saya setuju dengan pendapat rekan vincent, namun dalam dunia psikologi,
assesment psikologi, perlu disampaikan juga bahwa dalam melakukan konseling
tidak bisa serta merta langsung diberikan konseling pada client tanpa
mengetahui inti permasalahan yang dihadapi oleh client, tidak sedikit client
yang tidak mengetahui apa sebenarnya masalah yang dia hadapi, tidak sedikit
client yang tidak tahu masalah yang timbul pada dirinya adalah merupakan
efek lanjutan dari masalah yang sebenarnya dihadapi client, tidak sedikit
client yang tidak mampu mengungkapkan permasalahannya, oleh karena itu dalam
dunia psikologi, sebenarnya assesment bukannya alat justifikasi dari masalah
yang sebenarnya, namun merupakan referensi untuk mengetahui akar
permasalahan daripada client sehingga dengan referensi tersebut, diharapkan
masalah mendasar yang dihadapi oleh client bisa diketahui, yang selanjutnya
kita tidak terjebak penyelesaian masalah yang sebenarnya bukan menjadi titik
point atau masalah sebenarnya yang dihadapi oleh client.

sekian dulu komentar saya,

salam,
khusnan

----- Original Message -----
From: vincentliong <[EMAIL PROTECTED]>
To: <psikologi_net@yahoogroups.com>; <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Sunday, May 08, 2005 3:10 PM
Subject: [psikologi_net] Fwd: Pengen jadi psikolog, gimana caranya?


> --- In [EMAIL PROTECTED], leonardo rimba
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Saya setuju 100% dengan pendapat Rekan Audifax: untuk
> mempraktekkan ilmu jiwa (psikologi), Anda tidak perlu
> harus kuliah di jurusan psikologi dan memperoleh S1
> dari jurusan itu. Bahkan, dengan S1 dari jurusan
> hukum, dan S2 dari jurusan filsafat, bekal Anda sudah
> lebih dari cukup untuk memberikan konseling kejiwaan
> kepada mereka yang membutuhkan. Cuma perlu logika dan
> rasio saja kok... Paling ditambah dengan doa-doa
> apabila Anda seorang agamais. Apabila Anda adalah
> seorang paska modern yang alergi terhadap agama, Anda
> bisa menggunakan meditasi untuk mengumpulkan energi
> Alam Semesta bagi penyembuhan kejiwaan clients Anda.
>
> Pengalaman saya adalah memberikan konseling kepada
> entah berapa ribu orang, dengan menggunakan kartu
> tarot sebagai medium, dan penggunaan energi-energi
> Alam Semesta untuk penyembuhan kejiwaan. Background S1
> saya adalah ilmu politik, dan S2 saya dari business
> administration. Saya memberikan konseling dengan
> menggunakan konsep-konsep psikologi yang para psikolog
> sendiri tidak PD untuk menggunakannya. Sebagian
> clients saya adalah dokter spesialis; dan sebagian
> lagi malahan psikolog.
>
> Mungkin yang paling essensial bagi saya dalam
> memberikan konseling kepada clients adalah sikap
> non-judgemental (tidak menghakimi)... Anda sebagai
> seorang konselor kejiwaan bisa seorang agamais, bisa
> pula seorang spiritual, atau bahkan seorang ateis. Itu
> tidak menjadi masalah selama Anda bisa membantu
> clients Anda, dan clients Anda benar-benar terbantu.
> Apapun kepercayaan-kepercayaan Anda seyogyanya tidak
> mempengaruhi diri Anda sehingga bias dalam membantu
> clients. Anda harus bisa menempatkan diri Anda di
> peran yang dijalankan oleh clients Anda, termasuk
> menganalisa masalah dan memberikan alternatif solusi
> berdasarkan sistem kepercayaan clients.
>
> Jadi, contohnya, kalau client saya adalah seorang
> Hindu yang taat, saya akan memberikan alternatif
> solusi berdasarkan ajaran-ajaran Hindu. Bila Buddha,
> ya Buddha. Bila atheis, ya tanpa menyebut nama tuhan
> satu kalipun. Begitu pula apabila Kristen dan Islam.
> Islam pun harus dilihat dari aliran yang mana, banyak
> gradasinya. Bahkan Kristen, Buddha, Hindu juga
> memiliki gradasi. Saya akan memberikan solusi
> berdasarkan sistem kepercayaan clients, dan bukan
> berdasarkan apa yang saya percayai sendiri!
>
> Kenapa saya mengemukakan hal itu dalam ruang yang
> begini singkat? Karena itulah kelemahan nomor satu dan
> utama dari para psikolog Indonesia. Kebanyakan atau
> hampir semua psikolog Indonesia tidak bisa menempatkan
> diri di peran yang dimainkan oleh clients. Kebanyakan
> hanya bisa melihat dari kacamatanya sendiri saja.
> Akibatnya clients menjadi bingung, dan merasa harus
> mengikuti sistem kepercayaan yang dianut oleh psikolog
> itu supaya bisa sembuh.
>
> Padahal kesembuhan tergantung dari kemauan clients
> sendiri dan afirmasi yang diberikan oleh psikolog atau
> konselor. Dan sama sekali tidak tergantung dari ikut
> atau tidaknya clients ke dalam sistem kepercayaan atau
> agama yang dianut oleh konselor. Konselor psikologi
> Indonesia masih sangat-sangat-sangat dipengaruhi oleh
> sistem agama. Padahal, di era paska modern ini, para
> praktisi psikologi haruslah netral. Agama adalah
> kreasi para pemuka agama, dan itu bukanlah standard
> untuk menyehatkan jiwa orang yang sakit. Malah banyak
> orang yang menjadi sakit jiwa karena kebanyakan
> dijejali oleh ajaran-ajaran agama yang sudah tidak
> relevan lagi. Dan saya menulis ini tanpa sama sekali
> merasa takut dikecam oleh kalangan agamais.
> Kenyataannya memang begitu, dan lebih baik jujur
> daripada berselaput kemunafikan dan tidak bisa
> membantu kesembuhan clients.
>
> Terakhir, kalau doa dan meditasi, itu perlunya agar
> konselor bisa konek dengan pusat segala kekuatan Alam
> Semesta. Walaupun mungkin cara itu tidak ilmiah
> apabila dibahas oleh kalangan akademik, tetapi menurut
> saya hanya itulah satu-satunya cara kita untuk menarik
> energi positif dan memberikannya kepada clients. Kalau
> cuma cuap-cuap saja seperti para psikolog agamais,
> hasilnya cuma bikin clients bingung saja. Bukan
> membantu, malah membikin rancu.
>
> Semoga bisa sedikit membantu. Silahkan ditanyakan
> kembali apabila ada points yang belum jelas.
>
> Damai di Bumi,
> Leo
> HP: 0818-183-615
>
> ---
> Note: forwarded message attached.
>
>
> _____________________________________________________________________
> ___
> Yahoo! Messenger - Communicate instantly..."Ping"
> your friends today! Download Messenger Now
> http://uk.messenger.yahoo.com/download/index.html
> Ellen,
>
> Jika orientasi anda mendapatkan gelar, tentu saja anda harus
> menempuh pendidikan S-1. Setahu saya mata kuliah seperti Pancasila,
> dapat ditransfer nilainya jika memang pernah menempuh di perguruan
> tinggi lain.
>
> Namun, jika anda memang termotivasi untuk memberikan konseling, saya
> malah menyarankan untuk anda terjun langsung ketimbang bersusah-
> susah mengikuti perkuliahan psikologi. Kenapa, saya melihat tak
> banyak mereka yang lulusan psikologi mampu memberikan konseling
> dengan baik. Masalah teknikalitas, itu bisa anda pelajari jika anda
> cukup membaca dan mau menjalin relasi serta belajar dengan konselor-
> konselor yang lebih ahli.
>
> Ini karena seperti apa yang anda alami di fakultas hukum, mata
> kuliah di psikologi juga tak mendarat pada realitas. Saya malah
> kuatir jika anda kuliah psikologi, anda justru kehilangan kepekaan
> terhadap permasalahan orang yan selama ini anda miliki dari
> pengalaman memberikan konseling. Anda jadi tak lebih dari psikolog-
> psikolog yang menuduh orang ini-itu dengan kegenitan istilah-istilah
> psikologi.
>
> Beda ilmuwan psikolog dan psikolog praktek? Kalau berkaitan dengan
> lisensi jelas beda. Mereka yang psikolog praktek membutuhkan lisensi
> dari Himpsi. Tetapi secara kualitas, saya pikir tidak ada perbedaan
> antara ilmuwan psikolog dan psikolog praktek. Tapu perlu saya
> tekankan, mungkin anda akan lebih berkembang sebagai ilmuwan
> psikologi ketimang psikolog praktek. Kebanyakan psikolog praktek
> justru terjebak pada pertukangan alat tes dan interpretasinya.
> Sebaliknya, masih terbuka bagi anda untuk mengembangkan kelimuan
> anda, termasuk mengembangkan nurani anda, jika anda menjadi ilmuwan
> psikologi.
>
> Menjadi ilmuwan psikologi, tak perlu mengikuti pendidikan psikologi.
> Saya banyak bertemu dengan orang-orang yang lebih menguasai ilmu
> psikologi dan "lebih psikologi" ketimbang orang-orang yang mengikuti
> pendidikan psikologi dan mengklaim dirinya paling tahu tentang
> manusia. Banyak ajaran-ajaran psikologi yang sebenarnya sangat
> manusiawi tapi tidak diajarkan karena para pengajarnya wegah dan
> menganggap itu filsafat. Pemikiran-pemikiran neo-psikoanalis yang
> brilian seperti Jacques Lacan, Michle Foucault, Jacques Derrida
> tidak diajarkan karena dianggap filosofis (sebenarnya ini cuma dalil
> untuk menutupi ketidakmampuan para dosen itu untuk mengajarkan).
> Pemikiran-pemikiran Sigmund Freud, Carl Jung, Erich Fromm yang
> brilian itu, hanya akan anda dapatkan secara parsial. Banyak orang
> di luar psikologi, justru menguasai itu dengan baik. (mungkin
> termasuk anda yang kuliah S-1 di filsafat). Di psikologi bahkan anda
> tak diajarkan dari mana akar pemikiran Freud, Maslow, sehinggamereka
> juga
>  sebenarnya tak bisa memperkirakan efeknya.
>
> Pada akhirnya, semua kembali pada orientas anda. jika anda ingin
> gelar dan segala embel-embel lisensi, ambillah pendidikan psikologi
> karena hanya itu yang mereka bisa berikan. Jika anda ingin menjadi
> seorang yang mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu psikologi untuk
> kepentingan sesama, maka belajarlah dari kehidupan, jangan segan
> membaca dan belajar, bertanya pada orang yang lebih tahu.
>
> Terima Kasih atas pertanyaan anda. Semoga masukan saya dapat menjadi
> pertimbangan bagi anda.
>
> Salam
>
> Audifax
>
> Ellen Kristi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Halo ...
> Salam kenal buat semuanya!
>
> Maaf ni, datang2 langsung mau tanya2. Soalnya saya
> betul2 butuh info dari siapa saja yang punya jawaban.
>
> Ceritanya saya punya kerinduan untuk jadi psikolog.
> Karena selama ini saya sering mendampingi sahabat2,
> anggota gereja, dan keluarga yang punya masalah, saya
> menjawab sebatas pemikiran empati dan logis (lebih
> banyak mengacu pada prinsip2 spiritual yang saya
> dalami), dengan sedikit sekali pemahaman2 dasar
> psikologi. Saya terpikir untuk mempelajari secara
> formal ilmu psikologi yang saya yakin berguna untuk
> menambah keterampilan memberikan konseling.
>
> Saat ini saya sudah punya gelar S-1 di bidang hukum
> dan S-2 di bidang filsafat. Dari info internet, untuk
> jadi psikolog katanya harus punya gelar S-1 psikologi
> plus pendidikan profesi. Saya sih nggak keberatan
> mengulang lagi pendidikan S-1, tapi terus terang saya
> wegah untuk ngulang matakuliah2 yang saya anggap tidak
> relevan dengan kebutuhan saya seperti Pancasila,
> Kewarganegaraan, dll mata kuliah umum. Selain dulu
> waktu S-1 Ilmu Hukum sudah pernah dapat, juga
> menghabiskan waktu. Saya juga inginnya mengikuti hanya
> matakuliah2 psikologi yang sesuai dengan minat saya.
> Soalnya, kurikulum S-1 psikologi yang ada sepertinya
> meluas sekali (seperti kurikulum S-1 Hukum, semua
> bidang hukum dipelajari, sekedar wacana tapi nggak
> relevan waktu praktek).
>
> Intinya, saya ingin menjalani pendidikan S-1 pada
> matakuliah2 yang memang betul2 relevan saja. Tapi
> nanti ga bisa dapet gelar S-1 psikologi dan tidak bisa
> jadi psikolog praktek ya? Sebetulnya apa sih beda
> kewenangan antara ilmuwan psikolog dan psikolog
> praktek?
>
> Semoga teman2 bersedia memberi sumbang saran.
>
> Salam,
> Ellen
>
>
>
> __________________________________
> Yahoo! Mail Mobile
> Take Yahoo! Mail with you! Check email on your mobile phone.
> http://mobile.yahoo.com/learn/mail
>
>
> ---------------------------------
> Yahoo! Groups Links
>
>    To visit your group on the web, go to:
> http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/
>
>    To unsubscribe from this group, send an email to:
> [EMAIL PROTECTED]
>
>    Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of
> Service.
>
>
>
> ---------------------------------
> Yahoo! Mail
>  Stay connected, organized, and protected. Take the tour
> --- End forwarded message ---
>
>
>
>
>
>
> posting : psikologi_net@yahoogroups.com
> berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
> ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
> keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED]
> ----------------------------------------
> sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di
http://psikologi.net
> ----------------------------------------
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/LZzaMD/_WnJAA/HwKMAA/wf.olB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED]
----------------------------------------
sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di 
http://psikologi.net
---------------------------------------- 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke