Kemarin jam 22.00 malam waktu baru memasuki pintu rumah, Padang Ekspres meminta menulis di Rubrik Teras Utama untuk terbitan hari ini. Tulisan ini dimaksudkan untuk menyambut HUT Kota Padang hari ini.
Jum'at, 07 Agustus 2009 , 09:34:00 Target Kita Membangun Kota <http://www.padangekspres.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=9416> Andrinof A Chaniago Perantau Padang di Jakarta Seperti kebanyakan belahan wilayah Sumatera Barat, Kota Padang adalah belahan wilayah yang kaya dengan anugerah alam. Sederetan bukit melintang dari utara ke selatan, merupakan tempat 21 sungai berhulu. Sebelum airnya menggapai tepian pantai, sungai-sungai itu terlebih dahulu menjalankan pengabdiannya kepada warga kota dengan membasahi sawah-sawah, memenuhi kebutuhan manusia dan hewan, bahkan menjadi barang modal gratis untuk menjalankan usaha. Selain yang sudah termanfaatkan itu, masih tersedia potensi ekonomi sungai-sungai itu untuk dimanfaatkan sebagai arena wisata air dan rekreasi tepi sungai, dengan berbagai efek pendorongnya bagi beberapa usaha ekonomi lain yang dijalankan warga. Lima atau enam dari dua belas sungai yang panjangnya di atas lima kilometer merupakan aset potensial untuk dikembangkan menjadi area wisata air dan rekreasi tepi sungai. Area perbukitan yang tersambung dengan area pesawahan dan pantai Samudera Indonesia, tentu menyediakan sumber pangan berkualitas dan mudah didapat warga kota. Dengan modal alamiah ini, tanpa kerja yang terlalu keras pemerintah kota saja sudah memungkinkan Kota Padang menjadi kota yang indeks pembangunan manusia (IPM)-nya berada di peringkat atas di antara ratusan daerah kabupaten dan kota di Indonesia. Kalau modal bersumber dari alam tadi digabung lagi dengan modal budaya merantau orang Minang, maka beban pemerintah yang sudah ringan itu masih dikurangi lagi oleh perginya sebagian angkatan kerja baru ke negeri-negeri orang untuk mengatasi nasib mereka sendiri tanpa membebani pemerintah untuk menyediakan lapangan kerja. Sementara, warga asal kota Padang yang mulai mapan di rantau, meringankan lagi beban pemerintah dengan membantu sendiri sanak keluarganya di kampung dengan uang kiriman. Di luar dua modal tadi, masih ada satu modal gratis lagi yang tampak kurang termanfaatkan Pemko, yakni modal warisan kota tua. Dibanding dengan Kota Semarang, Kota Surabaya atau Kota Jakarta, kota tua di tepian Batang Arau Kota Padang ini tampak tidak digarap sebagai aset wisata yang bisa menyediakan lapangan usaha dan lapangan kerja, selain mendatangkan kebanggaan sebagai salah satu identitas kota. Dengan modal alamiah yang dianugerahkan Tuhan, ditambah modal budaya merantau dan modal warisan sejarah kota tua yang potensial untuk dikembangkan, tugas pemerintah kota untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melindungi masyarakat dari berbagai penyakit tentu menjadi lebih ringan. Artinya, untuk daerah dengan karakter seperti ini, tidak relevan lagi bagi pemerintah kota meletakkan pemberantasan kemiskinan dan gizi buruk sebagai target pembangunan. Sebab, tanpa program pemerintah pun, kecil kemungkinan masalah kemiskinan dan gizi buruk melanda kelompok-kelompok masyarakat, kecuali dalam kasus-kasus rumah tangga yang amat langka. Sebagai kota yang masyarakatnya dibekali modal alamiah dan budaya yang punya nilai ekonomi tersendiri, maka target pembangunan oleh Pemko Padang tentu tidak boleh sama dengan target rata-rata daerah di Indonesia. Pemko Padang bersama DPRD seharusnya punya target lebih tinggi dari target yang dibuat oleh kebanyakan kota di Indonesia. Target-target yang layak dipegang Pemko Padang, misalnya, adalah menghasilkan sekelompok manusia unggul secara intelegensia, olahraga, dan seni budaya. Untuk bidang ekonomi, dengan modal alam tadi, semestinya Padang punya target menjadikan kota ini unggul dalam ekonomi jasa, rekreasi dan wisata kuliner diantara kota-kota provinsi di Indonesia. Kalau target menjadi kota unggul ini belum tercanangkan Pemko Padang, bisa jadi karena anugerah alam dan modal budaya selama ini tidak disadari sebagai modal gratis yang selama ini ikut dinikmati Pemko sebagai pihak yang paling bertanggung jawab memajukan kehidupan warga. Tetapi, ke depan, ukuran dan target-target pembangunan di Kota Padang tentu perlu ditata ulang. Target untuk harus dilihat dari kapasitas modal pemerintahan yang dan peluang yang tersedia. Selama lima tahun terakhir, Pemko Padang memang berhasil mendapatkan beberapa penghargaan di bidang perkotaan. Tetapi, masalah yang ada di hadapan mata, baik yang menimbulkan rasa kurang nyaman bagi warga kota dan para pengunjung, masalah malfungsi aset-aset kota, serta masalah terbengkalainya beberapa aset, tentu tidak bisa dihilangkan beberapa penghargaan yang diterima itu. Hingga saat ini, kalau kita berkunjung ke Pantai Carolina di Bungus dan Pantai Aiamanih, pengunjung masih dikagetkan pungutan uang masuk bergaya preman. Di Pantai Padang, Muara Padang dan Pantai Aiamanih, sejak dahulu hingga sekarang pandangan mata masih diganggu sampah yang berserakan. Masih di area Batang Arau, yang mengherankan penulis sejak dulu adalah beralihnya fungsinya Jembatan Siti Nurbaya menjadi tempat orang berjualan jagung bakar di sepanjang jembatan. Padahal, ketika jembatan ini tengah dibangun dulu, saya membayangkan arena ini bisa dibuat mirip seperti sebuah sudut kota di Amsterdam, Belanda. Di bidang jasa, juga banyak hal yang menjadi sumber keluhan uang yang berkunjung ke kota Padang. Di tengah kota, suasana yang makin membuat kurang nyaman adalah jalan yang berubah menjadi terminal angkutan kota. Sementara, untuk menggunakan jasa angkutan taksi, Kota Padang juga dikenal dengan sopir taksinya yang kurang menghormati penumpang dan enggan menyalakan AC karena sangat irit dengan bensin. Perilaku para penyedia jasa ini tentu akan menurun kualitas jasa di Kota Padang dibanding dengan kota-kota lain. Potensi-potensi tadi tentu harus dimanfaatkan oleh Pemko untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menyediakan lapangan kerja warga. Hal-hal yang dibiarkan tidak terurus, seperti sampah dan sebagainya, seharusnya menjadi agenda penting dari Pemko. Demikian juga membina para penyedia jasa yang sikap dan perilakunya belum sesuai dengan standar kota jasa yang unggul, tentu juga menjadi tanggung jawab dan tugas Pemko. Selamat ulang tahun Kota Padang. (*) --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---