Kilas Sejarah Perang Kamang 15 Juni 1908
* Berawal Dari Menentang Penindasan Pajak Belanda
By padangekspres, Kamis, 17-Juni-2004, 00:14:12 WIB

Telah tercatat dalam tinta emas sejarah, perjuangan rakyat Kamang melawan
pasukan penjajahan Belanda merupakan salah satu bahagian penting dari
perjalanan sejarah bangsa. Sekelumit sejarah ini dibahas kembali dalam
Seminar Peringatan Perang Kamang.

Catatan: Yurisman Malalak - Bukittinggi

Dalam seminar itu, Buchari Nurdin dan Thahar Ramli mengulas sejarah dalam
tulisan Perlawanan rakyat Kamang Menentang Belanda tahun 1908. Disebutkan,
perlawanan rakyat Kamang terhadap tentara Belanda ketika itu, dipicu oleh
pengumuman tentang pemberlakuan pajak, pada tanggal 1 Maret 1908.

Aturan ini diikuti dengan perintah Controlir Westenenk, untuk mendata ulang
kekayaan penduduk tertanggal 21 Maret 1908. Ketentuan itu mendapat tantangan
hebat dari segenap lapisan rakyat Minangkabau, termasuk oleh rakyat Kamang
sendiri.

Puncaknya, pada tanggal 15 Juni 1908, setelah melalui serangkaian rapat dan
pertemuan sejumlah tokoh masyarakat di berbagai tempat, dalam usaha
membulatkan tekad melawan pemerintah Belanda yang telah memberlakukan pajak
tersebut. Berawal dari kedatangan tentara Belanda yang dipimpin oleh L.C.
Westenenk ke Kampung Tangah Kamang Mudiak, pada tanggal 15 Juni 1908,
akhirnya sekitar pukul 02.30WIB dinihari, tanah Kamang berubah menjadi front
pertempuran hebat, antara pasukan Belanda dengan pasukan rakyat. Rakyat
dipimpin oleh H Abdul Manan, yang sebelumnya, telah bersiap-siap menghadang
kedatangan pasukan Belanda.

Sejumlah tokoh pejuang lainnya, yang juga telah siap dengan pasukan mereka
masing-masing. Seperti Dt Rajo Penghulu bersama isterinya, Siti Aisiyah,
Haji Jabang, Pado Intan, Tuanku Parit, Tuanku Pincuran, Dt Marajo Tapi, Dt
Marajo Kalung, Dt Perpatih Pauh, Sutan Bandaro Kaliru. Begitu juga pasukan
rakyat yang berada di Kamang Ilia. Dengan dipimpin Kari Mudo, Dt Perpatiah
Magek, Dt Majo Indo di Koto Tangah, Dt Simajo Nan Gamuk berusaha bahu
membahu melawan pasukan Belanda.

Pertempuran dahsyat antara pasukan rakyat dengan tentara Belanda tersebut,
baru berakhir sekitar pukul 04.30 WIB. Pasukan Westenenk akhirnya mundur
menuju Pauh, setelah sebelumnya berhasil menangkap salah seorang tokoh
pejuang, Dt Perpatih. Begitu, juga dengan pasukan rakyat sendiri, begitu
suara beduk subuh berbunyi, mereka pun mengundurkan diri, sehingga
berakhirlah pertempuran di daerah Kamang tersebut.

Pertempuran itu sendiri, menyebabkan berjatuhannya korban di kedua belah
pihak, baik di pihak rakyat maupun pasukan Belanda.

Di barisan pasukan rakyat sendiri. Ada yang menyebutkan 100 orang, ada juga
yang menyebutkan 150 hingga 200. Versi lainnya ada yang menyebutkan sampai
450 orang lebih, termasuk diantaranya tokoh pejuang H Abdul Manan, di
samping sejumlah tokoh pejuang lainnya.

Begitu juga korban yang berasal dari pasukan Belanda juga tidak sedikit
jumlahnya, bahkan dalam Nazam Perang kamang yang ditulis oleh Ahmad Marzuki,
disebutkan bahwa jumlah korban dari pihak Belanda sendiri jumlahnya juga
cukup banyak yang tewas dalam pertempuran tersebut.Pihak Balando banyak yang
tewas, Diambil mayat sugiro lakeh, Masuk Pedati Tagageh-gageh. Lalu dibao ka
umah Lareh. Demikian sepenggal bait yang menggambarkan suasana Perang Kamang
ketika itu. (***)

Padang Ekspres Online : http://localhost/endonesia
Versi online:
http://localhost/endonesia/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=28303



____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke