[teknologia] Re: Term n privacy sebuah blog
Tapi nanti saya bisa dimarahin buku-buku saya yang lain Bang Carlos. Masih terlalu banyak tumpukan buku di meja yang belum juga dibaca-baca. :D BTW, terimakasih untuk informasinya, Bang Carlos. Bagaimana dengan e-booknya? Saya rasa saya bisa mencarikannya. Ilegal memang, but do we have other choice (saya yakin ini akan menimbulkan kontroversi :-)). -- Oskar Syahbana http://www.permagnus.com/ http://blog.permagnus.com/ Wah Oskar, saya gak kuat euy baca ebook di depan komputer. Tapi kamu jagoan pencari e-book ya? Hebathebat. Saya pikir kita punya kok pilihan lain selain e-book. * Pertama, pinjam sama orang yang punya. * Kedua, coba cari di perpustakaan dimana bisa ditemukan buku yang kita ingin cari. * Ketiga, nabung kalau memang merasa benar-benar butuh memiliki buku itu. * Keempat, menunggu versi terjemahan dari buku tersebut, yang biasanya dijual dengan harga lebih terjangkau. * Kelima, minta Bang Carlos kirimin buku itu :D Soal kontroversi. Tidak akan ada kontroversi kalau memang dalam ebook tersebut dicantumkan tulisan untuk di-distribusikan secara bebas. Salam Zaki Akhmad
[teknologia] Re: Ada Apa Dengan Matematika?
On 12/18/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote: 3. Dari konsensus,pendidikan public school pra-university kebanyakanmementingkan kreativitas,PR kurang dipentingkan,apa-apa demikreativitas,akhirnya ini menyebabkan anak2 dengan kemampuan averageatau dibawah average gagal untuk menjadi lebih pintar (dari pendidikan di sekolahnya). Nah untuk yang ini cukup menarik. Sekarang ini trend-nya sekolah2 top di Indonesia (SD/SMP/SMA swasta unggulan) banyak menerapkan metode ini, mereka mementingkan kreativitas, PR, nilai ujian, ranking, dll warisan jaman lampau tidak dipentingkan. Anak digali potensinya menurut bakatnya, kemampuan sains tidak dipaksakan, kalau anaknya memang lebih berminat ke seni misalnya. Ada pendapat teman saya yg anaknya disekolahin di sekolah spt itu bilang kalau itu bagus, dan ternyata anaknya sekarang jadi lebih kreatif, lebih berani mengungkapkan pendapat, dan lebih kritis. Tetapi ada juga teman saya yg lain (kebetulan pernah ke US) berpendapat metode ini sebenarnya menyesatkan juga, karena anak jadi semaunya dan kurang value. gimana sebenarnya ? (untung anak saya masih belom sekolah, jadi masih ada banyak waktu untuk cari tau) Anang
[teknologia] Re: Ada Apa Dengan Matematika?
Nah untuk yang ini cukup menarik. Sekarang ini trend-nya sekolah2 top di Indonesia (SD/SMP/SMA swasta unggulan) banyak menerapkan metode ini, mereka mementingkan kreativitas, PR, nilai ujian, ranking, dll warisan jaman lampau tidak dipentingkan. Anak digali potensinya menurut bakatnya, kemampuan sains tidak dipaksakan, kalau anaknya memang lebih berminat ke seni misalnya. Sekarang sekolah unggulan udah kayak jamur.. namanya unggulan, buat jadi kita tertarik sih.. tapi belum tau gimana isinya. Ada pendapat teman saya yg anaknya disekolahin di sekolah spt itu bilang kalau itu bagus, dan ternyata anaknya sekarang jadi lebih kreatif, lebih berani mengungkapkan pendapat, dan lebih kritis. Tetapi ada juga teman saya yg lain (kebetulan pernah ke US) berpendapat metode ini sebenarnya menyesatkan juga, karena anak jadi semaunya dan kurang value. gimana sebenarnya ? (untung anak saya masih belom sekolah, jadi masih ada banyak waktu untuk cari tau) Nah.. ini yang penting.. share dong temen2 yang di luar.. BTW, kalo dilihat pendidikan jaman baheula (thn 70-80an) dimana sekolah ketat, PR segudang, Hafalan sejubrek, jadi metode lebih baik untuk saat ini ? oot dari matematik ya ? :) -- Arie Reynaldi Zanahar reymanx at gmail.com http://www.reynaldi.or.id
[teknologia] Re: Ada Apa Dengan Matematika?
On 12/19/05, Arie Reynaldi Z [EMAIL PROTECTED] wrote: Nah.. ini yang penting.. share dong temen2 yang di luar.. BTW, kalo dilihat pendidikan jaman baheula (thn 70-80an) dimana sekolah ketat, PR segudang, Hafalan sejubrek, jadi metode lebih baik untuk saat ini ? oot dari matematik ya ? :) Masak iya? Memang sih, zaman saya sekolah dulu PR diberikan tapi rasanya tidak sampai seabreg dan menyebabkan masalah bagi anak didik seperti yang saya dengar saat ini di beberapa sekolah. Atau, karena sekolah dasar saya dulu jauh di kampung? ;) -- amal
[teknologia] Re: Ada Apa Dengan Matematika?
Ada pendapat teman saya yg anaknya disekolahin di sekolah spt itu bilang kalau itu bagus, dan ternyata anaknya sekarang jadi lebih kreatif, lebih berani mengungkapkan pendapat, dan lebih kritis. Tetapi ada juga teman saya yg lain (kebetulan pernah ke US) berpendapat metode ini sebenarnya menyesatkan juga, karena anak jadi semaunya dan kurang value. gimana sebenarnya ? (untung anak saya masih belom sekolah, jadi masih ada banyak waktu untuk cari tau) Nah.. ini yang penting.. share dong temen2 yang di luar.. BTW, kalo dilihat pendidikan jaman baheula (thn 70-80an) dimana sekolah ketat, PR segudang, Hafalan sejubrek, jadi metode lebih baik untuk saat ini ? oot dari matematik ya ? :) Gak OOT doong Rie,justru ini mungkin point paling penting kenapa India dan China bisa menghasilkan scientist jauh lebih banyak daripada AmrikatSerikat. Dari konsensus yang saya ketahui,sistem pendidikan kreativitas itu hanya baik jika anak didik-nya pintar alias jenius karena mereka bisa mengembangkan talentnya lebih lanjut. Tapi jika anak didiknya average/tidak terlalu ber-talenta hasilnya ternyata kurang berhasil membawa anak tersebut menjadi lebih pintar.Sedangkan sistem lama berhasil mengangkat anak2 average menjadi lebih pintar dan berpengetahuan.Respond kawan diatas(yg di AS) cukup make sense sebenarnya(masalah anak jadi semua gue,value,etc) Btw, Mungkin ini gak nyambung yaa,tapi dari pengalaman saya,dari semua software engineer yang saya temui di Valley 85.70% berasal dari Asia,dan saya lihat kualitas mayoritas mereka rata-rata B (alias pintar tapi tidak genius),sedangkan developer lokal dari Amrik secara kuantitas jumlanya jauh lebih sedikit (14.30%) tapi secara kualitas teknis mereka rata-rata AA+.Nah ini mungkin ada hubungan sebagai evolusi dari metode pendidikan diatas. Carlos
[teknologia] Re: Ada Apa Dengan Matematika?
On 12/19/05, Anang Syarifudin [EMAIL PROTECTED] wrote: Nah untuk yang ini cukup menarik. Sekarang ini trend-nya sekolah2 top di Indonesia (SD/SMP/SMA swasta unggulan) banyak menerapkan metode ini, mereka mementingkan kreativitas, PR, nilai ujian, ranking, dll warisan jaman lampau tidak dipentingkan. Anak digali potensinya menurut bakatnya, kemampuan sains tidak dipaksakan, kalau anaknya memang lebih berminat ke seni misalnya. Ada pendapat teman saya yg anaknya disekolahin di sekolah spt itu bilang kalau itu bagus, dan ternyata anaknya sekarang jadi lebih kreatif, lebih berani mengungkapkan pendapat, dan lebih kritis. Tetapi ada juga teman saya yg lain (kebetulan pernah ke US) berpendapat metode ini sebenarnya menyesatkan juga, karena anak jadi semaunya dan kurang value. gimana sebenarnya ? (untung anak saya masih belom sekolah, jadi masih ada banyak waktu untuk cari tau) Kalo dari pengalaman sbg anak he he, yg penting itu orang tua. Saya bisa lihat bahwa orang2 yg bisa dibilang karirnya sukses, orangtuanya punya kemauan kuat untuk mendidik anaknya dan juga berperan sebagai guru dirumah. Terlalu bergantung ke sistem pendidikan kurikulum nggak baik, dan juga harus selalu kritis, soalnya ponakan saya kemarin keluar dari sekolah unggulan (private) karena nggak cocok model belajarnya.
[teknologia] Re: Ada Apa Dengan Matematika?
Kalo dari pengalaman sbg anak he he, yg penting itu orang tua. Saya bisa lihat bahwa orang2 yg bisa dibilang karirnya sukses, orangtuanya punya kemauan kuat untuk mendidik anaknya dan juga berperan sebagai guru dirumah. Terlalu bergantung ke sistem pendidikan kurikulum nggak baik, dan juga harus selalu kritis, soalnya ponakan saya kemarin keluar dari sekolah unggulan (private) karena nggak cocok model belajarnya. Persis,ini seperti 3 hal di email saya sebelumnya kalau peran orang tua masih nomor satu. Bayangin, di AS anak didiknya cenderung average (dan konsumtif/ materialisme), pendidikan kreativisme tanpa melihat kemampuan anak dan orang tua gak mau tahu(atau single parent), ditambah pemujaan material berlebihan yang ditonton anak2 melalui televisi akhirnya tidak mengherankan jika sebagian second-grade school di AS lebih fokus pada metal detector daripada pendidikan (seperti yang ditulis di buku). Carlos
[teknologia] Re: Ada Apa Dengan Matematika?
menarik sekali diskusi ini, sepertinya sudah mengarah ke perkembangan anak, berkaitan dengan metode glenn doman, teori Multiple Intelegence dari Howard gardner dan metode2 lainnya yg dinamakan sebagai pseudosciense yg belum terbukti secara empiris. ga ada salahnya saya posting tulisan dari ibu julia, maaf ibu julia tulisannya saya posting disini. salam, wongcilik Dear semuanya, Metoda ini sudah seliweran bertahunan di milis-milis, tanpa ada yang protes. kalau ada yang protes, yang jualan marah dan ngajak berkelahi. Untuk bisa tahu apakah metoda ini bermanfaat atau tidak, seharusnya kita mempelajari saja pola tumbuh kembang dan prinsip prinsip perkembangan otak dari sumber yang baik. Saya anjurkan sumber yang baik adalah: dari Zero To Three org. http://www.zerotothree.org/ztt_parents.html Selain ia juga membahasa berbagai ilmu di luaran (masayarakat yang membingungkan saat ini) betul atau tidak, mereka juga mengeluarkan majalah, buku-buku, dan ada radio web yang bisa kita dengarkan. Sp's, Sebetulnya gak susah kok dimana kita bisa berdiri kokoh mengasuh anak kita, tidak dibingungkan dengan berbagai publikasi yang menyesatkan. Kalau saja kita selalu berpatokan bahwa tumbuh kembang anak-anak selalu dipengaruhi oleh masalah nature biologis (genetik) dan nurture pengasuhan. Nature biologis akan senantiasa menjadi blue print anak itu tumbuh, dan nurture (pengasuhan) yang baik akan memaksimalkan potensinya. Sehingga ia akan menjadi anak sebagaimana dirinya. Bukan seperti yang dicita-citakan oleh kita yang justru cita-cita itu seringkali menyimpang dari karakteristik dan pola tumbuh kembangnya, itu kalau kita tidak memperhatikan nature biologisnya. Ambil contoh, seperti halnya ingin membuat anak menjadi jenius dengan musik mozart yang dipublish bisa meningkatkan sel sel otak tanpa batas. Itu kan engga mungkin karena faktor genetik akan mengendalikan besar, pola dan kecepatan tumbuh kembang. Glenn Doman dari Human Potensial Institute adalah seorang pencipta ide dari kelompok yang justru tidak melihat faktor nature biologis. Sehingga sajian materinya selalu menggiurkan. Mereka, dengan caranya mencoba seorang anak mempunyai memori yang hebat,memori yang tahan lama (long term tanpa bisa hilang lagi), detil dan tepat, memori fotografis namanya. Itu tah engga normal. Seseorang yang mempunyai memori demikian, sebetulnya akan menjadi anak yang sangat sulit dalam hidupnya. Saya sudah banyak mendongeng tentang memori fotografis di blog ini. http://si-entong.blogspot.com/2004/08/memori-fotografis-1.html Sekalipun anak itu jenius, memori fotografisnya akan hilang juga, karena ia mampu berfikir kreatif dan analisis. Jika seorang anak yang mempunyai memori fotografis tapi tidak diikuti dengan kemampuan kreativitas dan analisis, ia akan menjadi anak tidak normal. Jadi kita musti hati hati ya Bapak Ibu...Kita curahkan waktu dan perhatian kita dalam pola tumbuh kembang yang baik, dalam jalur normal. Salam, Julia Maria van Tiel dan juga : Jika mau mendongengkan siapa Glenn Doman, panjang dan menarik juga. Di Amerika ia dikelompokkan sebagai orang yang melakukan quackery dan health fraudulent (penipuan dalam bidang kesehatan), karena memperdagangkan programnya untuk menyembuhkan (katanya) anak-anak cacat mental, mental retarded, dan brain damage (yang sebetulnya long live disabilities yah!). Menurutnya bisa disembuhkan. Sehingga banyak orang tua mengambil anaknya dari pendidikan sekolah khusus yang mengajarkan kemandirian dan sosialisasi (menyiasati kemampuan si anak agar ia mampu menyandang gangguan tsb dan mampu hidup di tengah-tengah masyarakat). Anaknya dibawa ke Glenn Doman, tidak boleh sekolah karena harus ditreat 40 jam seminggu (menyita waktu ya?). Hasilnya? Abusing terhadap mental anak menjadi stress, waktu anak tersia-sia untuk mempelajari kemandirian, dan menyikat habis duit orang tuanya, orang tuanya berkelahi kiri kanan dengan saudara, dlst. Glenn Doman sekarang sudah tua, usahanya diteruskan oleh putrinya Jannet Doman tetapi tetap membawa nama bapaknya. Usahanya engga lagi ke arah anak-anak cacat, tapi mengikuti trend terakhir menjadi The Prodigy Makers (pembuat super baby jenius) dengan dasar teorinya yang justru bertentangan dengan berbagai temuan ilmiah. Para The Prodigy Makers ini juga selalu dicaci maki oleh berbagai fihak termasuk Zero to three org, karena membuat bingung para orang tua dengan berbagai teorinya yang kelihatan ilmiah tetapi ngawur. Lebih seru lagi kalau bisa membaca bukunya Edward F Zigler dengan judul The First Three Years Beyonds. Disana banyak deh ditampilkan berbagai masalah dan dilema pengasuhan anak batita. Rusuhnya banyak. Munculnya The Prodigy Makers ini karena adanya program pemerintah US Early Head Start yaitu penyantunan anak-anak berkebutuhan khusus (special needs) dari keluarga miskin. Oleh pemerintah anak-anak ini diberi full screening dan berbagai intervensi dini, maksudnya agar nanti saat usia 5 tahun ia sudah siap secara fisik dan psikis (mental, emosional,