Precedence: bulk


PAKAI TOPENG

        Terhadap sinyalemen bahwa dirinya tak memiliki legitimasi untuk menjabat
sebagai presiden RI, akhirnya Habibie berkeinginan membuktikan sendiri bahwa
dirinya cukup dikenal dan populer di kalangan rakyat, terutama di kalangan
bawah. 
        "Ah, yang meributkan bahwa saya tak memiliki legitimasi kan hanya
segelintir orang, terutama kalangan mahasiswa dan LSM. Rakyat kebanyakan
nggak tuh…," ucapnya suatu ketika kepada isteri tercinta, Ny Ainun Habibie.
        Alkisah, Habibie mengajak dua kader setianya, Eggy dan Jumhur untuk
membuktikan ketidakbenaran sinyalemen tersebut. Mereka pun menuju suatu desa
di dekat Sukabumi. Habibie meminta dua kader setianya untuk menghentikan
kendaraan, ketika ia melihat seorang petani sedang beristirahat di pinggiran
pematang sawah. "Eggy, Jumhur, kalian tanyakan kepada pak tani itu, apa kah
ia mengenal siapa presiden Indonesia yang sekarang…" Eggy dan Jumhur pun
segera bergegas menjumpai si petani tersebut.
        "Selamat pagi, Pak. Apakah bapak mengenal siapa presiden RI sekarang?"
tanya Eggy simpatik. 
Si petani melihat sejenak ke arah Eggy dan Jumhur. Dengan wajah berbinar ia
pun menjawab: "Sudah tentu, presiden kita kan Soeharto." 
Mendengar jawaban si petani tersebut, Eggy dan Jumhur saling pandang, lantas
saling memberi kode. Kini Jumhur yang bertanya, "Itu lho, Pak, presiden kita
yang fasih berbahasa asing dan seorang ahli pesawat terbang." 
Si petani kembali memandang kedua kader setia Habibie itu, sejurus kemudian
dengan wajah acuh tak acuh kembali menjawab, "Kan sudah saya bilang,
presiden kita itu Soeharto…"
        Eggy yang terkenal "licin" dan ahli berdebat itu tak mau kalah. Kali ini,
ia mengeluarkan jurus andalannya, "Itu lho, Pak, yang muslim dan selalu
memperhatikan kepentingan umat." 
Kali ini si petani tak kuasa menahan amarahnya. "Bodoh kalian. Masak orang
kota tak tahu siapa presiden Indonesia yang sekarang. Sudah dibilang
Soeharto, nggak ngerti-ngerti…," katanya ketus seraya meninggalkan si Eggy
dan si Jumhur.
        Dengan menahan marah dan malu, akhirnya si Eggy dan si Jumhur kembali ke
mobil, dan menceritakan semua peristiwa tersebut ke Habibie. Mereka pun
kembali ke Jakarta. Setibanya di Jakarta, Habibie menceritakan semua yang
dialaminya kepada sang isteri tercinta, Ny Ainun Habibie.
        Keesokan harinya, Habibie yang penasaran kembali mengajak Eggy dan Jumhur
menuju desa, di mana sehari sebelumnya mereka menjumpai si petani. Benar
saja, mereka kembali menemukan si petani sedang beristirahat di bawah pohon
di pinggiran jalan. "Hei, Eggy, Jumhur, saya kagum dengan isteri saya. Ia
memberi cara praktis untuk membuat orang desa tolol itu mengetahui siapa
presidennya yang sekarang. Bawa foto ini, tunjukkan dan tanyakan siapa
presiden yang ada di foto tersebut," ujar Habibie seraya menyerahkan foto
berpigura yang biasa terpampang di dinding di kantor-kantor pemerintahan,
sekolah-sekolah, rumah-rumah sakit, dan kantor-kantor swasta itu.
        Kedua kader setia itu pun dengan tergopoh-gopoh berlari menghampiri si
petani. "Pak tani, maaf, ini yang terakhir kali. Ini foto siapa?" tanya si
Eggy. 
"Itu kan foto presiden kita. Saya sering melihatnya di balai desa," jawab si
petani. Eggy dan Jumhur pun tersenyum-senyum puas. "Nah, ada harapan…,"
pikir mereka.
        "Siapa namanya, pak tani?" tanya Jumhur tak sabar.
        "Ya, Soeharto. Itu kan foto Soeharto pakai topeng…," jawab Pak Tani acuh
tak acuh.***

----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke