Rabu, 15/08/2007 16:25 WIB

Tan Malaka dan Merahnya Sejarah Minangkabau
Arfi Bambani Amri : detikNews

detikcom - Jakarta, Mengikuti sepak terjang Ibrahim Datuk Tan Malaka seperti 
membuka sejarah merahnya Minangkabau. Meski terkenal sebagai negeri yang kuat 
menganut Islam, siapa nyana justru ideologi kiri seperti sosialisme dan 
komunisme yang bercokol kuat. Hal itu diungkapkan dosen FISIP UI Zulhasril 
Nasir dalam bukunya 'Tan Malaka dan Gerakan Kiri Minangkabau' yang dicetak 
pertama kali Juli 2007 oleh penerbit Ombak, Yogyakarta. Menurut Zulhasril, 
justru agama Islam-lah yang menjadi basis persemaian ideologi kiri di 
Minangkabau. 

Kebanyakan tokoh pergerakan kemerdekaan pernah sekolah di sekolah-sekolah 
agama. "Munculnya gerakan kiri radikal di Minangkabau berpangkal di sekolah 
menengah agama di Padangpanjang (Sumatera Thawalib dan Diniyah), Padang 
(Adabiyah dan Islamic College) dan Bukittinggi (Sumatera Thawalib Parabek)," 
ujar Zulhasril di halaman 63-64 bukunya. 'Koalisi' Islam dan 
sosialisme/komunisme itu disokong oleh motif yang sama untuk membebaskan diri 
dari kolonialisme. 

Di sinilah peran Tan Malaka sebagai seorang tokoh kiri yang menghubungkan kedua 
arus itu. Faktor lain adalah sistem pendidikan di Minangkabau merupakan yang 
termaju di Hindia Belanda setelah pulau Jawa. Pada tahun 1920-an itu, telah 
muncul puluhan intelektual Minangkabau yang bukan hanya hidup di kampung, tapi 
menyebar di seluruh Sumatera, Jawa, Belanda, Malaysia dan Singapura. Tan Malaka 
hanyalah salah satunya saja. Zulhasril kemudian membagi puluhan aktivis 
pergerakan kemerdekaan tersebut dalam 5 tipe ideologi. 

Pertama, Islam-komunis. "Mereka berasas pada ajaran Tan Malaka yang 
menghubungkan ajaran tentang kesamaan dan kebersamaan manusia dalam Islam dan 
komunis," ungkap Zulhasril yang meraih gelar doktor di Universiti Sains 
Malaysia tahun 2004 lalu itu. Masuk dalam kelompok pertama ini adalah pemimpin 
PKI Sumbar tahun 1948 Haji Datuak Batuah dan mantan Ketua Umum Partai Murba 
Djamaluddin Tamin. 

Kelompok kedua berideologi Islam-nasionalis. Kelompok ini diwakili organisasi 
Permi, PSII, Muhammadiyah dan Masyumi. Tokoh-tokohnya, M Sjafei, AR Sutan 
Mansyur, Rasuna Said dan ayahanda Hamka, Haji Rasul. Tipe ketiga adalah 
Sosialis Demokrat. Walau hanya sedikit, tapi menonjol. Mereka mengikuti 
kepemimpinan Sjahrir dan Hatta di Batavia, seperti M Rasjid. Tipe keempat 
adalah nasionalis-kiri. Tipe ini baru bermunculan setelah kegagalan 
pemberontakan 1926 di Silungkang. Mereka masuk dalam Gyu Gun (militer Jepang). 
Tokoh-tokohnya adalah Chatib Sulaiman, Dahlan Djambek, dan Ahmad Husein. Tipe 
terakhir adalah komunis. "Kalangan ini berasal dari gerakan kiri Tan Malaka 
yang kemudian dipengaruhi Marxisme-Leninisme," kata Zulhasril. Masuk ke dalam 
tipe ini adalah Ketua PKI Sumatera Timur Natar Zainuddin dan pimpinan PKI 
Sumbar Bachtaruddin. 5 Kelompok yang dibuat Zulhasril ini hanya mengelompokkan 
orang yang beraktivitas di Minangkabau saja. Jika dimasukkan yang beraktivitas 
di tingkat nasional dan luar negeri, masuklah beberapa nama terkenal. Mereka 
adalah Nazir Sutan Pamoentjak, Hamka, DN Aidit, Hatta, M Yamin, Sjahrir, M 
Natsir, Agus Salim, Abdul Muis, Asaat, A Rivai dan Tan Malaka sendiri. DN Aidit 
termasuk. karena meski dilahirkan di Belitung, orang tuanya dari Maninjau, 
Sumatera Barat. "Tokoh pergerakan yang paling dekat dengan Tan Malaka hanyalah 
Muhammad Yamin," ungkap Zulhasril. Sementara, meski sama-sama Minang dan 
mendalami sosialisme/komunisme, Tan Malaka dan Sjahrir memiliki hubungan yang 
buruk. Mereka berseteru kencang pasca Indonesia merdeka. Keduanya saling culik. 
Tan Malaka mengerahkan Persatuan Perjuangan yang memiliki simpatisan dari 
kalangan militer termasuk Jenderal Sudirman. 

Sementara Sjahrir memiliki Pesindo dan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) yang 
patuh padanya selaku Perdana Menteri. Perseteruan ini mencapai puncaknya pasca 
perjanjian Linggarjati 1947. Tan Malaka bersama Persatuan Perjuangan 
mengerahkan gerilya bersenjata menentang perjanjian Indonesia-Belanda itu. Tan 
Malaka dikejar-kejar oleh pasukan Sjahrir. Sampai pada suatu waktu, di kaki 
Gunung Wilis di Jawa Timur, Tan Malaka ditembak mati oleh satu pasukan di bawah 
divisi Brawijaya. Tan Malaka pun lenyap sejak 21 Februari 1949.

http://m.detik.com/read/2007/08/15/162515/817707/10/tan-malaka-dan-merahnya-sejarah-minangkabau

Salam
Sent from Bus AKAP®

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke