Terima kasih banyak dunsanak Suryadi,
 
yo sabana padek penjelasan dunsanak.... ) Indonesia belum ada  HAMKA telah 
berfikir jauh kedepan...
 
dalam suatu artikel seseorang pernah bertanya pada HAMKA, kenapa beliau bisa 
menulis sebaik itu, Jawaban HAMKA " bila engkau ingin menulis tulis lah dengan 
hatimu dan kemudian baru perkaya dengan referensi mu... 

Wassalam

Zulkarnain Kahar  50+th
Sadang basiap siap raun sabalik
 

--- On Tue, 4/14/09, Lies Suryadi <niadil...@yahoo.co.id> wrote:


From: Lies Suryadi <niadil...@yahoo.co.id>
Subject: Bls: [...@ntau-net] Re: Merantau ke Deli: Lelaki Minang dalam 
Memori... Baa?
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Tuesday, April 14, 2009, 6:47 PM






Dalam Merantau ke Deli, jelas sekali ideologi dan pandangan dunia Hamka, 
sekaligus nasionalismenya. Dapatkah kita membaca apa yang ingin disampaikan 
Hamka dalam novel itu melalui kegagalan perkawinan tokoh Leman dan Mariatun, 
gadis sekampungnya, dan, sebaliknya, malah bahagia dalam perkawinannya bersama 
Poniem, gadis imigran dari Jawa yang sederhana an suka bekerja keras? Jelas 
sekali bahwa Hamka mengeritik eksklusifisme perkawinan Minangkabau dalam 
Merantau ke Deli.

Sampai sekarang, sejauh yang saya tahu, hanya dua orang pengarang Minangkabau 
yg mencoba menyampaikan pesan nasionalisme Indonesia melalui hubungan 
perkawinan antaretnis.  Mereka adalah Adinegoro dan Hamka. Adinegoro 
memperlihatkan hal ini dalam hubungan perkawinan antaretnis antara Nurdin 
(Minangkabau) dan Rukmini (Sunda) dalam Darah Muda (1927). Tema yang sama 
digarap lagi oleh Adinegoro dalam novelnya Asmara Jaya (1928) melalui hubungan 
perkawinan antar etnis antara Rustam (Minangkabau) dan Dirsina (Sunda).

Hamka.......jelas beliau berada di garis depan dalam pemikiran ini. Ini dapat 
dilihat dalam hubungan perkawinan antar entnis yang cukup mencolok antara tokoh 
Poniem (Jawa) dan Leman (Minangkabau) dalam Merantau ke Deli (1939). Hubungan 
ketua tokoh dari etnis yang berbeda ini sangat menentukan alur cerita novel 
ini. Setting novel ini adalah daerah Deli dan Medan pada zaman sebelum perang. 
Leman adalah salah seorang perantau Minang yang mengadu nasib di daerah Deli 
yang sedang berkembang karena dibukanya onderneming2 tembakau oleh Belanda. Dan 
Poniem adalah buruh dari Jawa yang datang ke Deli karena hal yang sama: 
berkembangnya ekonomi Deli akibat pembukaan onderneming2 perkebunan besar di 
daerah itu.

Poniem sadalah salah seorang langganan tetap Leman yang menjadi pedagang 
keliling. Akibat sering bertemu, kedua makhluk Tuhan yg berbeda suku (tapi satu 
agama) itu saling jatuh cinta dan akhirnya memutuskan untuk menikah. Banyak 
perantau Minang di Deli yang menilai pernikahan antar etnis itu amat berani. 
Biasanya orang Minang kawin sesama orang Minang. Leman telah melanggar sebuah 
kelaziman. Pernikahan itu membuat pasangan Leman-Poniem berbahagia. Mereka giat 
bekerja, dengan modal tenaga sendiri. Rumah tangga mereka bahagia.

Namun kebahagiaan itu yang menjadi awal petaka rumah tangga Leman-Poniem. 
Sebagaimana umumnya tipikal inti konflik rumah tangga Minang, orang ketiga 
--biasanya salah satu dari pihak keluarga laki2 atau perempuan -- campur tangan 
untuk mengganggu keharmonisan itu. Demi mendengar Leman an Poniem hidup bahagia 
di Deli, keluarga Leman di kampung datang ke sana dengan maksud untuk 
mengawinkannya lagi dengan gadis sekampungnya. Akhirnya, Leman dipaksa oleh 
keluarganya kawin lagi dengan Mariatun, gadis sekampung yang masih punya 
hubungan keluarga dengannya, pilihan familinya sendiri. Perkawinan itu akhirnya 
membawa kesengsaraan kepada diri Leman. 

Melalui Merantau ke Deli, Hamka tidak saja mengeritik Minangkabau dari dalam, 
tetapi juga mulai memperkenalkan kemungkinan menciptakan INDONESIA yang 'utuh' 
melalui pembauran antar etnik melalui  hubungan perkawinan (PARA PERANTAU 
MINANG ANGGOTA LAPAU Rantau-Net INI YANG KAWIN CAMPUR berterima kasihlah kepada 
Hamka). Bagi Hamka agama yang penting: biar berlain etnis, asal sama-sama Islam 
boleh menikah, asalah itu membawa kebahagiaan. Perkawinan antara sesama Minang 
belum menjamin kebahagiaan.

Banyak novelis Indonesia yang bersikap ekslusif, 'bakaluntun-puntun' dalam 
labirin adat etnisnya sendiri. Hamka menunjukkan kecenderungan sebaliknya. 
Mungkin karena sejak muda beliau sudah mengenyam udara rantau dan bergaul rapat 
dg intelektural bumiputera dari berbagai etnis lain.Nasionalisme keindonesiaan 
melalui hubungan perkawinan antar etnis dalam karya sastra kembali 
diperlihatkan Hamka melalui tokoh Zainuddin (yg dari sudut pandang Minangkabau 
dianggap suku Bugis karena ayahnya dari Minang tapi ibunya dari Bugis) dan 
Hayati gadis Minangkabau dalam Tenggelamnya Kapal Van der Wijk.

Berbeda dengan Adinegoro yang mengkhiri novel2nya dg happy ending, kedua2 novel 
Hamka di atas berakhir dengan esedihan. Baik Leman dalam Merantau ke Deli 
maupun Zainuddin dalam Tenggelamnya Kapal Van der Wijk, hidup sengsara dan 
merana. Ini seolah2 mengisyaratkan bahwa dari segi budaya, masih diperlukan 
perjuangan yang kuat dan berterusan untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang 
berbilang puak itu, yang melihat antar sesamnya dalam posisi setara. Hamka, 
melalui novel2nya, seolah mengisyaratkan betapa KEBHINNEKAAN dalam pluralisme 
budaya Indonesia yang berbilang suku itu masih dalam proses pematangan dan 
oleh  karenanya harus terus diperjuangkan.

Kini, bertanyalah para pengunjung lapau ini yang telah memutuskan memilih 
pasangan hidupnya dari etnis yang bukan Minang.. Apakah sumando yang bukan 
Minang itu lah ditarimo elok dek dunsanak di kampuang?

Wassalam,
Suryadi yg daif
 

* Catatan ini sedikit sari dari artikel Suryadi, "Negara Tanpa Bangsa: Fakta 
dan Interpretasi terhadap Wacana Novel Indonesia", Jurnal Melayu (Dewan Bahasa 
dan Pustaka, Kuala Lumpur), Jilid 2, Bilangan 2 (Disember 2004): 162-189. 



      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke