Assalamualaikum ww
 
Artikel menarik dari Riaupos yang membangkit rindu ingin kembali kesana
 
Pls find
wasalam
abp
 

Laporan Helfizon Assyafei, Madinah WARTAWAN Riau Pos mendapat kesempatan melihat langsung aktivitas muslim se-dunia menjelang dan awal masuknya bulan suci Ramadan di tanah suci Makkah. Bersama 34 jamaah umroh PT Muhibbah Wisata Mulia Travel yang berkantor di Jalan Khayangan Rumbai Pekanbaru, Riau Pos bergabung dan terbang ke Jeddah dari Jakarta via Singapura tanggal 22 Oktober 2003 lalu.

Malam baru saja turun menyelimutkan jubah hitamnya di atas langit Jeddah yang cerah penuh bintang. Ketika pesawat Garuda Boing 747 seri 400 menurunkan ketinggiannya dari 35 ribu feet menjadi 3.000 feet, Kota Jeddah terlihat bagaikan permadani yang dihiasi jutaan lilin yang menyala.

Kota Jeddah yang terkenal dengan kota pelabuhannya terang benderang oleh lampu mercuri. Di perut pesawat raksasa itu ratusan kaum muslim asal Indonesia berangkat untuk menunaikan ibadah umroh ke tanah suci Makkah-Madinah. Jarak hampir 8.000 Km Jakarta-Jeddah yang ditempuh hampir sembilan jam penerbangan non stop itu tak menyurutkan rasa gembira penumpang ketika crew pesawat menginformasikan pesawat segera mendarat.

Gema Alhamdulillah terdengar, begitu roda pesawat menyentuh landasan pacu Bandara King Abdul Azis yang padat itu. Terlihat juga ratusan Jamaah Manajemen Qolbu Darut Tauhid Bandung pimpinan Aa Gym yang ikut dalam penerbangan tersebut untuk melaksanakan umroh.

Umroh merupakan perjalanan (tour) terbesar dari kaum muslim yang berniat ibadah kepada Allah SWT di tanah suci setelah ibadah haji, adalah perjalanan umroh ke Makkah-Madinah menjelang akhir Ramadan. Quota visa umroh untuk Indonesia untuk Ramadan ini saja mencapai 5.000 visa. Quota itu menurut Sekretaris Asosiasi Travel and Agency (Asita) Riau Ibnu Masud kepada Riau Pos sejak 20 Oktober 2003 telah ditutup pemerintah Saudi Arabia karena telah terpenuhi.

Tingginya semangat ibadah umroh dilandasi oleh salah satu hadis Nabi Muhammad SAW. ‘’Tidaklah dilakukan perjalanan (tour) kecuali kepada tiga masjid yakni Masjidil Haram, Masjid ku ini (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsha.’’ (Muttafaq ‘alaihi).

Tidak hanya dari Indonesia, pada malam itu juga banyak sekali jamaah dari Afrika, India, Pakistan serta Brunei Darussalam yang datang hampir bersamaan. Sehingga hiruk pikuk suara berbagai bahasa membuat riuh bandara yang tidak begitu besar.

Setelah proses imigrasi Bandara yang melelahkan dilalui ratusan jamaah, di luar bandara puluhan bus dengan tujuan Madinah (yang merupakan route tour Umroh) telah stanby. Puluhan jamaah asal Pekanbaru pun segera dijemput perwakilan PT Muhibbah Ustad Syamsul dan Ustad Abdul Halym lalu dibawa berangkat ke Madinah. Perjalanan dari Jeddah ke Madinah ditempuh sekitar lima jam pula.

Kebanyakan jamaah lansung tertidur setelah bus berjalan sekitar 20 menit meninggalkan Bandar Udara King Abdul Aziz. Penulis susah memejamkan mata karena pemandangan di luar yang cukup menarik mengalahkan kantuk. Jalan raya yang lebar dan lurus dijalani bus dengan kecepatan rata-rata 140 km/jam. Pengemudi seorang Arab Badui bertubuh kecil dengan tenang di belakang kemudi.

Menjelang subuh akhirnya diantara kantuk dan goncangan bus, dada jamaah bergetar (terutama yang baru pertama kali pergi) ketika pemandu jamaah Ustad Abdul Halym memberi tahu lewat pengeras suara di bus wisata itu bahwa puncak menara Masjid Nabawi telah terlihat.

Takbir jamaah spontan terucap begitu melihat masjid nabi yang kini megah itu menaranya menjulang tinggi gagah dan semakin indah dengan pantulan pendar cahaya lampu yang ditata sedemikian rupa. Ada rasa tak sabar untuk segera sampai dan masuk ke masjid nan penuh sejarah serta keutamaan itu. Jamaah didrop di depan Hotel Royal Andalus yang kebetulan letaknya persis di tepi pekarangan arah belakang Masjid Nabawi.

Di lobi hotel sudah menunggu Ustad Aspri Rahmad putra Siabu Bangkinang yang saat ini sedang menyelesaikan program S2 di University Madinah Al Munawarah. Rupanya kabar kedatangan rombongan dari pimpinan Muhibbah Travel tentang kedatangan kami telah sampai ke mereka. Tak lama kemudian muncul beberapa orang mahasiswa asal Riau yang hampir rata-rata adalah alumni pondok pesantren Al Furqon yang terdapat di Jalan Duyung Pekanbaru.

Sebuah nama asing yang jarang dikenal. Ini pun baru saya ketahui setelah kami berkenalan dan bercerita panjang lebar. Rupanya hampir setiap tahun dari pondok pesantren ini lulusannya ada yang diterima di perguruan tinggi yang terkenal dengan kualitas ulamanya ini.

Setelah berwuduk dan bersih-bersih, jamaah menuju Masjid Nabawi dan melakukan sujud sukur. Usai salat Subuh sebagian besar jamaah terkapar di kamar hotel masing-masing karena kelelahan dalam perjalanan hampir 14 jam itu. Lalu setelah sampai apakah saja kegiatan selanjutnya? (cont'd)

 


Do you Yahoo!?
The New Yahoo! Shopping - with improved product search

Kirim email ke