tidak
seperti ilmu kebanyakan yang tidak melampirkan proses
kontemplasi praktisinya, yang dilampirkan hanya hasil
kesimpulan akhir yang dianggap mutlak dan tidak perlu
dipertanyakan lagi.  

---

Bicara tentang ilmu kita biasa menemukan penjelasan
dan kesimpulan akhir yang tertulis di berbagai buku
atau dipresentasikan melalui pengajaran dengan metode
percaya, yakin dan hafalkan. Paradigma ilmu itu
sendiri, terutama ilmu ilmiah tidak lepas dari dilema
antara kepercayaan (idealisme untuk terus mencari),
keyakinan (believe system / kebenaran yang
dipertahankan dan dikejar / intuisi) dan skeptisisme
(pengukuran subjective maupun objective) yang
silih-berganti. 

Tidak ada ilmu ilmiah yang bisa tumbuh hanya dengan
kepercayaan dan keyakinan saja tanpa skeptisisme,
sebab tanpa skeptisisme ilmu hanyalah sebuah
‘keyakinan’ (tanpa perlu pembuktian) ;agama yang
diwariskan turun temurun tanpa pengujian ulang
sepanjang keberadaan sebuah ilmu. Bila ini terjadi
maka ilmu yang ada hanyalah ilmiah semu yang berisi
urutan kegiatan; sebagai murid, kelulusan dan lalu
menjadi pengajar tanpa perlu pengujian di luar dunia
akademis (ruang penelitian yang dibuat, dikondisikan
dan diteliti oleh pendukung materi teori keilmian),
bukan pasar pengguna / masyarakat awam yang tidak
ideal. 

Sebaliknya, tidak ada ilmu ilmiah yang bisa tumbuh
hanya dengan skeptisisme saja. Tanpa kepercayaan,
setidaknya keterbukaan untuk mengujicoba, atau membuka
kemungkinan pada hal baru di luar materi teori
keyakinan ilmiah ;yang mungkin saja di masa yang akan
datang akan menjadi kebenaran ilmiah. Bila hal ini
terjadi, maka ilmu yang ada hanyalah ilmiah semu.
Sebab alasan ilmu ilmiah dibuat, sekedar untuk
mempertahankan konstruksi kekuasaan (menara gading)
diri sendiri dan kelompok dengan menggunakan materi
teori atas apa yang telah dianggap kebenaran ilmiah. 

Kompatiologi sebagai ilmu di luar lembaga pendidikan
resmi (menara gading) sempat menghadapi
masalah-masalah semacam ini yang lahir dari para
ilmiahwan semu bergelar dan berijasah mulai dari S1,
S2, S3, dlsb yang dengan segala cara melegalkan teror
pribadi kepada para praktisi kompatiologi dan
keluarganya, selama setengah tahun terakhir mulai 20
Mei 2007 sampai awal Desember 2007 (+/- setengah
tahun) demi menutup ‘kemungkinan lain’ di luar menara
gading yang telah dibangun secara turun-temurun selama
berpuluh-puluh tahun. 

---

Lalu apa sich Kompatiologi yang fenomenal itu?

Bicara tentang ilmu apapun maka selalu ada dua point
yang perlu disimak; Keyakinan (believe sistem) dan
Pengukuran (subjective maupun objective).  Keyakinan
seperti materi teori yang selalu melampirkan
kesimpulan akhir entah itu di ilmupengetahuan ilmiah,
metafisika, agama dan spiritual. 

Pengukuran seperti; 
* Pengukuran objective yang menghasilkan kesimpulan
akhir seperti yang kita pelajari di pelajaran
matematika yang lalu diterapkan di berbagai ilmu
ilmiah. Proses pencarian kebenarannya (berfilsafatnya)
menggunakan kegiatan Tanya-jawab.
* Pengukuran subjective yang menghasilkan data saat
ini (yang terus berubah seiring berjalannya waktu)
seperti alat ukur mekanis yang memiliki; ‘sampler’
(alat pengambilan sample data) berupa gradasi, kadar
(0 – 100%) yang memiliki range dari minimum, berbagai
skala, sampai maksimum. Dengan konteks (translater)
yaitu nama masing-masing kegiatan pengukuran seperti
misalnya di mobil ada; speedometer, pengukur putaran
mesin, pengukur panas mesin, pengukur tekanan oli
mesin, pengukur isi tangki bahan bakar, dlsb yang
semuanya sama-sama meteran dari minimum, berbagai
skala, sampai maksimum. Proses pencarian kebenarannya
(berfilsafatnya) dengan cara mempetakan posisi titik
koordinat dalam hubungan antara satu hal dengan yang
lain.
       
Kompatiologi melalui ritual dekon-kompatiologi adalah
kegiatan menginstalasi mekanisme pengukuran subjective
pada manusia, sehingga manusia tsb mampu memiliki
kemampuan pengukuran subjective ;seperti berbagai alat
ukur mekanis yang memiliki sampler berupa alat ukur
biologis (minimum, skala-skala, maksimum) dengan nama
masing-masing kegiatan pengukuran yang bersifat
asosiatif sehingga ada hubungan dua arah antara
pemerosesan informasi instingtif (pengukuran indrawi)
dan intuitif (perjalanan mengejar kebenaran yang
dianut). 

Pada manusia yang menggunakan kompatiologi hubungan
dua arah antara proses instingtif dan intuitif
menyebabkan timbulnya adaptasi antara kedua fungsi ini
sehingga bisa saling menyesuaikan satu sama lain
seiring perjalanan waktu dengan keadaan yang terus
berubah-ubah; Seperti ketika mengendarai mobil, antara
informasi yang diterima melalui alat ukur mekanis dan
pilihan bebas manusianya untuk bertindak saling
mempengaruhi.
Setiap hewan (termasuk manusia) memiliki mekanisme
pengukuran materi-materi di sekitar tempat hidupnya
yang mempengaruhi kehidupannya. Informasi itu
dipetakan polanya sehingga menghasilkan suatu konsep
pencapaian tujuan / kebenaran yang dianut si hewan itu
sendiri. Kemudian hewan itu mengejar kebenaran sesuai
konsep yang ia petakan sendiri. 

---

Selamat menikmati perjalanan Andi Ferdiansyah sebagai
Tinta_Negatif dalam halaman demi halaman buku ini…


Ttd,
Vincent Liong
Jakarta, Senin, 10 Desember 2007
 




KATA PENGANTAR
Skepticism and Faith on Love
Oleh: Cornelia Istiani


1. ”Halo, Mba”, begitu sapa mu dalam chating tengah
malam ditengah kesibukanku bekerja. 
”Ya”, begitu kusapa balik.
”Ini mba Isti yang tulisannya aku ndak bisa ngerti”,
begitu kamu bertanya dan protes sekaligus kepadaku.
”Yup. Kenapa Tinta?”, kubalik bertanya mencoba
mengerti apa maksudnya.
”Kenapa bikin tulisan kok aku ndak bisa ngerti”,
pertanyaanmu berlanjut.
”Ya ngga usah dibaca Tinta”, jawabku sambil
melanjutkan pekerjaan.
”Tapi penasaran pingin baca”, jawabmu Tinta
”Mba, bagaimana komentar mba terhadap tulisanku?”,
akhirnya kamu bertanya hal itu.
”Aku belum baca, maaf Tinta saat ini belum bisa kasi
komentar”, begitu jawabku.
Dan karena aku sedang punya kesibukan akhirnya chating
tidak berlanjut, mungkin Tinta merasakan bahwa aku
sedang tidak konsentrasi menanggapi nya. Sekarang
komentar itu ku tulisakan dalam kepingan-kepingan
berikut ini:

2. Apa yang kulihat dalam tulisan-tulisan Tinta?
Mengamati Tinta Negatif pada titik tertentu, pada saat
dia menyusun minuman sebagai awal kegiatan dekon
dimulai dan nantinya berakhir dalam tulisan-tulisan
yang mengalir. Sudah kudeteksi dalam sinyal-sinyal
sederhana yang mengungkapkan suatu kesiap-siagaan
dalam menerima apapun sebagai bukti yang tidak
terbantahkan. Ia sempurna menanggapinya dengan santai
dan penuh pertanyaan..huh! dasar penulis, komat
kamitku dalam hati. 
What did I see in his?  Skepticism and faith.
. 
3. Skepticism tentang segala hal seperti layaknya
seorang filsuf yang shows a relentless concern with
the discrepancy between appearance and reality. Kata
kunci dari filosof adalah keraguan. Keraguan sebuah
eksistensi dari gelas, kursi, misalnya. Tetapi ketika
pertanyaan diperluas tentang apa dan siapa yang
berarti buat kita, sebagai contoh mencintai. Akan ada
kemungkinan yang menyakitkan dengan mengetahui bahwa
yang dicintai adalah ilusi semata dari bagian yang
terdalam diri, dan hanya sedikit terhubung dengan
realitas objektif.  

4. Ragu itu mudah sepanjang tidak berkaitan dengan
survival. Kita sama sama bisa meragukan diri kita
sendiri dalam rangka mengada, dan itu adalah hal
paling mudah untuk menjadi skeptis tentang segala hal
yang tidak mendukung usaha kita. Sangat mudah
meragukan keberadaan gelas, tapi akan menjadi sebuah
“neraka” ketika meragukan keberadaan sebuah cinta. 

5. Nyambung tentang Value; dalam Beyond Good and Evil,
Nietzsche bertanya tentang value sebagai berikut:
“what in us really wants “Truth”?—we asked the value
of this will. Suppose we want truth: why not rather
untruth? and uncertainty? even ignorance?---the
falseness of a judgement is to us not necessarily an
objection to a judgement—the questions is to what
extent it is life-advancing, life-preserving,
species-preserving, perhaps even species breeding; and
our fundamentally tendency is to assert that the
falsest judgements---are the most indispensable to
us—that to renounce false judgements would be to
renounce life, would be to deny life.”

6.      Misalkan dalam kisah berikut ini, ada seorang yang
hidup dibawah khayalan bahwa dirinya adalah sebuah
telor. Tidak ada yang tahu bagaimana ide ini bisa
masuk dalam pikiran orang tersebut, tak seorangpun
tahu dan mengenalnya. Sekarang dia menolak untuk duduk
karena takut akan memecahkan kuning telornya. Segala
macam cara dicoba untuk mengatasi ketakutan-ketakutan
tersebut tapi tidak berhasil. Akhirnya seorang dokter
berhasil masuk dalam pikiran dan kehidupannya, lalu
mengusulkan pada pasien tersebut untuk selalu membawa
sepotong roti panggang setiap kali datang ke tempat
praktek dokter—dan menuliskan dalam buku pikirannya
tentang bangku pilihan yang akan di dudukinya setiap
kali dia datang berkunjung. Roti panggang mempunyai
makna sebagai penampung telor jika nanti dia akan
duduk sehingga kuning telornya tidak akan pecah.
Akhirnya sampai saat tertentu orang tersebut tidak
pernah lagi membawa sepotong roti panggang dan kurang
lebih menjalani kehidupan normal. 

7.      Apa inti dari cerita itu? Tulisan-tulisan Tinta
Negatif yang merupakan kisah perjalanan menjadi diri
sendiri setelah ‘berkenalan’ dengan Kompatiologi,
memperlihatkan bahwa skeptis dan faith menjadi warna
pelangi perjalanannya. Dalam skeptis and faith on Love
Tinta berjalan menuju titik kehidupan normalnya
sendiri, dengan tetap dalam khayalan dan kepercayaan
dalam Cinta.


Jakarta, 9 Desember 2007
 




Latarbelakang penulis:Andy Ferdiansyah   

Andy Ferdiansyah lahir di Jakarta, 5 Desember 1984.
Shio: tikus ; bintang: sagetarius. Cita-cita yang
sudah terlanjur dijalani adalah menjadi penulis.
Bersekolah di TK Budi Harapan, SD Putra, SMP Negeri
109 Jakarta, SMA Negeri 91 Jakarta. Masih kuliah di
Institut Kesenian Jakarta (IKJ) fakultas film dan
televisi (NIM: 1030150053 / angkatan 2003), jurusan
film. Mampu meramal dengan kartu tarot dan kartu remi.
Sebagai pendekon independent kompatiologi yang
berprinsip “Semua orang bisa didekonstruksi“. 
Contact Person: CDMA: 021-92589843 email:
[EMAIL PROTECTED]

Daftar tarif rata-rata yang berlaku saat ini:
- Konsultasi per pertemuan: Rp.100.000,-.
- Dekon 1 orang peserta + konsultasi: Rp.300.000,-.
- Dekon 2 atau 3 orang peserta + konsultasi:
Rp.200.000,-/peserta.     
Tempat dan waktu sesuai perjanjian, harga bisa berubah
tanpa pemberitahuan.

