At 5:31 PM +0000 6/6/00, Sjamsir Sjarif wrote:
>At 3:24 AM -0700 6/6/00, Sjamsir Sjarif wrote:
>>Dari Berita AP kita baca. Saya salin tanpa izin untuk berita kampung kita.
>>June 6, 2000
>>
>>Indonesian Quake Deaths at 103
>>
> Filed at 3:18 a.m. EDT
>>By The Associated Press
>
>>Rabu, 7 Juni 2000
>
>Sebagai susulan berita saya kopi lagi berita dari Kompas Online Rabu June
>6, 2000 (bagian 1)
>
>-- Sjamsir Sjarif
>
>   "Dalam kondisi fisik belum makan, sibuk mengemasi barang dan mendirikan
>tenda  seadanya, tiba-tiba gempa kembali nambah. Siapa yang tak panik?
>Sampai  sekarang, belum seorang pejabat pun yang menengok kami dalam
>kondisi  kehilangan tempat tinggal begini," keluh Tarmizi, korban gempa
>yang tinggal di  kawasan perumahan Ria Harapan Makmur, tak begitu jauh
>dari kantor gubernur.


Di bawah ini saya kopikan lagi berita Kompas Online (bagian kedua) Rabu 6, 2000
-- Sjamsir Sjarif

""Kabarnya, kami akan mendapat bantuan penyambung hidup dari pemerintah,
tetapi itu baru terdengar dari mulut ke mulut. Bapak lihat sendiri,
jangankan bantuan, utusan pejabat saja rasanya hingga kini belum pernah
datang. Padahal, para korban gempa sangat membutuhan itu karena tidak punya
apa-apa lagi," tutur Suhir (48), warga Kelurahan Pagar Dewa yang mengaku
istrinya salah satu korban tewas."



Rabu, 7 Juni 2000

Petaka di Bumi Raflesia
Hidup di Tenda Darurat dan Makan Seadanya


Dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca, Nuraisah Halim, Kepala SD Inti
38

Kuala Halam, Kelurahan Padang Harapan, Bengkulu, berusaha membujuk

murid-murid kelas 6 agar tetap tenang dan berkonsentrasi mengikuti evaluasi
belajar

tahap akhir nasional (ebtanas).


"Meski bumi yang kalian pijak bergetar, saya harap tak perlu panik. Marilah
kita jalani

ebtanas ini dengan serius seperti dalam kondisi normal. Tak perlu lari
sekiranya

gempa susulan tiba-tiba muncul kembali, sebab di halaman SD ini kita akan
tetap

aman," kata Nuraisah, mengawali pelaksanan ebtanas hari kedua yang
dipimpinnya,

Selasa (6/6).


Kalimat yang sangat bernuansa bujukan itu terpaksa disampaikan Nuraisah.
Pasalnya

tragedi gempa tektonik berkuatan 7,3 pada Skala Richter, Minggu tengah
malam,

ternyata membuat semua murid kelas 6 di SD 38 trauma berat. Mereka takut
masuk

kelas.


"Saya melihat betul rasa cemas dan trauma yang amat dalam di mata mereka.

Jangankan gempa, getaran akibat truk lewat saja sudah membuat anak-anak lari

tunggang langgang ke luar kelas. Karena itu, kami memutuskan melaksanakan

ebtanas di halaman sekolah," tutur Nuraisah.


Pelaksanaan ebtanas pada hari kedua terpaksa dipusatkan di halaman sekolah.

Alasannya sangat masuk akal, yakni semata untuk menghindari trauma bagi
murid.


Ketakutan dan kengerian memang sangat dekat dengan murid SD 38. Selain

bangunan sekolahnya hancur dihantam gempa, seorang rekan mereka, yakni
Evantri

(12), tercatat sebagai salah satu dari 60 korban yang tewas akibat gempa
dahsyat

tersebut. Evantri terkubur bersama puing-puing rumah.


***


TRAUMA akibat gempa dahsyat itu barangkali hanyalah salah satu dari sekian

banyak derita yang kini dialami ratusan korban gempa di Bengkulu. Petaka di
Bumi

Raflesia yang terjadi secara tak terduga ini memang membuat sebagian dari
total

1,6 juta warga Bengkulu kini hidup serba ketakutan.


Akibatnya, sekarang mereka terpaksa rela hidup menderita di berbagai tenda
darurat

beralaskan tikar, koran, sisa kasur, dan perabotan yang masih bisa dipakai.
Korban

yang rumahnya hancur total, dan barang perabotan rusak, malah ada yang nekat

tidur di halaman rumput atau aspal jalan beratapkan langit.


"Kami tidak mau mengambil risiko. Gempa susulan yang datang mendadak silih

berganti sejak dua hari terakhir membuat kami berpikir beribu-ribu kali
untuk kembali

ke rumah. Sampai kondisi normal, biarlah kami hidup seperti gelandangan,"
ungkap

Samsul Bahri (50), warga yang tinggal di RT 16 Lempuing Padang Harapan.


Permukiman penduduk di Lempuing memang salah satu yang paling parah

dihantam gempa. Di sini, menurut Samsul, tercatat 65 rumah penduduk hancur
dan

dua korban tewas tertimbun.


Jika diamati dari dekat, nasib korban gempa Bengkulu yang hidup di
tenda-tenda

darurat sekarang sangat mengenaskan. Dengan biaya urunan secara swadaya,

mereka kini terpaksa hidup dengan bekal seadanya. Dapur-dapur darurat, yang

didirikan di aspal jalan atas inisiatif bersama, hanyalah salah satu
langkah darurat

untuk mempertahankan hidup di pengungsian.


"Kabarnya, kami akan mendapat bantuan penyambung hidup dari pemerintah,

tetapi itu baru terdengar dari mulut ke mulut. Bapak lihat sendiri,
jangankan

bantuan, utusan pejabat saja rasanya hingga kini belum pernah datang.
Padahal,

para korban gempa sangat membutuhan itu karena tidak punya apa-apa lagi,"
tutur

Suhir (48), warga Kelurahan Pagar Dewa yang mengaku istrinya salah satu
korban

tewas.


Derita para korban gempa di Bengkulu ini tampaknya tidak sebatas itu.
Kondisi yang

lebih mengenaskan lagi kini justru dialami oleh 63 korban luka berat dan
yang

terpaksa dirawat di Rumah Sakit Umum (RSU) M Yunus Bengkulu. Karena sebagian

besar instalasi penting RS rusak berat dihantam gempa, para korban ini
sekarang

terpaksa dirawat di tenda-tenda darurat di halaman RSU.


Direktur RSU M Yunus Bengkulu dr Zayadi menyebutkan, gempa merusak berbagai

instalasi vital milik RS. Jangankan ruang perawatan, kamar operasi saja
kini tak bisa

dipakai karena rusak berat. Atas dasar itulah, mereka memutuskan mendirikan
tenda

perawatan di halaman RSU, meski dengan fasilitas yang sederhana.


Karena memang tenda darurat, kondisinya pun jauh dari sebuah tempat
perawatan.

Udara Bengkulu yang saban hari panas menyengat membuat ruang perawatan di

tenda menjadi semakin sumpek. Belum lagi lalu lalang keluarga pasien membuat

suasana sekitarnya kian menyesakkan.


"Rasanya kami tidak kuat lagi menahan derita dan kepedihan ini. Daripada
tersiksa di

balik tenda dengan infus bergelantungan, rasanya kami memilih mati
sekalian," kata

N Sudjasmiati (40), warga Kelurahan Sukaraja, yang mengalami luka serius di
kepala

akibat tertiban reruntuhan rumah. (zul/nal)



LAPAU RantauNet di http://lapau.rantaunet.web.id
Isi Database ke anggotaan RantauNet:
http://www.egroups.com/database/rantaunet?method=addRecord&tbl=1
=================================================
WEB-EMAIL GRATIS ... @rantaunet.web.id ---> http://mail.rantaunet.web.id
=================================================
Subscribe - Mendaftar RantauNet Mailing List, kirimkan email
Ke / To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email / Messages: subscribe rantau-net email_anda

Unsubscribe - Berhenti menerima RantauNet Mailing List, kirimkan email
Ke / To: [EMAIL PROTECTED]
Isi emai / Messages: unsubscribe rantau-net email_anda
=================================================
WebPage RantauNet http://www.rantaunet.web.id dan Mailing List RantauNet
adalah servis dari EEBNET http://eebnet.com, Airland Groups, USA
=================================================

Kirim email ke