Postingan saya mengenai sahabat saya Robert Adolf mendapat tanggapan dari yang bersangkutan di milis Kota Bogor. Tanggapan sahabat saya itu, yang saya forwardkan berikut ini, sekali lagi memperkuat keyakinan saya, walaupun keyakinan saya tersebut tidaklah orisinil-orisinil amat---apalah awak ini---bahwa keyakinan yang berbeda tidak mesti membuat yang satu tidak menghormati keyakinan yang lain. Dan kata kuncinya adalah ketulusan dan bebas prasangka.

Dalam tanggapannya Robert Adolf antara lain menulis: ”...Konsentrasi saya dalam kehidupan beragama adalah bagaimana membangun suasana yang dialogis antar umat beragama....Bagaimana kita merentang persahabatan, persaudaraan, komunikasi, diantara keyakinan yang berbeda...Saya sangat yakin se yakin-yakin-nya kita mempunyai "jembatan" untuk mewujudkan itu...Meski disadari tidak semua komunitas berkenan melewati "jembatan" tersebut....”

Dan seperti saya tulis diposting saya terdahulu, orang semacam Robert Adolf ini amat-amat banyak di kalangan penganut semua agama. Bahkan di kalangan orang Yahudi sekalipun. Lihat saya peristiwa membangkangnya sejumlah penerbang angkatan udara dan pasukan elite angkatan darat Israel baru-baru ini untuk menyerang sasaran-sasaran sipil Palestina.

Hanya jauh lebih banyak lagi yang diam, karena itu para penganut agama lebih banyak diwakili suara mereka-mereka yang gemar menabuh genderang perang. Niat saya meforwarkan tanggapan sahabat saya tersebut ke milis ini adalah sebagai upaya kecil---bahkan sangat kecil---dari upaya banyak orang yang telah, sedang dan akan datang, agar Robert Adolf- Robert Adolf disemua penganut agama terbut lebih berani berkata tidak kepada para penabuh genderang perang di kalangan penganut agama masing-masing.

Pertentangan antarpenganut agama, terutama di kalangan penganut agama semitik sudah berlangsung sangat lama dan sudah bertali temali seperti benang superkusut. Adalah sebuah superilusi, kalau berangapan bahwa benang superkusut itu akan bisa diungkai dalam satu, dua sepuluh atau seratus tahun ke depan.

Apalagi pertentangan antarpenganut agama tersebut juga merupakan ladang garapan yang sangat subur bagi para profitur-profitur dari kalangan politik, militer ekonomi dan bisnis, yang tidak akan sudi jika ladang garapan tersebut hilang begitu saja.

Tapi harus ada upaya terus menerus, tidak kenal lelah dan tidak pernah putus asa untuk mengungkai benang superkusut tersebut, agar gerakan tersebut menjadi fenomena bola salju. Karena saya yakin seyakin-yakinnya bahwa jauh lebih banyak umat manusia lebih suka hidupa damai ketimbang ketimbang yang berkelahi setiap hari.

Dan resources yang habis untuk permusuhan dan pertentangan yang sia-sia tersebut---termasuk dana jutaan dollar yang diperuntukkan untuk mengkristenkan orang Islam di sejumlah negara Asia dan Afrika seperti yang dilansir majalah Time beberapa waktu yang lalu, sebuah proyek yang menurut saya pribadi sangat diragukan keberhasilannya---bisa digunakan untuk mengatasi problem penduduk bumi ini lainnya yang superbejibun: kemiskinan, pengangguran, penyakit menular, kesempatan yang sangat timpang akan akses terhadap sarana pendidikan dan sarana dasar publik lainnya, penghinaan dan komersialisasi tubuh perempuan, pembunuhan lansung dan tidak langsung terhadap bayi dan janin yang masih dalam kandungan, dan seterusnya dan seterusnya.

Ya, kenapa tidak?

Salam, Darwin.


____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke