Ini salah satu contoh bobroknya pelayanan kesehatan di negeri kita

Salam

Nofiardi

 

RSAM Bukittinggi Dilaporkan ke Polisi, Bobrok, Anak Orang Ditelantarkan 

 

Kamis, 24 Juli 2008 

Bukittinggi, Singgalang
Akibat kurang dilayani, pimpinan Rumah Sakit Achmad Moechtar (RSAM)
Bukittinggi diadukan ke polisi oleh Hendri, 47, warga Jalan Kamboja
Nomor 14, komplek Inkorba, Bukittinggi. Selasa (22/7) Hendri melaporkan
ketidak-beresan pelayanan di rumah sakit itu. Hendri datang sendiri ke
Mapolresta, diterima Brigadir Jon Elri, dengan nomor pengaduan
No.Pol.STPL/368/VI/2008 Resta

Henderi mengadukan pimpinan RSAM, setelah anaknya yang 'dipimpong'
bahkan sempat ditelantarkan di rumah sakit itu. Dalam laporannya ke
polisi, Hendri memaparkan peristiwa yang dialami anaknya, Gilang
Ramadhan Handri, 21. Pada 12 Juli lalu, Gilang diperiksa di Rumah Sakit
Persahabatan Jakarta. Hasil pemeriksaan tim medis, Gilang mengalami
sakit usus buntu dan harus segera dioperasi.

Mengingat jauh dari kampung dan sulit untuk menunggui anaknya, Hendri
mengusulkan agar Gilang dioperasi di Bukittinggi. Dokter di Rumah Sakit
Persahabatan itu memesankan agar segera dioperasi sesampainya di
Bukittinggi. 

Begitulah, sekitar pukul 20.00 WIB mereka bertolak lewat udara ke Sumbar
dan sampai di Padang sekitar pukul 22.00 WIB. Di BIM, ibunda Gilang
sudah menunggu dan perjalanan dilanjutkan menuju Bukittinggi.

Dua jam kemudian, tepatnya pukul 00.00 WIB, mereka sampai di RSAM
Bukittinggi, dan terus masuk IGD. Sayangnya pada malam itu dokter ahli
bedah tidak ada, karena lagi seminar ke Palembang. Tapi, Gilang tetap
disuruh puasa, karena dijanjikan akan dioperasi besok harinya.

Pada 13 Juli, tidak ada tanda-tanda akan dioperasi, meski Gilang sudah
berpuasa. Menjelang siang, Hendri menanyakan kepada perawat yang
bertugas di ruang VIP Ambun Suri kamar no 4. Jawabannya ketus saja,
operasi tidak jadi dilaksanakan hari itu, dan Gilang tidak boleh
membatalkan puasa. Namun karena tidak tahan haus, sekitar pukul 19.00
WIB, Gilang membatalkan puasanya dengan minum air putih.

Keesokan harinya, 14 Juli 2008, kembali Gilang disuruh puasa. Tapi,
sampai pukul 10.00 WIB, juga tidak ada tanda-tanda akan dioperasi. Meski
sudah disepakati, tidak akan mempergunakan Askes dan membayar Rp3,5
juta. Tapi sampai siangnya tidak juga dioperasi. 

Hendri bahkan sempat menghubungi Direktur RSAM, dr. Azwir Dahlan. Dalam
dialog tersebut, Azwir menyebutkan, Gilang harus didiagnosa terlebih
dahulu, baru menjalani operasi.

Ketika itulah terjadi ketegangan antara Hendri dan Azwir Dahlan. Hendri
menyebutkan, anaknya ditelantar di rumah sakit, dan pihaknya akan
melaporkan peristiwa itu ke pihak berwajib. Jawaban Azwir, menurut
Hendri, silakan saja.

Selama berada di RSAM, Hendri sempat tiga kali disodori surat pernyataan
untuk membawa anaknya keluar rumah sakit. "Artinya, mereka mengusir anak
saya di rumah sakit yang saya harapkan akan memberikan pelayanan
kesehatan," tegas Hendri.

Karena sudah tiga kali disodori surat untuk membawa anaknya keluar rumah
sakit, akhirnya Hendri menandatanganinya, dan membayar ratusan ribu
rupiah. Pembayaran itu karena tidak boleh mempergunakan kartu Askes.

Hari itu juga, Gilang membawa Hendri ke Rumah Sakit Adnan WD di
Payakumbuh. Hebatnya, para medis di sana menyebutkan, memang Gilang
harus segera dioperasi, karena usus buntunya itu sudah membengkak. Hari
itu, beberapa saat setelah diperiksa, Gilang pun dioperasi.

"Alhamdulillah, anak saya sekarang sudah sembuh. Dia bahkan sudah boleh
berjalan. Kita salut dengan pelayanan di Payakumbuh itu, dibandingkan
dengan RSAM yang notabene adalah rumah sakit daerah Sumbar, dengan
peralatan jauh lebih canggih. Ternyata pelayanannya benar-benar bobrok.
Karena pelayanan yang seperti itulah ia kemudian melaporkan Polresta
Bukittinggi," ungkap Hendri.

Siap diperiksa

Sementara itu, Direktur RSAM Bukittinggi, dr. Azwir Dahlan, yang
dihubungi Singgalang, Rabu (23/7), dengan santai menyebutkan pihak siap
dipanggil polisi atas pengaduan Hendri.

"Soal ada yang mengadu karena jeleknya layanan di RSAM sah-sah saja.
Kita tidak dapat melarangnya. Kendati demikian kami siap dengan segala
risikonya," ungkap Azwir Dahlan. o202/432

 

Copyright (c) 2007 - 2008 Harian Singgalang


The above message is for the intended recipient only and may contain 
confidential information and/or may be subject to legal privilege. If you are 
not the intended recipient, you are hereby notified that any dissemination, 
distribution, or copying of this message, or any attachment, is strictly 
prohibited. If it has reached you in error please inform us immediately by 
reply e-mail or telephone, reversing the charge if necessary. Please delete the 
message and the reply (if it contains the original message) thereafter. Thank 
you.


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke