KRIKIL TAJAM DI JALAN
ISLAM
Oleh: Syaifuddin
Ma’rifatullah
Islam adalah jalan lurus. Jalan itu adalah jalan yang langsung menuju
Sang Maha Pencipta, Allah. Setiap manusia pastilah mengharapkan bertemu
dan selalu bersama Sang Khaliq. (Apakah Anda juga merasakan hal yang
demikian ?). Memang begitulah fitrah yang telah ditetapkan oleh Sang Maha
Pencipta atas makhluk-Nya – selalu rindu atau ingin bersama Penciptanya.
Jalan untuk mencapai cita-cita ini adalah yang disebut agama Islam.
Agama adalah sebuah jalan atau metoda yang meliputi berbagai aturan yang
terkait dengan itu, selengkap-lengkapnya. Islam adalah keselamatan yang
sebenarnya, keselamatan yang meliputi seluruh aspek – kehidupan bumi dan
kehidupan sesudahnya. Maka agama Islam adalah sebuah metoda hidup yang
selamat yang meliputi keselamatan hidup di bumi dan berkelanjutan pada
kehidupan sesudahnya, yang diperuntukkan bagi seluruh umat manusia dan
selalu relevan untuk sepanjang masa.
Namun jalan tetaplah jalan. Siapa yang dapat melaluinya dengan benar,
tentulah akan sampai ke ujung tujuan. Dan bagi yang melewatinya, tanpa
mengikuti aturannya, akan tersandung oleh krikil-krikil tajam yang
terdapat di atasnya, yang menyebabkan dia takkan sampai ke ujung jalan.
Begitulah berjalannya orang yang lalai.
Untuk itu, mengawali tahun baru 1423 Hijrah ini, marilah kita waspadai
krikil-krikil tajam itu. Jangan sampai ia-nya dapat membelokkan kita atau
menjatuhkan kita dari berjalan di jalan yang lurus ke suatu jalan yang
tak jelas ujung. Kita berharap akan tetap berjalan di jalan yang lurus
dan selamat ini hingga mencapai Allah, menjumpai Sang Maha Pencipta,
pemilik kita semua.
(1). BAKHIL / KIKIR
Orang bakhil atau kikir adalah orang yang sangat mencintai
hartanya. Harta apa pun yang ada padanya sangatlah dicintainya. Dia
sangat sayang untuk mengeluarkannya kecuali jika ia tahu bahwa harta yang
dikeluarkannya itu pastilah akan mendatangkan harta lain yang lebih
banyak lagi. Tak pernah cukup dengan berapa pun harta yang ada padanya.
Begitulah sikap seorang yang bakhil atau kikir. Bersadakah ? “No, itu
akan membuat orang manja saja ! Terlebih-lebih, hal itu dapat mengurangi
harta kita” begitulah alasannya.
Hal ini diisyaratkan Allah pada Al-Qur’an Surat Al-Aadiyaat ayat :6-8.
“sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih
kepada Tuhannya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri)
keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada
harta [Sebagian ahli tafsir menerangkan bahwa maksud ayat ini ialah:
manusia itu sangat kuat cintanya kepada harta sehingga ia menjadi
bakhil]”
Jangan biarkan, bakhil atau kikir menguasai diri kita, karena ini
akan menyebabkan kita terjatuh dan tertinggal dari memperoleh rahmat
Allah. Jangan biarkan diri kita mempertuhankan harta atau ilmu, karena
tuhan yang seharusnya kita sembah hanyalah Allah.
Mari kita ingat, ketika kita sedang dalam keadaan kikir atau bakhil,
barangkali pada saat itu, kita sedang sangat mencintai harta atau ilmu
yang kita miliki. Marilah kita berhenti bakhil dan kikir ! Bersyukurlah
kita atas segala karunia harta dan ilmu yang diberikan Allah kepada kita
dengan cara membagi sebagian daripadanya untuk makhluk Allah lain yang
membutuhkannya. Ingat, untuk hanya yang membutuhkan saja !
Jangan dipelihara sifat bakhil atau kikir, karena sifat ini akan
melahirkan sifat buruk lainnya, yaitu sifat sombong (arogan) yang tidak
disukai Allah.
(2). SOMBONG
Orang sombong adalah orang yang sangat mencintai diri
sendiri. Orang yang mencintai selalu mengagungkan yang
dicintainya. Semuanya serba baik dan perlu mendapat sanjungan dan
penghormatan. Dia mengagungkan dirinya sendiri. Dia memberi penghormatan
yang tinggi kepada dirinya sendiri. Sanjungan dan penghormatan itu hanya
boleh untuk dirinya sendiri. Itulah yang disebut “sombong”. Hal ini akan
menyebabkan dia tidak/kurang menghormati atau menghargai orang lain. Jika
dibiarkan, keadaan ini akan berlanjut pada kurang menghargai atau bahkan
meniadakan Allah.
Sifat ini telah menyebabkan Iblis, yang dulunya adalah hamba Allah yang
taat, menjadi dimurkai Allah – dilaknat Allah. Sifat buruk ini akan
menjadi satu sandungan terbesar bagi orang yang berjalan menuju Allah.
Tidak akan sampai-sampai tujuannya, karena Allah tidak menyukainya.
Kesombongan jika dibiarkan merajai diri kita, lambat atau cepat, akan
menyebabkan kita menjadi orang yang pemarah, suatu sifat buruk lain, yang
akan membawa kita kepada suatu keadaan sulit.
Semoga Allah tidak menetapkan kita menjadi orang yang sombong.
(3). PEMARAH
Beberapa orang berpendapat bahwa pemarah banyak disebabkan oleh
tekanan darah yang meningkat dengan cepat. Akan tetapi benarkah demikian
? Yang sering kita jumpai adalah, ketika orang lain tidak dapat
menghargai (memahami) diri kita, kita akan menjadi marah. Merasa tidak
dihargai atau tidak difahami akan menimbulkan kemarahan.
Mengapa kita pemarah ? Karena orang lain melakukan kesalahan ! Kita
menjadi pemarah karena kita merasa kitalah yang paling benar
! Mengapa demikian ? Karena kita menganggap bahwa kita telah
memiliki segala sesuatu, dengan mengasumsikan bahwa segala sesuatunya itu
dapat kita peroleh karena kita telah melakukan segala sesuatu dengan
sempurna. Kita menjadi cepat marah, jika orang lain tidak menghargai
kita.
Maka, ketika kita sedang marah, ingatlah, jangan-jangan kita sedang
merasa bahwa diri kitalah yang paling benar. Sayangkan, dalam banyak
pengalaman, orang yang merasa diri paling benar atau pandai, justeru
sebenarnya dialah yang bodoh.
(4). BODOH
Seorang Doktor ahli Bahasa Arab kenalan saya mengatakan : “… jika
kita dapat mengkatamkan satu buku, kita merasa kita telah menguasai
seluruh ilmu. Akan tetapi, ketika kita menamatkan buku berikutnya, maka
kita mulai akan merasa bahwa ilmu kita sangatlah sedikit. Semakin banyak
buku yang telah kita baca, kita merasa menjadi bodoh karena kita menjadi
merasa sangat kekurangan ilmu”.
Jika ilmunya baru sedikit, kita merasa kitalah yang paling pandai.
Semakin banyak ilmu kita, maka kita merasakan betapa bodohnya kita.
Itulah pedoman bagi orang yang ingin pandai dalam suatu ilmu. Bagaimana
dengan orang yang bodoh ? Orang yang bodoh atau orang yang benar-benar
bodoh adalah orang yang merasa bahwa dirinya paling pandai. Kalau
dalam cerita di atas mereka adalah “orang yang baru tamat membaca satu
buku” dan tak mau membaca buku berikutnya. Itulah orang yang bodoh.
Bodoh menjadi suatu hambatan terbesar untuk maju menguasai sedikit ilmu
yang telah diberikan Allah. Kebodohan atau merasa diri pandai, akan
menyurutkan diri untuk memperoleh lebih banyak ilmu. Beragama tanpa ilmu
akan sangat berbahaya karena kita hanya seperti robot yang dikendalikan
oleh orang lain. Maka kebodohan adalah musuh bagi orang beragama. Musuh
bukan untuk diperangi, akan tetapi musuh untuk diperbaiki.
Membiarkan diri dalam kebodohan akan menyebabkan kita menjadi lemah.
Kelemahan yang ditutup-tutupi dapat berakibat kita lupa bahwa kita bodoh
dan kita pun tertinggal. Ketika kita tertinggal dan dilupakan karena kita
dianggap “tidak kuat”, maka penyakit baru akan muncul, yaitu
“pendendam”.
Semoga kita tidak termasuk dalam kelompok orang yang bodoh ini dalam
kondisi apa pun.
(5). PENDENDAM
Pendendam adalah orang yang merasa dialah yang paling
kuat. Ia tidak mau ada orang lain lebih kuat daripadanya. Tidak
boleh ada orang lain lebih pandai atau lebih kuat atau lebih pada bidang
lainnya. Sikap ini sungguh berbahaya bagi persaudaraan Islam.
Padahal kekuatan persaudaraan Islam adalah terletak pada penghargaan
adanya perbedaan dari orang per orang yang ada di dalamnya. Dengan adanya
perbedaan disebabkan keunggulan pribadi pada bidangnya masing-masing akan
diperoleh sinergi yang akan membentuk satu kekuatan gabungan, yang akan
menghasilkan kekuatan sangat dahsyat.
Membiarkan orang menjadi pendendam dan merasa dengki dengan keunggulan
orang lain, akan sulitlah bagi kita untuk menggalang kekuatan yang
sebenarnya kita butuhkan untuk menghadap musuh-musuh Islam kapan saja.
Begitulah buruknya sikap orang yang pendendam. Jika berlanjut terus
menerus, hal itu akan menyebabkan timbulnya penyakit lebih buruk lain,
yaitu Zalim, merupakan sikap tidak penyayang.
(6). ZALIM
Orang yang zalim adalah orang yang tidak penyayang. Tidak
sayang kepada diri sendiri atau kepada orang lain, maka dia menganiaya
dirinya sendiri atau orang lain, dalam keadaan sadar mau pun tidak.
Setiap muslim, sangat dianjurkan untuk memulai segala sesuatu dengan
mengatasnamakan Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang atau yang sering
kita kenal dengan istilah “basmallah”. Artinya, setiap muslim haruslah
mengasihi dan menyayangi. Baik kepada diri sendiri maupun kepada orang
lain.
Dengan basmallah, setiap muslim menempatkan dirinya sebagai “pengganti
Allah” (khalifah Allah) terhadap orang lain atau fihak lain, yaitu Allah
yang memiliki sifat “Maha Pengasih, Maha Penyayang”. Siapa saja orang
yang mengaku muslim hendaklah mengasihi dan menyayangi. Itulah jiwa
pernyataan (bukan bacaan) “Bismillaah, Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim”, yang
selalu dipatrikan di hati setiap hamba Allah.
Maka, apabila kita menemukan orang lain atau diri kita melakukan tindakan
yang menganiaya, marilah kita periksa di dalam hati kita “masih adakah
rasa penyayang ?”.
Jangan menjadi pendusta, di mulut mengucapkan “basmallah”, di hati
“melupakan Allah” dan dalam perbuatan “mengingkari petunjuk Allah”.
Karena hal itu bisa berakibat kita layak untuk disebut munafiq.
Semoga Allah melindungi kita dari perbuatan dan tabiat seperti itu, dan
Allah menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang Pengasih dan
Penyayang.
(7). PENDUSTA
Tidak berlaku dusta adalah merupakan dasar paling bawah dari ajaran
agama Islam. Orang yang pendusta adalah orang yang merasa tidak ada
orang atau fihak lain yang mengetahui selain dirinya sendiri. Dia
tidak ingat bahwa Allah itu Maha Pengetahui segala gerak-gerik setiap
makhluk-Nya. Tidak ada yang luput dari pengetahuan Allah, baik yang ada
di langit, di bumi maupun yang ada di antara keduanya. Pengetahuan Allah
meliputi segala sesuatu.
Perilaku dusta adalah hambatan awal dalam mengenal adanya Allah karena
pengingkaran adanya Allah, merupakan isyarat bahwa orang itu akan masuk
di dalam kategori “kafir”. Adanya sifat dusta akan melahirkan sifat buruk
lainnya, yaitu khianat, munafiq, tidak amanah, dan lain-lain. Itulah yang
paling dilarang pada setiap muslim.
Marilah kita memohon perlindungan dan kekuatan dari Allah yang Maha
Agung, semoga sifat dan tabiat dusta tidak pernah ada di dalam diri kita.
Jujur atau shiddik adalah sifat utama seorang muslim. Maka jika ada dusta
pasti tidak akan ada shiddik dan sebaliknya, jika kita shiddik, pastilah
dusta akan menyingkir dan meninggalkan kita. Insha Allah !
(8). PESIMIS
Pertama-tama optimis kemudian sukses. Jika pertama-tama pesimis, maka
yang kemudian juga adalah apes. Mengapa ada orang yang pesimis ? Jawabnya
adalah karena ia merasa tidak ada yang diharapkan dapat
menolongnya. Ini terjadi, karena dia lupa, bahwa Allah, Tuhannya
setiap manusia, selalu menolong orang yang meminta pertolongan Allah.
Orang yang mengenal Allah, pastilah dia menjadi orang yang paling
optimis. Sebab Allah adalah pemilik segala sesuatu, Dia Maha Pengasih,
Maha Penyayang, Maha Adil, Maha Kuat, Maha Suci, Maha Besar dan lain-lain
sebagainya dan Allah selalu menolong hambanya yang membutuhkan-Nya.
Untuk menghilangkan rasa pesimis dan menimbulkan sikap optimis, tiada
jalan lain, hiduplah selalu bersama Allah.
(9). KAFIR
Orang menjadi kafir kepada Allah, bukanlah semata-mata karena dia
memang kafir. Kekafiran bisa dengan kesadaran penuh atau hanya karena
tidak sadar telah menjadi ikut-ikutan. Yang kita waspadai, setelah kita
berjalan di jalan Islam adalah kekafiran yang dilakukan oleh para muslim
sendiri. Sebab hal itu bisa disebabkan karena dia belum begitu mengenal
tuhannya, Allah.
Orang yang benar-benar kafir adalah orang yang merasa sangat mampu
membuat peraturan sendiri. Padahal sekafir-kafir manusia, pastilah dia
tidak akan mampu melepaskan diri dari mengikuti aturan Allah. Sebab, jika
dia tidak mau melakukan aturan yang baik, maka pastilah dia akan
(terpaksa karena tak pilihan lain) melakukan aturan yang buruk. Kedua-dua
peraturan itu adalah ciptaan Allah. Kalau dia mampu menghindari
peraturan-peraturan Allah, tentulah dia tidak akan berada di atas bumi
Allah atau di kolong langit Allah.
Akan tetapi, masih banyak di antara para muslim yang kafir setelah
menjadi muslim. Mereka tidak mau melaksanakan syariat-syariat Allah
karena mereka tidak mengenal benar siapa Allah dan apa saja karya Allah
yang berhubungan dengannya. Bila hal ini dibiarkan, bukan tidak mungkin,
musuh-musuh Islam akan masuk dan mengalihkan perhatiannya dan menyesatkan
menjadi sejauh-jauh sesat.
Marilah kita waspadai dan kita hindari terjadi kekafiran setelah orang
menjadi muslim.
As-Salaamun alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Syaifuddin Ma’rifatullah – Aceh.