MERANCANG ZIONIS RAYA

 

Oleh : Zulharbi Salim

 

Sulit memang, jika tidak dapat disebut mustahil, pendapat umum internasional akan sepakat dapat menyelesaikan peperangan dengan berbagai jenis senjata. Perang  yang kita saksikan abad ini, adalah invasi sekutu AS ke Irak, sebelumnya invasi ke Afghanistan, kini masih berlanjut perang di Palestina.

Opini dunia  memberikan tanggapan saling berbeda, tidak sama. Apabila ada perang berkecamuk dibelahan dunia ini, tentu akan membawa malapetaka yang sangat hebat terhadap pengorbanan manusia dan itu dapat terjadi kapan dan dimana saja.

Bangsa Arab sudah terpecah belah setelah Irak bertekuk lutut kepada Zionis dan berakhir sudah hikayat 1001 malam. Tidak ada lagi peran Shahrazad dan Shahrayar mendongeng menghibur sang Raja ditengah malam. Tidak ada orang yang tergelak lagi melihat tingkah polah Abu Nawas. Tamat sudah riwayat pusat peradaban dunia di Timur Tengah. Yang tinggal hanya puing-puing berserakan…

Sepanjang lorong jalan-jalan kota Bahgdad  yang dulu menjadi primadona para turis, budayawan dan sejarahwan kini menjadi sepi dan penuh debu. Yang terlihat hanya bekas reruntuhan puing-puing  gedung megah peninggalan hantaman rudal penjajah baru Zionis.

Keadaan di Baghdad menjadi sangat mengharukan, tidak lebih kurang seperti yang diperbuat tentara Israel terhadap rakyat dan rumah-rumah rakyat Palestina.

Minggu pertama setelah Baghdad lumpuh, terjadilah penjarahan oleh berbagai pihak di gedung-gedung pemerintahan, toko-toko, kediaman para mantan pejabat Irak termasuk Istana Presiden. Para penjarah ini  termasuk oknum tentara sekutu.

Konon 2000 tentara Zionis Israel (tentu berbaju seragam militer AS) bergabung bersama-sama marinir AS menduduki kota-kota Mosul, Nasiriyah dan Baghdad. (eramuslim.com)  Tidak banyak orang tahu bahwa Israel sudah lama merencenakan untuk membumi hanguskan Irak dengan Saddam Hussein yang diktator.

Sejak tembakan rudal Scud Irak dalam perang Teluk I, Israel mendendam berat akan membalasnya suatu ketika. Saat invasi AS ke Irak inilah waktu yang tepat bagi Zionis Israel bergabung dan mendapat kesempatan pertama dalam perang Teluk ke II ini. Tokoh-tokoh  dibelakang layar Zionis Israel ikut merencanakan serangan jauh-jauh hari, seperti yang diungkapkan PM Israel Ariel Sharon kepada Radio Israel bahwa "Amerika harus tunduk dibawah kemauan Israel. Israel tidak perlu repot-repot mencaplok Irak, Amerika sudah berada dibawah kendali bangsa Yahudi".

Ungkapan sombong Ariel Sharon itu menjadi kenyataan dan kemudian akan meneruskan invasinya dengan mudah ke Negara Arab lainnya untuk memulai era baru Zionis Raya sebagai Greater Zionist Israel Planned, yang dimulai dari Herzliya dan Haifa dipantai Laut Tengah menuju Beirut di Lebanon, terus ke Allepo, Homs, Palmyra terus ke Der Al-Zour di Suriah, tiba di Baghdad (meliputi sungai Tigris dan Efurat) ke selatan Irak tiba di Basra menuju ke Kuwait termasuk pelabuhan Om Kasr, Pulau Bobyan dan Teluk Parsi sampai ke Dammam di Saudi Arabia, melalui Hafar Batin, Hail, Medinah, Tabuk, dan Teluk Aqabah, berakhir di Semenanjung Sinai. Wilayah inilah yang meliputi wilayah Zionis Raya yang sudah masuk dalam master plan Zionis Internasional. (lihat peta).

Demikian juga halnya dengan pembangunan pipa minyak yang disebut sebagai Trans Pipa Minyak Arab (Trans Arabian Pipeline atau Tapline). Saluran pipa itu menghubungkan mulai kota Dammam di Saudi Arabia sampai ke Sidon di Palestina. Pengaliran minyak Irak akan disambungkan dari Mosul melalui Suriah dan Jordania dan berakhir di Haifa.

Tujuan invasi AS ke Irak adalah untuk mengujudkan impian Israel Raya, disamping menjadikan minyak sebagai komoditi terbesar.  Negara-negara Arab yang menjadi target berikutnya tentu Suriah dan Lebanon. Jordania pada hakikatnya sudah tidak masalah karena negara ini sudah lama dibawah pengaruh Amerika dan Inggris dan tentu saja Israel berada dibelakangnya.

Untuk menjinakkan Suriah dan Lebanon AS dan sekutunya tidak perlu tergesa-gesa, tidak perlu dalam bentuk invasi militer, cukup dengan gertak diplomasi. PM Ariel Sharon secara terang-terangan meminta segera AS menginvasi Suriah dan Lebanon, karena menganggap Suriah pusat pelatihan pejuang-pejuang Palestina menentang Israel (Israel menyebutnya teroris). Di Suriah dan Lebanon terdapat pasukan Hizbullah sempalan Syi'ah pro Iran yang anti Israel. Apabila Suriah tidak diserang, bahaya laten akan datang menghantam Isarel dari High Golan dan Lebanon Selatan. Israel juga menuduh  Suriah mempunyai senjata pemusnah massal seperti Irak. Nyatanya sampai saat ini tidak terbukti.

 

Pemerintahan boneka

Pejabat AS mengatakan bahwa kader-kader Irak akan menerima jabatan pemerintahan sementara dari Gubernur Jenderal (GJ) AS sebagai kaki  tangan Presiden Bush, Jenderal Jay Garner.

Jay Garner dijuluki sebagai Sheriff of Baghdad, juga disebut sebagai Gubernur Jenderal model penjajahan Inggris dan Raja atau Presiden Irak yang baru. Garner akan membawahi beberapa jenderal sebagai penguasa baru. Garner sangat dekat dengan The Jewish  Institute for National Security Affairs (JINSA), seorang pengagum militer Israel.

Pentagon memulai tugasnya mengirimkan tim  warga Irak yang menetap dipengasingan  ke Baghdad untuk dipersiapkan menjadi pemimpin sementara (baca : boneka) AS. 

Menurut pejabat AS mereka adalah pejabat berpengalaman dalam memimpin administrasi yang akan ditempatkan di 23 departemen untuk memulai tugasnya sebagai orang-orang terpercaya AS dan Inggris dibawah komando Jay Garner, seorang pensiunan jenderal yang kini ditunjuk menyelesaikan masalah-masalah sipil setelah jatuhnya Irak.

Mereka adalah kader-kader teknokrat yang sudah dibina sejak lama di wilayah Virginia AS untuk siap dikirim ke Irak begitu selesai direbut dari rezim Saddam Huusein.

Setelah tiba di Baghdad Yay Garner langsung melobi tokoh-tokoh Irak anti Saddam Hussein yang akan dipromosikan sebagai batu loncatan mendirikan pemeritahan boneka sementara di Irak akhir bulan April ini, lebih cepat dari rencana semula. Pembentukan pemerintahan ini lebih dititik beratkan kepada kader-kader Irak yang sudah digembleng di pengasingan, ketimbang mengambil pemimpin oposan dari dalam negeri Irak yang belum tentu berdidekasi baik. Lobi Garner ini mencakupi juga mendekati tokoh Syi'ah yang selama ini dibelenggu Saddam, tapi pro Amerika.

Ketua Partai Kongres Nasional Irak, Ahmad Chalabi merupakan calon kuat untuk memimpin Irak. Chalabi selama ini mengungsi di London dan mendapat kepercayaan AS dan Inggris.  Ia adalah binaan CIA dan didukung oleh JINSA. Chalabi didukung Pentagon, tapi ditentang oleh Menlu Collin Powel karena dipandang tidak bersih. Berkat hubungannya yang kuat dengan lobi Zionis, ia mempunyai peluang cukup besar. Chalabi ketika Perang Teluk I pernah menerima bantuan dari AS sebesar 12,5 juta dolar untuk membantu rakyat Irak dipengasingan, tapi di korupnya untuk kepentingan pribadi.

Calon lain yang diorbitkan AS adalah Zalmay Khalizad. Ia adalah orang kepercayaan Presiden Bush yang menjadi duta dalam Pasca perang Irak, dan sebelumnya menjadi duta dalam perang Afghanistan. Lobinya terkenal kuat dengan para mullah dan kaum Syi'ah. Dukungannya tentu diberikan oleh JINSA dan sebagai arsitek ekonomi  membangun pipa minyak di Afghanistan, ia termasuk salah seorang anggota perancang Trans Arabian Pipeline (Tapline) yang menghubungkan Sidon (Haifa) di Palestina menuju Dammam di Saudi Arabia. (lihat peta). Khalizad berperan mengalirkan minyak Irak Mosul-Haifa melalui Trans Jordania Pipeline dan dalam waktu dekat akan beroperasi. Jika aliran minyak ini mengalir,  biaya minyak Israel dapat dihemat 25%.

Selain itu Khalizad bersama Paul Wolfowitz (mantan Dubes AS di Jakarta, 1980) kini Wakil Menhan AS adalah seorang tokoh Zionis yang menjadi arsitek invasi AS ke Irak, pernah menulis makalah yang disampaikan kepada Kongres berjudul Overthrow Him. Khalizad  salah seorang arsitek yang berencana menggulingkan Saddam Hussein dengan bantuan Iran, tapi gagal.

Dengan munculnya nama-nama yang selama ini tidak pernah dikenal rakyat Irak akan menimbulkan kontroversi, pro dan kontra. Barisan teknokrat anti Saddam ini, sepenuhnya mendapat dukungan dari Zionis Israel dan AS akan membentuk penguasa baru yang diberi nama Dewan Pembangunan Kembali Irak.

Belum diketahui secara pasti bagaimana bentuk pemerintahan boneka yang baru tersebut. Disebut-sebut nama Eng. Imad Diya  yang lari dari Irak 21 tahun yang lalu sebagai penasehat Jay Garner akan menjadi pemimpin dalam menyusun penmerintahan sementara, semuanya ada 150 orang kader dan tenaga ahli tempaan Amerika yang segera menuju Baghdad dalam waktu dekat ini. Diantara mereka itu terdapat pakar perekonomian dan pertambangan yang pernah diusir Saddam atau melarikan diri ke luar negeri.

Ir. Imad Diya ketika meninggalkan AS menuju ke Kuwait dan terus ke Baghdad menyatakan kepada pers bahwa "apa yang akan terjadi di Irak adalah impian kami sejak lama yaitu membangun kembali Irak baru dalam demokrasi rakyat yang selama 34 tahun yang lalu diharamkan oleh rezim Saddam yang diktator".

Suriah menanti giliran

Pengamat politik Lebanon George Fersakh menyebutkan jika Suriah ditinggalkan sendirian menghadapi tuduhan AS dan Zionis, bakal menjadi bahaya besar Negara-negara Arab. Suriah dituduh bersekongkol dengan Irak dan mempunyai senjata pemusnah massal, oleh karena itu perlu di invasi seperti Irak untuk mencapai cita-cita Zionis Raya.

Republik Arab Suriah yang luasnya mencapai 185.180 km2 mempunyai kekayaan minyak mentah dan gas alam yang cukup besar, sebagai komoditi ekspor utama. Berpenduduk 18 juta jiwa, Presiden sekarang Dr. Bashar  Al-Assad.

Menhan AS Donald Rumsfeld menyatakan bahwa senjata pemusnah massal Irak dilarikan ke Suriah dan konon kabarnya Saddam Hussein dan keluarganya juga berhijrah ke Suriah.  Tuduhan ini tentu membuat Presiden Bashar Al Assad kupingnya menjadi merah. "Tidak benar itu", ucap jubir Kemlu Suriah Mdm. Buthaina Sya'ban. "Tuduhan itu tidak beralasan, silahkan lihat sendiri, Suriah tidak memiliki apa yang dituduhkan itu. Suriah bersedia bekerjasama dengan Amerika".

Soal akan diutupnya aliran minyak ke Suriah dari Irak menurut Buthania bukanlah masalah ensesial, namun perlu dipertimbangkan bahwa Suriah telah membeli minyak Irak setiap tahunnya seharga 1,2 milyar dolar AS. (Teshreen.com, 25/4)

Bermula dari ocehan PM Isarel Ariel Sharon, setelah Irak diserbu kini AS harus memberikan tekanan kepada Damaskus, tapi untuk saat ini belum perlu memberikan tekanan dengan invasi bersenjata. "Oh tidak dengan senjata dulu, cukup dengan jalur diplomasi dan tekanan ekonomi kepada Suriah", ucap Sharon sombong. (Haartez, 20/4).

Ucapan Sharon ini ternyata melunak setelah di bujuk AS untuk tidak bertindak drastis, berbeda dengan ucapannya seperti yang disebutkan diatas.

Seperti sudah di rekayasa Menhan Isarel yang baru, Shauul Mofazd menyulut kesombongan Sharon dengan mengatakan "Amerika tidak bisa menerima sikap Suriah pasca perang Irak. Di Suriah tempatnya sarang teroris dari kelompok Hamas, Hizbullah, Jihad Islam, Al Fatah sempalan anti Arafat dan teroris Palestina lainnya. Suriah  nyata-nyata tidak mendukung invasi AS ke Irak, Suiiah adalah ancaman serius bagi AS".

Tidak heran Israel  menginginkan Dataran Tinggi Golan wilayah Suriah tetap berada dibawah kekuasaan Zionis, karena Golan merupakan tempat yang paling strategis menghadapi Suriah. Dari puncak Golan, Israel dapat menyaksikan kota Damaskus dengan jelas yang hanya berjarak 70 km, sedangkan ke Jerusalem hanya 40 km.

Penulis ketika berkunjung ke Puncak Golan tahun 2001 yang bersuhu 10 derjat dimusim dingin dapat melihat dengan mata kepala kendaraan Israel yang lalu lalang diseberangnya, tidak jauh dari pusat radar pengintai dini (inzar mubakir) yang dipasang Israel di puncak Golan yang hanya berjarak 1500 meter dari Qunetra wilayah Suriah. Penduduk Palestina dan Suriah disana tetap menjalankan aktifitasnya dan mundar mandir lewat pos penyekat PBB antara puncak Golan di Israel dengan puncak Golan di Suriah.

Suriah kini hanya menanti waktu saja dan ini jangan dibiarkan, jika Suriah diserang terwujudlah impian Zionis Raya Israel. PR buat Liga Arab dan dunia Islam*


*) Penulis pemerhati masalah Timur Tengah, menetap di Bukittinggi 
 

 **) Opini sorotan dan komentar, harian HALUAN Padang, 1 Mei 2003

Kirim email ke