Assalamualaikum Wr. Wb., Ambo sangajo mangirim judul ko ka RN, biasonyo akan barasiah dikubak dan dipoles, bahkan ditambah dengan bumbu yang kurang, sorry kalau ado idola sanak2 yang disingguang, tapi tujuannyo hanyo untuak 5 tahun kedepan bagi RI yang tercinta ini.
Komentar kawan2 tentang, salah seorang Capres/Cawapres mengiklankan diri dengan ikut bernyanyi di tv. Rekan tadi bertanya; apakah Capres/Cawapres kita ini sedang ikutan kontes Capres/Cawapres untuk menjadi R-1 atau ikutan kontes sekelas AFI atau Indonesian Idol? Sebenarnya dari beberapa kali melihat debat publik baik di tv maupun di kampus, seharusnya kita telah dapat "memetakan" kapasitas si kandidat capres/cawapres tersebut. Jadi sebenarnya kita tidak usah pedulikan bila ada iklan capres/cawapres yang tidak mengedapankan logika berpikir yang rasional. Sebagai contoh ada yang mengiklankan bahwa pilihlah capres/cawapres yang paling cantik, ganteng, yang bisa nyanyi, dll. Bahkan ada kegiatan pendukung salah satu kandidat pres/wapres yang masih mengulangi "horor" tahun 1999 yl -- dimana rame-rame menggalang kekuatan dengan "show force of bleeds". Komentar kawan yang lain, bukan hanya HR (Human Resources) yang perlu dikelola oleh orang-orang yang tidak saja punya hati, tetapi juga mampu berpikir dengan baik, tetapi the whole corporate juga perlu dilandasi dengan Mind-set yang benar. Inilah antara lain target sekaligus dampak dari penerapan Good Corporate Governance (GCG). Dan ini menjadi semacam keniscayaan di masa yang akan datang akibat dari perkembangan pesat teknologi informatika yang memaksa terjadinya dan / atau diberlakukannya transparansi. Para ahli mengatakan, selain kesadaran akan realitas atau kemampuan melihat fakta yang ada, juga penting (bahkan lebih penting) melihat kecenderungan yang terjadi seperti demokratisasi, transparansi, akuntabilitas, interdependency, dll. Di Bali ada bank yang telah berkembang cukup lama pada skala nasional namun ambruk lantaran moral & etika dari owner dan jajaran manajemen-nya diragukan (menurut Anwar Nasution, dimuat koran Bali Post). Ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak lagi dapat dikelabui dengan janji-janji atau pernyataan kosong. Ini juga menujukkan bahwa tuntutan ke arah GCG bukanlah sesuatu yang mengada-ada. Dapatkah dibayangkan besarnya peluang pada kiprah HR, Pelatihan, dan berbagai upaya mengubah Mind-set agar selaras dengan kecenderungan yang terjadi? Wass. Syahril ____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net ____________________________________________________