Assalamualikum Wr.Wb.

Bapak Abd.Razak Yth.
Pertama saya mengucapkan terimakasih atas segala
nasehat,saran ,dukungan dan perhatian Bapak terhadap
saya.In SyaaAllah,dapat saya realisasikan dalam
kehidupan saya sekarang dan yang akan datang.

Saran Bapak sangat berguna bagi saya,dan menjadikan
pemicu,meskipun secara jujur,dari hati nurani saya
yang terdalam,saya merasakan ilmu dan pengetahuan saya
sangat kecil sekali,sekecil badan dan otak saya.

Bapak Abd.Razak Yth:

Saya sangat senang dengan adanya suatu Lembaga yang
perduli akan Ummat Islamdi Indonesia khususnya
Minangkabau.Namun teramat disayangkan saya tidak dapat
mengikutinya,dikarenakan ,laut dan gunung serta udara
memisahkannya.Saya sangat jauh dirantau orang,sehingga
saya tak dapat berbuat apa-apa,kecuali mendoakan
saja,semoga lembaga ini maju dan berhasil.Aamiin.

Bapak Abd.Razak Yth:

Kapasitas Intelektual saya adalah di Bid.Hadist,dan
Ilmu-Ilmunya.Di Tingkat I,dan II kuliyah,memang saya
mempelajari semua Ilmu-Ilmu Agama,termasuk
Bid.Perbandingan Agama itu.Namun setelah Tk
III,IV,mulai sedikit special.yaitu Tafsir dan
Hadist.,sampai saya tammat kuliyah S1(Lc).

Istirahat sekitar1-2 thn,karena melahirkan anak.
Tahun selanjutnya menyambung lagi ambil S2.Dan
menjalani masa kuliyah dua tahun,setelah itu baru
menulis,sampai sekarang.

Utk masalah perbandingan Agama itu,memang saya ada
membaca beberapa buku ttg itu,serta diskusi langsung
bersama orang Mesir,juga Mahasiswa Indonesia,yang
mereka khusus mengambil Bid.Perbandingan Agama
itu.Saya mengagumi Mesir(Al Azhar),karena
memang,pusatnya,atau gudangnya Ilmu pengetahuan
agama.Di,Al Azhar,semua itu dipelajari,seluruh Mazhab
yang empat juga
dipelajari,Orientalis,Zionisme,Kristenisasi,Agama-agama
masa lalu,dllnya.Namun setelah mulai tingkat III
keatas,barulah spesialisasi.

Untuk saat ini,pendapat sementara saya,mengapa sampai
terjadi kesimpang siuran pemahaman dalam menafsirkan
Ayat Al Qur,an maupun Hadist
Nabi,kemungkinan,sbb(namun hal ini akan saya pelajari
kembali,sesuai dgn saran Bapak):

1.Pemahaman kata-kata B.Arab itu sendiri,yang tidak
merujuk,kepada penempatan kata yang tepat.Misalkan
saja.Kata-kata "Khatamannabiyyiin"seharusnya diteliti
benar,mengapa Allah memakai kata-kata
Khatam,padahal,banyak kata lain,yang serupa
artinya,Yaitu "Penutup".Ada "Gofala","Kafala"seperti
kata orang Arab"Ikfililbaab""tutup pintu !"Tetapi
Allah memakai kata "Khatam",itu maknanya,bahwa yang
sudah ditutup itu takkan mungkin bisa terbuka
kembali,kecuali,yang empunyanya yang dapat
membukanya,yaitu hanya Allah SWT(masalah ini sdh saya
jelaskan sebelumnya).Seperti contoh lain,kata
"jalasa,"yang berarti "duduk",ada juga kata lain yang
beratikan yang sama yaitu "qo,ada",tetapi pemakaian
keduanya berbeda.Yang pertama duduk seseorang
tsb,mulainya ia berbaring,kemudian duduk.Sementara
yang kedua,dari berdiri,lantas duduk dikursi.Nah kalau
kita di Indonesia sering mengatakan pada tamu
"Ijlis:Duduklah!",padahal kata yang tepat utk itu
adalah"u,qud",seperti juga kata
"Hilang""dhaai,",dllnya,masih banyak lagi.,dalam
pemakaian kata yang tepat,sehingga salah dalam
memahami maksud ayat,ataupun kata.

2.Masa dahulu,seperti masa keempat mazhab mereka
berselisish dalam memahami ayat,namun tidak sampai
gontok-gontokan,dan dimasa Rasulullah,para sahabatpun
banyak yang selisih pendapat ttg memahami ayat,namun
perselisihan mereka itu bukanlah masalah yang
asasi(pokok),tetapi cara dan metode saja.Atau
dikarenakan,ada satu Hadist,misalkan batal udhuk,bila
sang suami mencium istrinya,semntara ada hadis lain
yang mengatakan bahwa Rasulullah mencium
Aisyah,dibulan puasa,dan setelah dicium langsung
beliau Shalat,tanpa udhuk kembali.(dapat
dibayangkan,antara saya dan suami saja bisa beda
pendapat dalam masalah ini,dulu,ia tidak mau cium saya
kalau sdh udhuk,tetapi sekarang sudah
mau,he..he..).nah bertolak belakang bukan?Hal-hal
seperti itu banyak sekali terjadi,yang namanya kepala
sama hitam pendapat sering berbeda.Namun,semuanya
dapat diselesaikan,karena dgn meneliti ada Ayat,atau
hadist yang mansukh(dihilangkan)dan utk meneliti semua
itu,dipelajari sejarah.Mana yang lebih dahulu
turun,mana yang kemudian.Juga dgn melihat Silsilah
Sanad(perawinya)tentu mana yang lebih kuat itu yang
diambil.

Begitulah perbedaan Imam-iman terdahulu,hanya sebatas
masalah furu' (cabang)bukan masalah pokok.
Nabi terakhir itu sudah masalah pokok.tidak boleh lagi
dipertentangkan dan diragukan keotentikannya.Bahwa
memang beliau nabi terakhir,tiada Nabi setelah beliau.

Kalau masalah bagaimana cara orang
Shalat,puasa,melihat Rukyah,dllnya itu itu bagi saya
masalah biasa,akan bertentangan terus sampai sepanjang
masa,yah karena itu saja.Memang hadist-hadist tsb,yang
cukup banyak.Nah disinilah letak perannya ahli Ilmu
hadist,dalam meneliti sejarah,turunnya
hadist,Perawi-perawinya,dllnya itu,begitupun Ilmu
Tafsir.dan utk semua itu yang terutama pegangan adalah
Al Qur,an,dan pemahaman B.Arab itu sendiri haruslah
tepat,dan diketahui benar..
3.masih ada yang lain lagi,namun tidak dapat saya
tuangkan semuanya disini.(ntar ketumpah,jadi
banjir..seperti Jakarta,..he..he..Cuma canda,)

.

Bapak Abd.Razak Yth,

Cita-cita dan keinginan saya utk memperjuangkan Islam
di Indonesia,khususnya Minang,cukup besar,setumpuk ide
yang ada dikepala saya,namun tak dapat saya
ungkapkan,karena saya tak ingin,ide,tinggal
ide,pelaksanaannya ngak ada.Saya lebih suka banyak
gerak,daripada banyak bicara..Dan saya menulis
diinternet ini hanyalah sekedar pelepas letih dari
menulis skripsi  .Belum terkosentrasi betul utk
menulis.InsyaAllah suatu saatakan saya kosentarsikan
diri utk itu.Demikian dulu dari saya dan mohon
maaf.Wassalam.




Jakarta, February 25, 2002 
Saudari Rahima Rahim yth. 
Agar tidak lelah mata,sebaiknya dibuatkan
printout-nya. Terima kasih. 
Assalama-mulaikum W.Wb. 
Saya mengikuti ulasan dan perdebatan ttg soal-soal
akidah, hadiths, dan masalah pribadi (soal2 private
ini ebaiknya diteruskan point to point saja)  yg
dilayangkan di Rantaunet.com. 
 Salut atas kegigihan bu Rahima dlm berbagai hal,
kuliah, pelihara tiga anak, dan mendampingi suami,,
Sdr. Abdurrahim, di Cairo. 
Semua itu dilalui tentu dgn semangat juang. sekaligus
perantau, pendidik, dsbnya. 
Saya juga salut kepada suami ibu, Abdurrahman. Tolong
sampaikan  salam pribadi saya kpd Uda-nya itu. 
Saya menulis e-mail ini disertai beberapa saran: 
1) Indonesia kini dan nanti memerlukan figur-figur
perempuan  pendakwah yg ahli di  bidangnya untuk
membangun kembali 
semangat ke-Indonesian, sekaligus ke-Minangan sebagai
pelopor intelektual, di negeri ini. Ibu Rahima
sebaiknya juga berupaya jadi spesialis. Kalau mungkin 
spesialis perbandingan agama: yg dituntunkan  mulai
dari Nabi2  Ibrahim, Nuh, Isa,  sampai ke jaman Rasul
Muhammad SAW, mendalaminya dgn metoda historis
anthropologis, dsbnya, interpretasi scriptural dan
contextual utk menemukan titik-titik  temu dan
penyimpangan dalam sejarah perkembangan agama
Monotheism. 
2) Menjadi Spesialis dlm teknik dakwah di forum
multi-agama agar esensi Illahi yang diturunkan melalui
 Nabi-nabi dan Rasul, kecuali perbedaan dan koreksi
dari Allah sendiri mengenai  rumusan Aqidah,dapat
ditalarkan kepada ummat dan jemaat di Indonesia. 
Sebatas bacaan yg saya telusuri, agama Illahi
diwahyukan melalui Malaikat Jibril (Gabriel-di Bible
dan Taurat/Torah) merupakan suatu mata rantai panjang
(a long chain of Revelations under One God's Grand
Design) berdasarkan Desain Besar dari Allah utk
kemaslahatan ummat manusia dan peradaban di dunia,
dengan imbalan di  dunia dan Akhirat. 
Wahyu diturunkan seakan-akan seperti buku, turun bab
per bab utk membekali umat manusia pada zamannya
masing-masing agar jadi manusia yg Benar untuk diri
sendiri, utk keluarga/kaumnya, dan saudara lain ibu
lain ayah yg membentuk masyarakat berkaum, berbangsa,
bernegara. 
Tiap jaman berbeda masalah dan tantangannya. Nabi Isa
(Jesus bagi Kristiani) diturunkan untuk mengoreksi
pemahaman dan perilaku masyarakat Yahudi pada masa itu
(kinipun masih begitu terus)  yang memang bertabiat
pembangkang, khianat, mudah berobah-obah. 
Nabi Isa tidak untuk mengajarkan agama baru, tapi
meluruskan dan meneruskan semua yg sudah diturunkan
terdahulu melalui Nabi dan Rasul terdahulu.Di sudahi
dgn Innadinna Indallahil Islam (submission to the One
and Only Allah), yang disatukan dalam Al-Quran, 
setelah Allah sendiri meluruskan pemahaman-pemahaman
yg keliru, menyimpang di kalangan umat pada zamannya
masing-masing, menyampaikannya kepada Nabi Muhammad
SAW. 
Telusuri mulai  dari dua jejak sejarah:  Nabi
Ibrahim+Sarah>Ishak>Musa dan seterusnya;  dan Nabi
Ibrahim+Hagar/Hajar>Ismail>Hashim>Abdul Mutalib>Nabi
Muhammad. Judaism mengklaim Ibrahim=Jews. Tapi
Al-Quran:Al-Imran:67 tegas membantahnya. 
Coba cari,  dimulai  dengan perbedaan2  isi dan
otentisitas Gospel Barnabas dan Gospel Paul (King
Saul) dan Romawi Nero. Al-Azhar University itu gudang
ahli-ahli perbandingan agama. Bu Rahima, jangan
tanggung-tanggung: Be A specialist. 
(Perempuan Minang yg lahir di Pematang Siattar, March
1969, itu biasanya jadi heebat-hebat dia.Masih muda
lagi. Orang di Siattar biasanya bilang, Behado Puang!
Parjeges Sude!   benar nggak nih, sedikit gurau.
bolehlah) 
3) Implikasi dari kajian ini  bisa disimpulkan bahwa
sebenarnya Allah tidak ada maksud utk mempertentangkan
umat. Cuma ummatnya saja yg  tidak betul dlm memahami,
menterjemahkan (tafsir dan takwil) script Kitab Suci
dan Hadiths. 
Saya tidak ahli dalam soal ini, tapi mencoba memahami
secara lebih benar dgn membaca berbagai referensi.
Menurut temuan saya, kitab-kitab (Gospel) Pernjanjian
Baru itu berstatus paralel dgn hadiths (atau kesaksian
sahabat2 Nabi). 
Nah,  yang kini perlu Ibu Rahima pelajari ialah: di 
mana titik-titik singgung yg menyebabkan  tafsir dan
takwil berbagai Kitab  menjadi  keliru, sehingga tidak
mempertemukan pemahaman antara umat berbagai agama
Monotheisme yang sebenarnya dikembangkan secara
evolusioner. Seperti proses input-process-output yg
berlangsung dalam kurun waktu panjang.. Itu saja
dulu.. 
Kajian Ibu ini bisa membantu Ibu Rahima ( nama ini
anugerah dari orang tua, karena mengandung doa
implisit tiap kali orang menyebutnya) meluruskan
pemahaman yg relatif lebih benar utk membangun harmoni
kehidupan di Indonesia yg kini berkelahi terus
menerus. 
Kami dan rekan-rekan  di Lembaga Kajian dan
Pemberdayaan Masyarakat, Yayasan Imam Bondjol, Jakarta

sedang menghimbun teman2 dan membuat kajian2 sosial
ekonomi, pendidikan,  psikologi sosial masyarakat
Minang. 
Prakarsa datang dari sekelompok orang-orang Minang
yang perduli terhadap Minang masa depan. 
Bidang kajian agama dan antar agama ini perlu pula
masuk agenda Lembaga ini. 
Wassalam, 
Abdul Razak 
Lembaga Kajian dan Pemberdayaan Masyarakat 
e-mail:  [EMAIL PROTECTED] 

Assalamualikum Wr.Wb.

Bapak Abd.Razak Yth.
Pertama saya mengucapkan terimakasih atas segala
nasehat,saran ,dukungan dan perhatian Bapak terhadap
saya.In SyaaAllah,dapat saya realisasikan dalam
kehidupan saya sekarang dan yang akan datang.

Saran Bapak sangat berguna bagi saya,dan menjadikan
pemicu,meskipun secara jujur,dari hati nurani saya
yang terdalam,saya merasakan ilmu dan pengetahuan saya
sangat kecil sekali,sekecil badan dan otak saya.

Bapak Abd.Razak Yth:

Saya sangat senang dengan adanya suatu Lembaga yang
perduli akan Ummat Islamdi Indonesia khususnya
Minangkabau.Namun teramat disayangkan saya tidak dapat
mengikutinya,dikarenakan ,laut dan gunung serta udara
memisahkannya.Saya sangat jauh dirantau orang,sehingga
saya tak dapat berbuat apa-apa,kecuali mendoakan
saja,semoga lembaga ini maju dan berhasil.Aamiin.

Bapak Abd.Razak Yth:

Kapasitas Intelektual saya adalah di Bid.Hadist,dan
Ilmu-Ilmunya.Di Tingkat I,dan II kuliyah,memang saya
mempelajari semua Ilmu-Ilmu Agama,termasuk
Bid.Perbandingan Agama itu.Namun setelah Tk
III,IV,mulai sedikit special.yaitu Tafsir dan
Hadist.,sampai saya tammat kuliyah S1(Lc).

Istirahat sekitar1-2 thn,karena melahirkan anak.
Tahun selanjutnya menyambung lagi ambil S2.Dan
menjalani masa kuliyah dua tahun,setelah itu baru
menulis,sampai sekarang.

Utk masalah perbandingan Agama itu,memang saya ada
membaca beberapa buku ttg itu,serta diskusi langsung
bersama orang Mesir,juga Mahasiswa Indonesia,yang
mereka khusus mengambil Bid.Perbandingan Agama
itu.Saya mengagumi Mesir(Al Azhar),karena
memang,pusatnya,atau gudangnya Ilmu pengetahuan
agama.Di,Al Azhar,semua itu dipelajari,seluruh Mazhab
yang empat juga
dipelajari,Orientalis,Zionisme,Kristenisasi,Agama-agama
masa lalu,dllnya.Namun setelah mulai tingkat III
keatas,barulah spesialisasi.

Untuk saat ini,pendapat sementara saya,mengapa sampai
terjadi kesimpang siuran pemahaman dalam menafsirkan
Ayat Al Qur,an maupun Hadist
Nabi,kemungkinan,sbb(namun hal ini akan saya pelajari
kembali,sesuai dgn saran Bapak):

1.Pemahaman kata-kata B.Arab itu sendiri,yang tidak
merujuk,kepada penempatan kata yang tepat.Misalkan
saja.Kata-kata "Khatamannabiyyiin"seharusnya diteliti
benar,mengapa Allah memakai kata-kata
Khatam,padahal,banyak kata lain,yang serupa
artinya,Yaitu "Penutup".Ada "Gofala","Kafala"seperti
kata orang Arab"Ikfililbaab""tutup pintu !"Tetapi
Allah memakai kata "Khatam",itu maknanya,bahwa yang
sudah ditutup itu takkan mungkin bisa terbuka
kembali,kecuali,yang empunyanya yang dapat
membukanya,yaitu hanya Allah SWT(masalah ini sdh saya
jelaskan sebelumnya).Seperti contoh lain,kata
"jalasa,"yang berarti "duduk",ada juga kata lain yang
beratikan yang sama yaitu "qo,ada",tetapi pemakaian
keduanya berbeda.Yang pertama duduk seseorang
tsb,mulainya ia berbaring,kemudian duduk.Sementara
yang kedua,dari berdiri,lantas duduk dikursi.Nah kalau
kita di Indonesia sering mengatakan pada tamu
"Ijlis:Duduklah!",padahal kata yang tepat utk itu
adalah"u,qud",seperti juga kata
"Hilang""dhaai,",dllnya,masih banyak lagi.,dalam
pemakaian kata yang tepat,sehingga salah dalam
memahami maksud ayat,ataupun kata.

2.Masa dahulu,seperti masa keempat mazhab mereka
berselisish dalam memahami ayat,namun tidak sampai
gontok-gontokan,dan dimasa Rasulullah,para sahabatpun
banyak yang selisih pendapat ttg memahami ayat,namun
perselisihan mereka itu bukanlah masalah yang
asasi(pokok),tetapi cara dan metode saja.Atau
dikarenakan,ada satu Hadist,misalkan batal udhuk,bila
sang suami mencium istrinya,semntara ada hadis lain
yang mengatakan bahwa Rasulullah mencium
Aisyah,dibulan puasa,dan setelah dicium langsung
beliau Shalat,tanpa udhuk kembali.(dapat
dibayangkan,antara saya dan suami saja bisa beda
pendapat dalam masalah ini,dulu,ia tidak mau cium saya
kalau sdh udhuk,tetapi sekarang sudah
mau,he..he..).nah bertolak belakang bukan?Hal-hal
seperti itu banyak sekali terjadi,yang namanya kepala
sama hitam pendapat sering berbeda.Namun,semuanya
dapat diselesaikan,karena dgn meneliti ada Ayat,atau
hadist yang mansukh(dihilangkan)dan utk meneliti semua
itu,dipelajari sejarah.Mana yang lebih dahulu
turun,mana yang kemudian.Juga dgn melihat Silsilah
Sanad(perawinya)tentu mana yang lebih kuat itu yang
diambil.

Begitulah perbedaan Imam-iman terdahulu,hanya sebatas
masalah furu' (cabang)bukan masalah pokok.
Nabi terakhir itu sudah masalah pokok.tidak boleh lagi
dipertentangkan dan diragukan keotentikannya.Bahwa
memang beliau nabi terakhir,tiada Nabi setelah beliau.

Kalau masalah bagaimana cara orang
Shalat,puasa,melihat Rukyah,dllnya itu itu bagi saya
masalah biasa,akan bertentangan terus sampai sepanjang
masa,yah karena itu saja.Memang hadist-hadist tsb,yang
cukup banyak.Nah disinilah letak perannya ahli Ilmu
hadist,dalam meneliti sejarah,turunnya
hadist,Perawi-perawinya,dllnya itu,begitupun Ilmu
Tafsir.dan utk semua itu yang terutama pegangan adalah
Al Qur,an,dan pemahaman B.Arab itu sendiri haruslah
tepat,dan diketahui benar..
3.masih ada yang lain lagi,namun tidak dapat saya
tuangkan semuanya disini.(ntar ketumpah,jadi
banjir..seperti Jakarta,..he..he..Cuma canda,)

.

Bapak Abd.Razak Yth,

Cita-cita dan keinginan saya utk memperjuangkan Islam
di Indonesia,khususnya Minang,cukup besar,setumpuk ide
yang ada dikepala saya,namun tak dapat saya
ungkapkan,karena saya tak ingin,ide,tinggal
ide,pelaksanaannya ngak ada.Saya lebih suka banyak
gerak,daripada banyak bicara..Dan saya menulis
diinternet ini hanyalah sekedar pelepas letih dari
menulis skripsi  .Belum terkosentrasi betul utk
menulis.InsyaAllah suatu saatakan saya kosentarsikan
diri utk itu.Demikian dulu dari saya dan mohon
maaf.Wassalam.




Jakarta, February 25, 2002 
Saudari Rahima Rahim yth. 
Agar tidak lelah mata,sebaiknya dibuatkan
printout-nya. Terima kasih. 
Assalama-mulaikum W.Wb. 
Saya mengikuti ulasan dan perdebatan ttg soal-soal
akidah, hadiths, dan masalah pribadi (soal2 private
ini ebaiknya diteruskan point to point saja)  yg
dilayangkan di Rantaunet.com. 
 Salut atas kegigihan bu Rahima dlm berbagai hal,
kuliah, pelihara tiga anak, dan mendampingi suami,,
Sdr. Abdurrahim, di Cairo. 
Semua itu dilalui tentu dgn semangat juang. sekaligus
perantau, pendidik, dsbnya. 
Saya juga salut kepada suami ibu, Abdurrahman. Tolong
sampaikan  salam pribadi saya kpd Uda-nya itu. 
Saya menulis e-mail ini disertai beberapa saran: 
1) Indonesia kini dan nanti memerlukan figur-figur
perempuan  pendakwah yg ahli di  bidangnya untuk
membangun kembali 
semangat ke-Indonesian, sekaligus ke-Minangan sebagai
pelopor intelektual, di negeri ini. Ibu Rahima
sebaiknya juga berupaya jadi spesialis. Kalau mungkin 
spesialis perbandingan agama: yg dituntunkan  mulai
dari Nabi2  Ibrahim, Nuh, Isa,  sampai ke jaman Rasul
Muhammad SAW, mendalaminya dgn metoda historis
anthropologis, dsbnya, interpretasi scriptural dan
contextual utk menemukan titik-titik  temu dan
penyimpangan dalam sejarah perkembangan agama
Monotheism. 
2) Menjadi Spesialis dlm teknik dakwah di forum
multi-agama agar esensi Illahi yang diturunkan melalui
 Nabi-nabi dan Rasul, kecuali perbedaan dan koreksi
dari Allah sendiri mengenai  rumusan Aqidah,dapat
ditalarkan kepada ummat dan jemaat di Indonesia. 
Sebatas bacaan yg saya telusuri, agama Illahi
diwahyukan melalui Malaikat Jibril (Gabriel-di Bible
dan Taurat/Torah) merupakan suatu mata rantai panjang
(a long chain of Revelations under One God's Grand
Design) berdasarkan Desain Besar dari Allah utk
kemaslahatan ummat manusia dan peradaban di dunia,
dengan imbalan di  dunia dan Akhirat. 
Wahyu diturunkan seakan-akan seperti buku, turun bab
per bab utk membekali umat manusia pada zamannya
masing-masing agar jadi manusia yg Benar untuk diri
sendiri, utk keluarga/kaumnya, dan saudara lain ibu
lain ayah yg membentuk masyarakat berkaum, berbangsa,
bernegara. 
Tiap jaman berbeda masalah dan tantangannya. Nabi Isa
(Jesus bagi Kristiani) diturunkan untuk mengoreksi
pemahaman dan perilaku masyarakat Yahudi pada masa itu
(kinipun masih begitu terus)  yang memang bertabiat
pembangkang, khianat, mudah berobah-obah. 
Nabi Isa tidak untuk mengajarkan agama baru, tapi
meluruskan dan meneruskan semua yg sudah diturunkan
terdahulu melalui Nabi dan Rasul terdahulu.Di sudahi
dgn Innadinna Indallahil Islam (submission to the One
and Only Allah), yang disatukan dalam Al-Quran, 
setelah Allah sendiri meluruskan pemahaman-pemahaman
yg keliru, menyimpang di kalangan umat pada zamannya
masing-masing, menyampaikannya kepada Nabi Muhammad
SAW. 
Telusuri mulai  dari dua jejak sejarah:  Nabi
Ibrahim+Sarah>Ishak>Musa dan seterusnya;  dan Nabi
Ibrahim+Hagar/Hajar>Ismail>Hashim>Abdul Mutalib>Nabi
Muhammad. Judaism mengklaim Ibrahim=Jews. Tapi
Al-Quran:Al-Imran:67 tegas membantahnya. 
Coba cari,  dimulai  dengan perbedaan2  isi dan
otentisitas Gospel Barnabas dan Gospel Paul (King
Saul) dan Romawi Nero. Al-Azhar University itu gudang
ahli-ahli perbandingan agama. Bu Rahima, jangan
tanggung-tanggung: Be A specialist. 
(Perempuan Minang yg lahir di Pematang Siattar, March
1969, itu biasanya jadi heebat-hebat dia.Masih muda
lagi. Orang di Siattar biasanya bilang, Behado Puang!
Parjeges Sude!   benar nggak nih, sedikit gurau.
bolehlah) 
3) Implikasi dari kajian ini  bisa disimpulkan bahwa
sebenarnya Allah tidak ada maksud utk mempertentangkan
umat. Cuma ummatnya saja yg  tidak betul dlm memahami,
menterjemahkan (tafsir dan takwil) script Kitab Suci
dan Hadiths. 
Saya tidak ahli dalam soal ini, tapi mencoba memahami
secara lebih benar dgn membaca berbagai referensi.
Menurut temuan saya, kitab-kitab (Gospel) Pernjanjian
Baru itu berstatus paralel dgn hadiths (atau kesaksian
sahabat2 Nabi). 
Nah,  yang kini perlu Ibu Rahima pelajari ialah: di 
mana titik-titik singgung yg menyebabkan  tafsir dan
takwil berbagai Kitab  menjadi  keliru, sehingga tidak
mempertemukan pemahaman antara umat berbagai agama
Monotheisme yang sebenarnya dikembangkan secara
evolusioner. Seperti proses input-process-output yg
berlangsung dalam kurun waktu panjang.. Itu saja
dulu.. 
Kajian Ibu ini bisa membantu Ibu Rahima ( nama ini
anugerah dari orang tua, karena mengandung doa
implisit tiap kali orang menyebutnya) meluruskan
pemahaman yg relatif lebih benar utk membangun harmoni
kehidupan di Indonesia yg kini berkelahi terus
menerus. 
Kami dan rekan-rekan  di Lembaga Kajian dan
Pemberdayaan Masyarakat, Yayasan Imam Bondjol, Jakarta

sedang menghimbun teman2 dan membuat kajian2 sosial
ekonomi, pendidikan,  psikologi sosial masyarakat
Minang. 
Prakarsa datang dari sekelompok orang-orang Minang
yang perduli terhadap Minang masa depan. 
Bidang kajian agama dan antar agama ini perlu pula
masuk agenda Lembaga ini. 
Wassalam, 
Abdul Razak 
Lembaga Kajian dan Pemberdayaan Masyarakat 
e-mail:  [EMAIL PROTECTED] 



__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Yahoo! Greetings - Send FREE e-cards for every occasion!
http://greetings.yahoo.com

RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===============================================
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar--> subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti----> unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===============================================

Kirim email ke