Bismillaah, Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim

Tak perlu banyak hamba komentari, artikel "Hikmah" dari Republika On-line tentang "Bersyukur" di bawah ini agaknya sudah cukup memadai untuk bisa kita fahami segera. Ya, marilah kita bersyukur terhadap setiap apa saja yang telah dikaruniakan Allah kepada kita. Insha Allah, dengan cara itu, maka barakah Allah akan senantiasa mengalir kepada kita setiap saat. Tahukan Saudaraku, apa itu "barakah" ? Barakah itu adalah semacam "keuntungan" dari setiap usaha kita. Dengan barakah Allah, Nabi Muhammad dapat menjamu sahabat-sahabatnya yang ribuan orang padahal makanan yang tersedia jika dilihat secara mata kepala hanyalah cukup untuk beberapa orang saja.

Baiklah, kita simak saja artikel yang menarik ini.

As-Salaamun alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Syaifuddin Ma'rifatullah - Aceh.


Hikmah Republika On-line : http://www.republika.co.id

Kamis, 31 Mei 2001

Bersyukur

Oleh: Nurjannah

Luar biasa. Demi kepuasan penonton, seorang artis penyanyi papan atas mengaku sudah siap dengan dandanan panggung, tiga jam sebelum naik pentas. Seorang ibu rela tidur tengkurap semalaman, hanya untuk menjaga agar sanggul yang sudah dipasang di salon tadi malam tidak rusak. Maklum besok pagi ia harus tampil dengan kebaya saat mendampingi isteri pejabat.

Berjam-jam 'menyiksa diri' demi kepuasan atau menunjukkan penghormatan kepada orang lain, boleh dibilang merupakan pekerjaan mulia. Jika kepada sesama manusia, atas nama pelayanan dan penghormatan (mayoritas) kita bisa berkorban seperti itu, begitu jugakah penghormatan kita kepada Sang Maha Pencipta? Bersegerakah kita setiap kali mendengar seruan-Nya? Relakah kita bangun malam-malam, mengurangi jatah tidur agar bisa berkomunikasi lebih intensif dengan-Nya?

Di beberapa masjid, bilal menyerukan adzan tanpa ditemani siapa pun karena jamaah biasanya baru berdatangan manakala adzan selesai dikumandangkan. Barisan shalat (shaf) baru lengkap ketika iqamat dibacakan, sebagian bahkan terlambat sehingga harus masbuq.

Jika harus jujur, kebanyakan kita lebih suka kehilangan 'tempat terpuji' yang dijanjikan Allah bagi hamba yang menghadap-Nya di malam hari dengan bertahajjud (QS Al-Isra: 79) ketimbang harus mengurangi kenikmatan tidur.

Allah tidak membutuhkan ibadah kita. 'Ketergopoh-gopohan', keseriusan, kekhusyukan serta segala pengorbanan kita tidak akan menambah keagungan-Nya. Sebaliknya ketidakpedulian, keengganan bahkan keingkaran kita, sama sekali tidak akan mengurangi kehebatan-Nya. Segenap penghambaan itu hakikatnya merupakan wujud dari rasa syukur kita, menunjukkan kualitas diri kita di hadapan-Nya.

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam (saw) beribadah di malam hari sehingga kedua kakinya yang mulia itu bengkak-bengkak. 'Aisyah Radhiallahu 'anha bertanya: "Mengapa engkau melakukan ini wahai Rasul Allah, bukankah Dia telah mengampuni segala dosamu, yang lalu maupun yang akan datang." Beliau menjawab: "Tidak pantaskah aku menjadi hamba yang bersyukur?" (HR Muslim dari 'Aisyah RA). Ya Allah anugerahi kami kemampuan untuk meneladani kekasih-Mu.



Kirim email ke