Para salaf kita sangat tekun mengamalkan sunah dan
salat malam. Habib Segaf bin Muhammad Assegaf berkata,
“Aku tidak pernah meninggalkan qiyamullail sejak usia
7 tahun.” Dalam Risalatul Qusyairiyah seorang saleh
berkata, “Sejak usia 3 tahun, aku tidak pernah
meninggalkan qiyamullail.” (I:490) 
          Di masa kanak-kanaknya, Abu Yazid
Al-Busthami belajar mengaji Quran pada seorang guru.
Suatu saat ia sampai pada firman Allah: 
          “Hai orang yang berselimut, bangunlah (untuk
salat) di malam hari, kecuali sedikit (dari padanya),
yaitu seperduanya atau kurangi sedikit dari seperdua
itu.” (QS Al-Muzzammil, 73:1-3) 
          Sepulangnya dari belajar, ia bertanya kepada
ayahnya, “Ayah, siapakah orang yang diperintahkan oleh
Allah untuk bangun malam?” 
          “Anakku, beliau adalah Nabi Muhammad SAW.
Aku dan kamu tidak mampu meneladani perbuatan beliau,”
jawab ayahnya.  
          Abu Yazid terdiam. 
          Pada pelajaran berikutnya, ia membaca ayat: 
          Dan (demikian pula) segolongan dari
orang-orang yang bersamamu. (QS Al-Muzzammil, 73:20)15

          Sepulangnya dari belajar, ia bertanya lagi
kepada ayahnya. 
          “Siapakah yang bangun malam bersama Nabi
SAW?” 
          “Anakku, mereka adalah sahabat-sahabat
beliau.” 
          “Ayah, jika kita tidak seperti nabi dan
tidak pula seperti sahabat-sahabat beliau, lalu kita
ini seperti siapa?” 
          Mendengar ucapan ini, tergeraklah hati sang
ayah untuk bangun malam. Hari itu juga, ia mulai salat
malam. Si kecil Abu Yazid ikut bangun. 
          “Tidurlah anakku, engkau kan masih kecil,”
bujuk ayahnya. 
          “Ayah, ijinkanlah aku salat bersama ayah,
kalau tidak, aku akan mengadukan ayah kepada Tuhanku,”
jawabnya. 
          “Tidak demi Allah, aku tidak ingin kamu
mengadukan aku kepada Tuhanmu. Mulai malam ini
salatlah bersamaku.” (I:98) 
          Abu Yazid selalu bermujahadah hingga ia
mencapai kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Pernah
diriwayatkan bahwa suatu hari ia berkata, “Barangsiapa
mengetahui namaku dan nama ayahku akan masuk surga.”
Nama Abu Yazid dan ayahnya adalah Thoifur bin Isa.  

          Tingkat ketekunan  
          menentukan derajat ketinggian.  
          Siapa ingin kemuliaan  
          janganlah tidur malam.  

          Barang siapa bersungguh-sungguh, ia akan
memperoleh yang diinginkan. Barangsiapa mengetuk
pintu, ia akan masuk. Barang siapa menempuh
perjalanan, ia akan sampai dan akan menganggap kecil
apa yang telah dikorbankan. 
          Penuntut ilmu hendaknya bangun sebelum
fajar, walaupun hanya setengah jam sebelumnya. Jika ia
bangun setelah fajar, maka setan telah kencing di
telinganya. Dan barang siapa telinganya dikencingi
setan, ia akan memulai harinya dengan perasaan malas.
Syeikh Ahmad bin Hajar berkata bahwa setan benar-benar
telah mengencingi telinga orang itu, namun ia tidak
wajib menyucikannya karena kejadian itu bersifat
batiniah. (I:491)   

Habib Muhammad bin Hadi bin Hasan bin Abdurrahman
Asseqaf, Tuhfatul Asyraf, Kisah dan Hikmah, Putera
Riyadi. 



________________________________________________________________________
Yahoo! Messenger - Communicate instantly..."Ping" 
your friends today! Download Messenger Now 
http://uk.messenger.yahoo.com/download/index.html
____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke