http://ranah-minang.info/content.php?article.19

Tata Cara Upacara Adat Minangkabau
oleh Gufron pada Saturday 14 February 2004

MANDUDUAK-AN URANG

Dalam kebiasaan adat masyarakat Minangkabau sampai sekarang, apabila orang
tua akan mengadakan kenduri (Alek), seperti misalnya untuk mengawinkan
anaknya, maka terlebih dahulu diadakan jamuan yang disebut dengan
"Manduduk-an Urang". Maksudnya disini adalah memanggil kaum keluarga dan
sanak famili baik dari pihak urang sumando (ipar), mamak atau panghulu dalam
kaum untuk berunding dalam melaksanakan "alek" tersebut.

Acara ini dilakukan malam hari dan disertai dengan jamuan makan secara
sederhana. Setelah sanak saudara dan mamak hadir dan duduk pada tempatnya
yang diatur oleh janang, tak jarang dipakai pidato yang terdiri dari tiga
golongan, yaitu:

1. Dari pihak panghulu atau datuknya.
2. Dari pihak tungganai atau mamak.
3. Dari pihak orangtua (bapak) si anak yang akan dikawinkan atau urang
sumando.

Tempat duduk ketiga golongan tersebut sudah diatur menurut adat, yang
disesuaikan dengan keadaan rumah. Golongan pertama dan pemangku adat
didudukkan pada ujung rumah. Golongan kedua pada barisan dinding muka rumah
dan golongan ketiga pada baris dinding dalam ruang rumah.

Setelah semuanya duduk pada tempatnya masing-masing, dilanjutkan dengan
acara sirih-manyirihi atau menghidangkan rokok, dan baru kemudian mulai
dibuka acara. Dalam acara ini, biasanya panghulu-lah yang memulai
pembicaraan terlebih dahulu, atau kadang-kadang dimulai dari pihak bapak
atau urang sumando. Selanjutnya panghulu akan menanyakan kepada wali si anak
kapan rencana untuk mengadakan alek-nya dan apa-apa saja yang diperlukan.

PIDATO PENERIMAAN TAMU

Masalah tempat duduk menjadi perhatian besar dalam kalangan masyarakat
Minangkabau, terlebih lagi dalam acara baralek. Orang Minang khawatir, kalau
seorang tamu tidak duduk pada tempatnya menurut adat. Kalau hal ini terjadi,
apalagi bagi orang yang masuk ke dalam kalangan panghulu, sering terjadi
kecaman secara halus dari pihak tamu pemangku adat, malah kadang-kadang
menjadi polemik atau permasalahan yang panjang.

Oleh sebab itu, janang harus hati-hati sekali. Walaupun demikian,
disampaikan juga permohonan maaf kepada yang hadir apabila tidak
"terdudukkan" atau ditempatkan pada tempat yang semestinya. Permintaan ini
disampaikan dengan pidato yang berirama, dan ditujukan kepada pemangku adat
dari kaum yang berbeda.

"Mano Sutan! (Angku Datuak)
bakeh angku kato sapatah dari pihak kami,
sungguahpun kapado angku ditibokan sambah,
mangko sarapek papeknyo pulo niniak mamak nan gadang batuah
sarato silang nan bapangka, karajo nan bapokok.
Ba-a..."

PIDATO HIDANGAN

Dibawah ini pidato yang digunakan apabila makanan telah dihidangkan dan
mempersilahkan tamu untuk mulai bersantap:
Dari sipangka (yang punya acara):

"...Bakeh angku juo kato sapatah,
tapi sungguahpun ka angku tibokan sambah,
nyolah ka sarapek papeknyo jamu kami hadie tantangan..."

Setelah melihat ke kiri dan ke kanan, dan setelah mengetahui bahwa tidak ada
yang melanggar menurut adat, maka persembahan tersebut akan dijawab pula
oleh tamu:

"Mano Angku (Datuak),
Bakeh angku pulu sapatah dari kami
sungguahpun kapado angku dipulangkan sambah
tapilah sarapek papeknyo niniak mamak
silang nan bapangka karajo nan bajunjuang.
Kalaluanyo..."

Dan sipangka akan menjawab, "Iyolah."
Disambung oleh tamu:

"Bakeh Angku juo sapatah.
Jiko di kami si jamu,
indak lai rasonyo sasuatu alah talatak pado tampeknyo
alah dibarih pamahatan alah manuruik adaik jo limbago.."

Barulah kemudian, sipangka (yang punya acara) akan mempersilahkan para tamu
untuk mulai bersantap.

"Nak mudiak ka Batang Hari
nak hilia ka Pauah Kamba
Babelok ka Pariaman
Minumlah aie nan taisi
Santaplah juadah nan ka tanggah
Nak sanang pulo hati sipangkalan."

PIDATO MAURAK SELO

Setelah selesai bersantap, para tamu tidak dapat begitu saja mengucapkan
selamat tinggal dan pergi meninggalkan acara. Sepatah atau dua patah kata
haruslah diucapkan oleh pihak jamu (tamu), karena hal tersebut sudah
merupakan salah satu basa-basi di Minangkabau, yang "indak lakang dek paneh,
indak lapuak dek hujan."

"Bakeh angku hanyo lai kato sapatah.
Sungguahpun sambah dipulangkan bakeh angku
batinnyo iyolah ka silang nan bapangka karajo..."

Walaupun begitu, belumlah dijawab dan diputuskan oleh sipangka, namun minta
tunggu sebentar untuk merundingkannya dengan "silang nan bapangka, karajo
nan bapokok". Setelah sepakat untuk melepas tamu tersebut, barulah
dipulangkan sembah kepada jamu yang berpidato tersebut dengan meminta maaf
atas segala kekurangan dan kekhilafan.



____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke