Assalamualaikum ww

Sebuah artikel bagus dari majalahsaksi online:

(maaf yoo kok kurang berkenan)

abp

Sadarkan Politik Lewat Dakwah
Penulis:Misroji
Dakwah dan respon politik masyarakat Kepulauan Madura demikian hebat. Setidaknya dalam tiga tahun terakhir.

Wajah KH Ad-Dailamy tampak sumringah begitu bercerita soal perkembangan dakwah di wilayah Madura. “Sejak tiga tahun terakhir ini halaqoh hidup subur di 22 pulau, sehingga saat ini tak ada waktu kosong bagi saya dalam sehari,” ujarnya.
Tugas dakwah harian itu tak dianggap sebagai beban baginya. Bahkan, dia menjadikannya sebagai menu rutin demi kepuasaan jiwa mengabdi pada Rabb-nya. Bayangkan, setiap hari Ustadz Ad-Dailamy-sapaan akrabnya, biasa memberikan materi-materi taklim di beberapa tempat. Daerah yang didakwahi pun tak hanya sepanjang Sapeken, tempat tinggalnya, tetapi menjangkau 21 pulau kecil di sekitarnya. Ia menyambangi minimal 3 tempat, selain pengajian di kediamannya.
Dari puluhan majelis taklim itu ada sebagian yang telah membentuk halaqoh. Sebagian lagi masih berkembang dan secara bertahap membina kader-kader dakwah andal. Ia dibantu beberapa ustadz pembina pondok pesantren Abu Hurairah mengegolkan “proyek khirat” ini.
Pondok Pesantren tersebut merupakan pusat informasi dan aktivitas dakwah di sana. Di pesantren yang telah berdiri sejak 1976, ini terdapat lembaga pendidikan formal dari tingkat kanak-kanak (TK Islam) hingga Madrasah Aliyah. Uniknya, sejak awal para santri telah diarahkan untuk mendedikasikan ilmunya bagi pengembangan dakwah dan pesantren kelak. “Santri kelas tiga Aliyah kita persiapkan fisik dan mental sebelum mereka lulus. Begitu lulus mereka harus bertugas setahun hingga dua tahun di pulau sekitarnya,” kata Ustadz Ad-Dailamy.
Persiapan itu misalnya terlihat pada kunjungan 58 santri Aliyah ke ibukota selama hampir sepekan di ibukota, sebulan yang lalu. Mereka dipertemukan dengan tokoh-tokoh Islam dan lembaga-lembaga atau organisasi massa Islam. Termasuk juga partai politik Islam dan politikus-politikus Muslim. Salah satu programnya untuk memberikan pembekalan mental, ilmu, pengalaman, dan wawasan. “Kita bawa mereka ke kota-kota besar. Sebab, biasanya orang desa kadang-kadang tidak ‘pede’ begitu menghadapi kehidupan kota. Kita pertemukan mereka ke lembaga dakwah, parpol dakwah, tokoh-tokoh Islam, media-media Islam. Kita minta pembekalan sehingga setelah nanti bertugas ke masyarakat mereka jadi percaya diri,” jelas Ustadz Ad-Dailamy yang pernah mengenyam pendidikan di UII Yogyakarta ini.
Begitu lulus, katanya, para santri itu harus bertugas dakwah satu hingga dua tahun di 21 pulau. Mereka dikoordinasikan dalam wadah LDPAS (Lembaga Dai Pengabdian Alumni Santri). Dari merekalah, sekarang angkatan ke-23, dakwah menyebar ke pelosok-pelosok pulau terpencil. Ustadz Ad-Dailamy dan kader inti meneruskan dakwah tersebut hingga terbentuk halaqoh rutin.
Pesantren yang pada awalnya kental dengan warna Persatuan Islam (Persis). Namun, perkembangan berikutnya kurikulum dan aliran bersandar pada gerakan ahlussunnah wal jamaah, mengadopsi aliran-aliran yang bersandarkan Al-Quran, Al-Hadits dan jumhur ulama. Ini karena sejak berdiri pesantren Abu Hurairah telah memposisikan diri sebagai pesantren modern yang menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan zamannya.
Di Pulau Sapeken sendiri terdapat sekitar 10.000 penduduk. Sedangkan di 21 pulau lainnya ada 25 penduduk. Sebagian mata pencaharian mereka adalah nelayan. Melihat kondisi masyarakat demikian, Ustadz Ad-Dailamy tidak membebankan biaya pendidikan kecuali di bawah standar sekolah lainnya. “Guru-guru di sini pun hanya diberikan tunjangan hidup sekadarnya. Sebagian mereka juga para nelayan, sehingga selain menjadi pengajar mereka juga mencari ikan untuk menghidupi keluarganya,” ujarnya.
Pesantren Abu Hurairah tidak hanya menjadi tempat belajar santri, tapi juga sarana dakwah masyarakat. Beberapa jadwal dakwah Ustadz Ad-Dailamy terdapat di pesantren ini. Yang terang, masyarakat luas mengenal sosok Ad-Dailamy sebagai salah seorang ulama yang giat melebarkan dakwah dan tawadhu.
Selain itu, masyarakat juga mafhum bila Ustadz Ad-Dailamy merupakan figur tokoh Partai Keadilan (Sejahtera). “Sejak pemilu 1999 orang-orang tahu saya memilih Partai Keadilan. Sebab, secara struktural saya terpilih sebagai Ketua Dewan Majelis Pertimbangan Partai DPW PK Jawa Timur,” tegasnya.
Pada awalnya Ustadz Ad-Dailamy mengaku tak mengenal PK. Bahkan, ia telah memilih salah satu partai Islam yang dianggap penerus cita-cita M. Natsir buat perjuangannya di jalur politik. Namun, ketika ia dikontak salah seorang karib lama yang telah aktif di PK, ia kemudian berjuang bersama PK setelah mengenal platform, tokoh-tokoh dan massa kadernya.
Di kepulauan seluas 3 km persegi itu ia berhasil “menyumbangkan” suara PK terbanyak di seluruh Jawa Timur. Karena itu, ia optimis suara PK Sejahtera pada Pemilu 2004 akan meningkat 3 kali lipat, bahkan lebih. Tanda-tandanya bisa dilihat dari agenda dakwah Ustadz Ad-Dailamy dan kader-kader inti binaannya sepanjang setahun terakhir.
“Kami optimis suara PK Sejahtera bakal naik secara signifikan. Sekarang ini kita bisa menyaksikan simbol-simbol PKS di mana-mana. Pengajian juga terlihat kian marak. Mayoritas pemilih insya Allah akan mencoblos caleg-caleg dari PKS,” tutur Ketua DPC PKS Sapeken Muhammad Nur Asyur.


Do you Yahoo!?
Protect your identity with Yahoo! Mail AddressGuard

Kirim email ke