Penerbitan Naskah Buku ini…

Kami terbuka untuk tawaran penerbitan berhubung sampai
hari ini (10 Desember 2007) naskah buku ini naskah
buku ini belum ditawarkan ke penerbit manapun, kami
menunggu pihak penerbit yang tertarik. Kepada pihak
penerbitan yang tertarik untuk menerbitkan naskah buku
ini di perusahaan penerbitannya, diharapkan
menghubungi kami per email dan per telepon ke
’Cornelia Istiani’ (Hp: 081585228174, CDMA esia:
021-92589842, email: [EMAIL PROTECTED] ).





Andi Ferdiansyah (A.F) A.K.A Tinta Negatif


Pertama kali mengenal Andi ketika acara Dekon ala
VincentLiong pada Oktober 28 2007. Perawakannya yang
tinggi, gondrong, cengangas cengenges membuat saya
merasa "Wah ni anak Slenge'an juga". dan setelah
diusut ternyata A.F adalah anak IKJ yang saya cukup
kenal dari pola tingkah laku sampai cara mereka
berpakaian melalui pengalaman dengan teman – teman
saya anak IKJ. (Gak heran deh...).

Saya tidak tahu banyak dan tidak mau tahu terlalu
banyak terlalu banyak tentang A.F. Tapi melalui Proses
Dekon ini saya jadi cukup mengenal bahwa menurut saya
A.F termasuk kepribadian yang cukup tertutup
(Introvert) dengan situasi dirinya. Terkadang di satu
sisi saya melihat dia sebagai Individu yang kurang
percaya diri dan masih mencari semacam batu loncatan
untuk kemajuan jati dirinya...Tapi di sisi lain saya
juga melihat Independensi serta kemampuan "Self
Parameter" untuk menilai orang lain sudah tertanam
dengan baik. "Which I can say that he has directed to
his True Self", "He Know who he is" and "He know what
he's doing". Hal Itu juga tidak terlepas dari
pemahaman, proses serta Jam Terbang ombang ambing
Kehidupan dalam posisinya sebagai A.F, Tinta Negatif
atau status Pendekon baik tandem maupun independen.
A.F merupakan pribadi yang menyenangkan untuk diajak
Berinteraksi mengenai arti hidup. Terakhir kami sempat
saling berkonsultasi mengenai topik Pasangan Hidup
dari aspek Filosofis, Prinsipil, Kenyamanan, Horoskop
dan Biologis untuk mencari bagaimana yang terbaik
sebagai pendamping kita. 

Kalau Proses Dekon diibaratkan kelas maka A.F termasuk
Senior saya karena dia sudah berpengalaman lebih dari
10 kali melakukan proses Dekon. Dengan kata lain, A.F
memiliki Input data yang lebih banyak dari terdekon
dibandingkan dengan saya. A.F dalam hal ini juga sudah
mengenal berbagai macam kombinasi rasa minuman yang
dapat disamakan dengan skema naik turun data perasaan
kehidupan manusia. 
Walaupun untuk menjalani kehidupan itu sendiri, saya
maupun A.F hanyalah manusia biasa yang terlahir dengan
Dualisme. Kita semua terlahir dengan segala kekurangan
dan kelebihan yang diberikan oleh Tuhan sang
Pengendali alam. kita hidup dengan cara kita, kita
hidup dengan pilihan kita, kita hidup dengan mencari
apa itu yang menjadi tugas kita di dunia kemanapun
kita pergi ataupun melangkah. 

Dengan penerbitan buku ini saya berharap para pembaca
dapat memetik pelajaran berharga yang ditulis oleh A.F
sebagaimana mungkin ada tema yang dapat diterapkan
maupun dijadikan pijakan atau referensi dalam proses
kita hidup sebagai makhluk sosial strata paling atas
di hadapan Tuhan. Selamat berjuang A.F semoga buku ini
merupakan arti tersendiri bagi proses kelangsungan
proses hidup di kemudian hari.

Sincerely
-Aryoputro Nugroho-


Dilihat sebagai pendekon-kompatiologi Andy Ferdiansyah
adalah praktisi yang playful, tampak clumsy
(kelihatannya ceroboh), tetapi terfokus dan metodik.
Sangat cocok untuk konsumen remaja. 

-Faris Fredy Putranto-





Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 

Kirim email ke