Ahmad Syafii Maarif
http://www.republika.co.id/koran/28/94311/I_Mahma_Tubaththin_I
Selasa, 08 Desember 2009 pukul 13:15:00
Lengkapnya ungkapan Arab itu berbunyi: Mahma tubaththin tudzhirhu al-ayyam (Apa 
pun yang anda surukkan, sejarah pasti akan membongkarnya). Saya tak ingat 
apakah ungkapan ini didapat saat belajar di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah 
Lintau (Sumbar), atau ketika belajar pada Madrasah Mu'allimin Yogyakarta, 
puluhan tahun yang lalu.
Esensi moral dari ungkapan itu adalah agar orang tidak menyembunyikan sesuatu 
dengan bungkus dusta atau curang. Sebab, cepat atau lambat, akan terbongkar 
juga. Jika tidak di dunia, di akhirat semuanya pasti akan digelar di depan 
Mahkamah Ilahi yang mahaadil, tanpa ada satu kekuatan pun yang mampu 
menghalanginya. Tetapi, kepercayaan tehadap yang terakhir ini hanya diyakini 
oleh orang yang beriman, sementara mereka yang berada di luar ranah iman itu 
tentu tidak hirau dengan serbaakhirat.
Jika ungkapan Arab itu dikaitkan dengan situasi Indonesia yang paling hangat, 
gambarannya dapat dilihat sebagai berikut. Enam hari setelah kabinet 
SBY-Boediono dilantik, pada 29 Oktober 2009, polisi menangkap Bibit-Chandra 
dengan tuduhan menerima suap, kemudian diubah lagi karena menyalahgunakan 
wewenang dan melakukan pemerasan. Tindakan kepolisian mendapat dukungan kuat 
dari kejaksaan agung: Bibit-Chandra harus pada akhirnya di bawa ke muka 
pengadilan, karena kata dua instansi penegak hukum ini buktinya cukup kuat 
untuk itu. Berminggu-minggu energi bangsa ini tersita oleh pertunjukan drama 
busuk ini.
Tetapi, yang mungkin berada di luar kalkulasi perekayasa adalah bangkitnya 
nurani masyarakat luas tanpa dikomando, untuk melakukan protes keras terhadap 
perlakuan zalim atas diri Bibit-Chandra.
Presiden yang melihat masyarakat menjadi terbelah dan dapat mengundang tindakan 
liar, membentuk Tim Delapan dengan tugas mengungkapkan fakta di belakang kasus 
Bibit-Chandra. Tim ini diberi waktu dua minggu sampai dengan 16 November 2009. 
Juga, di luar harapan perekayasa, tim yang dipimpin Adnan Buyung Nasution ini 
malah menguatkan simpul-simpul nurani rakyat, yang marah terhadap tindakan 
kepolisian dan kejaksaan agung.
Tim Delapan sangat dibantu oleh keberanian MK (Mahkamah Konstitusi) yang 
sebelumnya telah menggelar secara terbuka percakapan seorang super kuat Anggodo 
Widjojo, dengan para pihak yang disebut dalam rekaman sadapan KPK itu. 
Akibatnya, bola panas tidak bisa dibendung lagi. Pihak pemerintah yang hadir di 
forum MK itu seperti orang yang telah kehabisan amunisi untuk berkomentar 
melalui ucapan ini: ''Apa relevansinya MK menggelar sadapan ini?'' Akibat 
ucapan semacam ini, posisi pemerintah malah semakin tersudut, seolah-olah tidak 
rela agar segala kepalsuan dan kebusukan jangan sampai terbongkar. Sedangkan 
pembela Anggodo, masih memutar otak dengan mempertanyakan, apakah tindakan MK 
yang menggelar rekaman itu sah atau tidak sah. Adapun munculnya demo-demo yang 
membela tindakan rekayasa kepolisian, bahkan ada yang meminta agar KPK 
dibubarkan, tidak perlu dikomentari di sini, karena tidak ada bobotnya.
Kasus Bibit-Chandra ternyata punya ekor panjang yang juga melilit masalah 
penalangan BI atas Bank Century, yang sebenarnya sudah lama berada dalam 
kondisi sakit parah. Bukankah penahanan Bibit-Chandra sebenarnya adalah karena 
kedua pimpinan KPK ini telah mulai bergerak untuk membidik kasus Bank Century? 
Jusuf Kalla yang tahu persis apa yang sebenarnya terjadi atas penalangan BI 
terhadap Bank Century memberikan kata putus: ''Perampokan.''
Maka, atas perintah Wapres Kalla yang ketika itu menjalankan fungsi 
kepresidenan, Komjen SD (Susno Duadji) menangkap RT (Robert Tantular), 
komisaris utama bank yang sedang sekarat itu. Dalam pembicaraan langsung saya 
bersama seorang teman di suatu tempat pada 1 Desember 2009, SD dengan bangga 
mengatakan telah menangkap RT. Sebagai mantan kabareskrim yang kaya informasi, 
Pansus Angket DPR perlu secepatnya menemui SD dalam rangka membantu melengkapi 
pencarian fakta tentang perampokan yang memalukan itu.
Akhirnya, apa pun yang anda surukkan atau sembunyikan, cepat atau lambat, pasti 
akan terbongkar. Janganlah orang dengan mudah mencampuradukkan kebenaran dengan 
kepalsuan. Dan, mari kita semua jangan mau bersahabat dengan dusta. Aleksandr I 
Solzhenitsyn, novelis Rusia terkenal, pernah berwasiat: ''Untuk melawan 
kebobrokan kekuasaan komunisme di Uni Soviet, syaratnya hanya satu: tinggalkan 
dusta!'

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke