Assalamu'alaikum Wr..Wb

Coba dicek dan dianalisa. Article dibawah ini.

Regards
Ronal Chandra

Oleh Asvi Warman Adam
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0706/06/opini/3582633.htm
===================

Beberapa biografi Soekarno pernah dibuat pengamat asing seperti
Bernhard Dahm, John Legge, Lambert Giebels, dan Bob Hering. Namun,
buku yang ditulis Cindy Adams yang paling "hidup" karena merupakan
penuturan langsung Soekarno sendiri.

Buku itu pertama kali muncul dalam bahasa Inggris tahun 1965 berjudul
Sukarno, Autobiography as told to Cindy Adams, Indianapolis:
Bobbs-Merril. Satu tahun kemudian, edisi bahasa Indonesia diterbitkan
Gunung Agung (Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia).

Ketika buku Soekarno yang lain sulit ditemukan pascatahun 1965, maka
buku Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia mengalami cetak
ulang beberapa kali (1966, 1982, 1984, 1986, 1988). Pada cetakan
pertama tertulis nama penerjemah Mayor Abdul Bar Salim, sedangkan pada
cetakan kedua, pangkatnya tidak disebut lagi.

Dalam pengantar penerbit disebutkan, dalam tugas penerjemahan ini sang
penerjemah sudah direstui Menteri/Panglima Angkatan Darat Letnan
Jenderal Soeharto. Selain itu sejak cetakan pertama terdapat kata
sambutan Soeharto. "Dengan penerbitan ini, diharapkan dapat terbaca
luas di kalangan rakyat, Bangsa Indonesia," ujar Soeharto. Apakah
pernyataan ini yang menyebabkan buku itu bisa tetap terbit pada era
Orde Baru?

Duta Besar AS Howard Jones, saat makan nasi goreng di paviliun istana
Bogor, menyarankan agar Bung Karno menulis biografi. Akhirnya Soekarno
setuju bila itu dilakukan Cindy Adams, wartawati AS yang ada di
Indonesia mendampingi suaminya, Joey Adams, yang memimpin misi
kesenian Presiden Kennedy ke Asia Tenggara.

Cukup banyak kepentingan yang ikut bermain di balik penerbitan buku
ini. Namun, bagi Bung Karno, biografi ini memberi kesempatan menjawab
serangkaian tuduhan yang pernah ditujukan pada dirinya antara lain
sebagai kolaborator Jepang dan komunis serta terlalu sering ke luar
negeri. "Buku ini tidak ditulis untuk mendapatkan simpati atau meminta
supaya setiap orang suka kepadaku. Harapanku hanyalah, agar dapat
menambah pengertian yang lebih baik tentang Sukarno dan dengan itu
menambah pengertian yang lebih baik terhadap Indonesia tercinta."

Alinea tambahan

Dalam diskusi yang diselenggarakan Yayasan Bung Karno di Gedung Pola
tahun 2006, Prof Sjafii Ma'arif, mengutip buku Cindy Adams,
mengatakan, Soekarno amat melecehkan Hatta karena menganggap perannya
tidak ada dalam sejarah Indonesia. Karena itu, ketika buku ini akan
diterbitkan ulang saya meminta kepada Yayasan Bung Karno untuk
mengecek kembali terjemahan buku ini. Sebetulnya bagaimana bunyi asli
dalam bahasa Inggris pernyataan yang merendahkan Hatta. Yayasan Bung
Karno kemudian menugasi Syamsu Hadi untuk menerjemahkan ulang buku
itu.

Yang mengagetkan, pada temuannya, selain ada kekeliruan terjemahan
adalah dua alinea tambahan dalam edisi bahasa Indonesia sejak tahun
1966. Padahal kedua alinea itu tidak ada dalam edisi bahasa Inggris.

Pada halaman 341 tertulis, "Rakyat sudah berkumpul. Ucapkanlah
Proklamasi." Badanku masih panas, akan tetapi aku masih dapat
mengendalikan diriku. Dalam suasana di mana setiap orang mendesakku,
anehnya aku masih dapat berpikir dengan te- nang.

"Hatta tidak ada," kataku. "Saya tidak mau mengucapkan proklamasi
kalau Hatta tidak ada."

Kalimat ini akan dilanjutkan --kalau dicek teks asli bahasa Inggris
adalah "Dalam detik yang gawat dalam sejarah inilah Sukarno dan
tanah-air Indonesia menunggu kedatangan Hatta".

Namun, di antara kedua kalimat itu ternyata disisipkan dua alinea yang
tidak ada dalam buku asli berbahasa Inggris yaitu:

"Tidak ada yang berteriak 'Kami menghendaki Bung Hatta'. Aku tidak
memerlukannya. Sama seperti aku tidak memerlukan Sjahrir yang menolak
untuk memperlihatkan diri di saat pembacaan Proklamasi. Sebenarnya aku
dapat melakukannya seorang diri dan memang aku melakukannya sendirian.
Di dalam dua hari yang memecahkan urat saraf itu maka peranan Hatta
dalam sejarah tidak ada."

"Peranannya yang tersendiri selama masa perjuangan kami tidak ada.
Hanya Sukarno-lah yang tetap mendorongnya ke depan. Aku memerlukan
orang yang dinamakan 'pemimpin' ini karena satu pertimbangan. Aku
memerlukannya oleh karena aku orang Jawa dan dia orang Sumatera dan di
hari-hari yang demikian itu aku memerlukan setiap orang denganku. Demi
persatuan aku memerlukan seorang dari Sumatera. Dia adalah jalan yang
paling baik untuk menjamin sokongan dari rakyat pulau yang nomor dua
terbesar di Indonesia."

Soekarno tidak memerlukan Hatta dan Sjahrir bahkan "peranan Hatta
dalam sejarah tidak ada". Demikian pernyataan Bung Karno dalam edisi
bahasa Indonesia yang terbit sejak tahun 1966. Kalau tambahan dua
alinea itu hasil rekayasa, siapa yang melakukannya?

Asvi Warman Adam Pengurus Pusat Masyarakat Sejarawan Indonesia

       
---------------------------------
Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! 
FareChase.
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan 
email yang terdaftar di mailing list ini.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke