[teknologia] Re: Term n privacy sebuah blog

2005-12-18 Terurut Topik Zaki Akhmad

  Tapi nanti saya bisa dimarahin buku-buku saya yang lain Bang Carlos.
  Masih terlalu banyak tumpukan buku di meja yang belum juga dibaca-baca.
  :D
 
  BTW, terimakasih untuk informasinya, Bang Carlos.
 
 Bagaimana dengan e-booknya? Saya rasa saya bisa mencarikannya. Ilegal
 memang, but do we have other choice (saya yakin ini akan menimbulkan
 kontroversi :-)).
 --
 Oskar Syahbana
 http://www.permagnus.com/
 http://blog.permagnus.com/

Wah Oskar, saya gak kuat euy baca ebook di depan komputer. Tapi kamu
jagoan pencari e-book ya? Hebathebat.

Saya pikir kita punya kok pilihan lain selain e-book.
* Pertama, pinjam sama orang yang punya.
* Kedua, coba cari di perpustakaan dimana bisa ditemukan buku yang kita
ingin cari.
* Ketiga, nabung kalau memang merasa benar-benar butuh memiliki buku
itu.
* Keempat, menunggu versi terjemahan dari buku tersebut, yang biasanya
dijual dengan harga lebih terjangkau.
* Kelima, minta Bang Carlos kirimin buku itu :D

Soal kontroversi. Tidak akan ada kontroversi kalau memang dalam ebook
tersebut dicantumkan tulisan untuk di-distribusikan secara bebas.

Salam
Zaki Akhmad



[teknologia] Re: Ada Apa Dengan Matematika?

2005-12-18 Terurut Topik Anang Syarifudin
On 12/18/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
3. Dari konsensus,pendidikan public school pra-university kebanyakanmementingkan kreativitas,PR kurang dipentingkan,apa-apa demikreativitas,akhirnya ini menyebabkan anak2 dengan kemampuan averageatau dibawah average gagal untuk menjadi lebih pintar (dari pendidikan
di sekolahnya).

Nah untuk yang ini cukup menarik. Sekarang ini
trend-nya sekolah2 top di Indonesia (SD/SMP/SMA
swasta unggulan) banyak menerapkan metode ini, mereka
mementingkan kreativitas, PR, nilai ujian, ranking, dll warisan jaman
lampau tidak dipentingkan. Anak digali potensinya menurut bakatnya,
kemampuan sains tidak dipaksakan, kalau anaknya memang lebih berminat
ke seni misalnya.

Ada pendapat teman saya yg anaknya disekolahin di sekolah spt itu
bilang kalau itu bagus, dan ternyata anaknya sekarang jadi lebih
kreatif, lebih berani mengungkapkan pendapat, dan lebih kritis.

Tetapi ada juga teman saya yg lain (kebetulan pernah ke US) berpendapat
metode ini sebenarnya menyesatkan juga, karena anak jadi semaunya dan
kurang value.

gimana sebenarnya ?
(untung anak saya masih belom sekolah, jadi masih ada banyak waktu untuk cari tau)

Anang



[teknologia] Re: Ada Apa Dengan Matematika?

2005-12-18 Terurut Topik Arie Reynaldi Z

  Nah untuk yang ini cukup menarik.  Sekarang  ini  trend-nya  sekolah2 top
 di  Indonesia  (SD/SMP/SMA swasta unggulan)  banyak menerapkan  metode ini,
 mereka mementingkan kreativitas, PR, nilai ujian, ranking, dll warisan jaman
 lampau tidak dipentingkan. Anak digali potensinya menurut bakatnya,
 kemampuan sains tidak dipaksakan, kalau anaknya memang lebih berminat ke
 seni misalnya.
Sekarang sekolah unggulan udah kayak jamur.. namanya unggulan, buat
jadi kita tertarik sih.. tapi belum tau gimana isinya.

  Ada pendapat teman saya yg anaknya disekolahin di sekolah spt itu bilang
 kalau itu bagus, dan ternyata anaknya sekarang jadi lebih kreatif, lebih
 berani mengungkapkan pendapat, dan lebih kritis.

  Tetapi ada juga teman saya yg lain (kebetulan pernah ke US) berpendapat
 metode ini sebenarnya menyesatkan juga, karena anak jadi semaunya dan kurang
 value.
  gimana sebenarnya ?
  (untung anak saya masih belom sekolah, jadi masih ada banyak waktu untuk
 cari tau)

Nah.. ini yang penting.. share dong temen2 yang di luar.. BTW, kalo
dilihat pendidikan jaman baheula (thn 70-80an) dimana sekolah ketat,
PR segudang, Hafalan sejubrek, jadi metode lebih baik untuk saat ini ?
oot dari matematik ya ? :)

--
Arie Reynaldi Zanahar
reymanx at gmail.com
http://www.reynaldi.or.id


[teknologia] Re: Ada Apa Dengan Matematika?

2005-12-18 Terurut Topik Ikhlasul Amal

On 12/19/05, Arie Reynaldi Z [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Nah.. ini yang penting.. share dong temen2 yang di luar.. BTW, kalo
 dilihat pendidikan jaman baheula (thn 70-80an) dimana sekolah ketat,
 PR segudang, Hafalan sejubrek, jadi metode lebih baik untuk saat ini ?
 oot dari matematik ya ? :)


Masak iya?
Memang sih, zaman saya sekolah dulu PR diberikan tapi rasanya tidak
sampai seabreg dan menyebabkan masalah bagi anak didik seperti yang
saya dengar saat ini di beberapa sekolah.

Atau, karena sekolah dasar saya dulu jauh di kampung? ;)

--
amal


[teknologia] Re: Ada Apa Dengan Matematika?

2005-12-18 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

   Ada pendapat teman saya yg anaknya disekolahin di sekolah spt itu bilang
  kalau itu bagus, dan ternyata anaknya sekarang jadi lebih kreatif, lebih
  berani mengungkapkan pendapat, dan lebih kritis.
 
   Tetapi ada juga teman saya yg lain (kebetulan pernah ke US) berpendapat
  metode ini sebenarnya menyesatkan juga, karena anak jadi semaunya dan kurang
  value.
   gimana sebenarnya ?
   (untung anak saya masih belom sekolah, jadi masih ada banyak waktu untuk
  cari tau)

 Nah.. ini yang penting.. share dong temen2 yang di luar.. BTW, kalo
 dilihat pendidikan jaman baheula (thn 70-80an) dimana sekolah ketat,
 PR segudang, Hafalan sejubrek, jadi metode lebih baik untuk saat ini ?
 oot dari matematik ya ? :)


Gak OOT doong Rie,justru ini mungkin point paling penting kenapa India
dan China bisa menghasilkan scientist jauh lebih banyak daripada
AmrikatSerikat.

Dari konsensus yang saya ketahui,sistem pendidikan kreativitas itu
hanya baik jika anak didik-nya pintar alias jenius karena mereka bisa
mengembangkan talentnya lebih lanjut.

Tapi jika anak didiknya average/tidak terlalu ber-talenta hasilnya
ternyata kurang berhasil membawa anak tersebut menjadi lebih
pintar.Sedangkan sistem lama berhasil mengangkat anak2 average menjadi
lebih pintar dan berpengetahuan.Respond kawan diatas(yg di AS) cukup
make sense sebenarnya(masalah anak jadi semua gue,value,etc)

Btw, Mungkin ini gak nyambung yaa,tapi dari pengalaman saya,dari semua
software engineer yang saya temui di Valley 85.70% berasal dari
Asia,dan saya lihat kualitas mayoritas mereka rata-rata B (alias pintar
tapi tidak genius),sedangkan developer lokal dari Amrik secara
kuantitas jumlanya jauh lebih sedikit (14.30%) tapi secara kualitas
teknis mereka rata-rata AA+.Nah ini mungkin ada hubungan sebagai
evolusi dari metode pendidikan diatas.


Carlos



[teknologia] Re: Ada Apa Dengan Matematika?

2005-12-18 Terurut Topik rofiq

On 12/19/05, Anang Syarifudin [EMAIL PROTECTED] wrote:



  Nah untuk yang ini cukup menarik.  Sekarang  ini  trend-nya  sekolah2 top
 di  Indonesia  (SD/SMP/SMA swasta unggulan)  banyak menerapkan  metode ini,
 mereka mementingkan kreativitas, PR, nilai ujian, ranking, dll warisan jaman
 lampau tidak dipentingkan. Anak digali potensinya menurut bakatnya,
 kemampuan sains tidak dipaksakan, kalau anaknya memang lebih berminat ke
 seni misalnya.

  Ada pendapat teman saya yg anaknya disekolahin di sekolah spt itu bilang
 kalau itu bagus, dan ternyata anaknya sekarang jadi lebih kreatif, lebih
 berani mengungkapkan pendapat, dan lebih kritis.

  Tetapi ada juga teman saya yg lain (kebetulan pernah ke US) berpendapat
 metode ini sebenarnya menyesatkan juga, karena anak jadi semaunya dan kurang
 value.

  gimana sebenarnya ?
  (untung anak saya masih belom sekolah, jadi masih ada banyak waktu untuk
 cari tau)

Kalo dari pengalaman sbg anak he he, yg penting itu orang tua. Saya
bisa lihat bahwa orang2 yg bisa dibilang karirnya sukses, orangtuanya
punya kemauan kuat untuk mendidik anaknya dan juga berperan sebagai
guru dirumah. Terlalu bergantung ke sistem pendidikan kurikulum nggak
baik, dan juga harus selalu kritis, soalnya ponakan saya kemarin
keluar dari sekolah unggulan (private) karena nggak cocok model
belajarnya.


[teknologia] Re: Ada Apa Dengan Matematika?

2005-12-18 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

 Kalo dari pengalaman sbg anak he he, yg penting itu orang tua. Saya
 bisa lihat bahwa orang2 yg bisa dibilang karirnya sukses, orangtuanya
 punya kemauan kuat untuk mendidik anaknya dan juga berperan sebagai
 guru dirumah. Terlalu bergantung ke sistem pendidikan kurikulum nggak
 baik, dan juga harus selalu kritis, soalnya ponakan saya kemarin
 keluar dari sekolah unggulan (private) karena nggak cocok model
 belajarnya.

Persis,ini seperti 3 hal di email saya sebelumnya kalau peran orang tua
masih nomor satu.

Bayangin, di AS anak didiknya cenderung average (dan konsumtif/
materialisme), pendidikan kreativisme tanpa melihat kemampuan anak dan
orang tua gak mau tahu(atau single parent), ditambah pemujaan material
berlebihan yang ditonton anak2 melalui
televisi akhirnya tidak mengherankan jika sebagian second-grade school
di AS lebih fokus pada metal detector daripada pendidikan (seperti
yang ditulis di buku).


Carlos



[teknologia] Re: Ada Apa Dengan Matematika?

2005-12-18 Terurut Topik wongcilik

menarik sekali diskusi ini, sepertinya sudah mengarah ke perkembangan anak,
berkaitan dengan metode glenn doman, teori Multiple Intelegence dari Howard
gardner dan metode2 lainnya yg dinamakan sebagai pseudosciense yg belum
terbukti secara empiris.

ga ada salahnya saya posting tulisan dari ibu julia, maaf ibu julia
tulisannya saya posting disini.

salam,
wongcilik

Dear semuanya,

Metoda ini sudah seliweran bertahunan di milis-milis, tanpa ada yang
protes. kalau ada yang protes, yang jualan marah dan
ngajak berkelahi.

Untuk bisa tahu apakah metoda ini bermanfaat atau tidak, seharusnya
kita mempelajari saja pola tumbuh kembang dan prinsip prinsip
perkembangan otak dari sumber yang baik. Saya anjurkan sumber yang
baik adalah: dari Zero To Three org.
http://www.zerotothree.org/ztt_parents.html
Selain ia juga membahasa berbagai ilmu di luaran (masayarakat yang
membingungkan saat ini) betul atau tidak, mereka juga mengeluarkan
majalah, buku-buku, dan ada radio web yang bisa kita dengarkan.

Sp's,
Sebetulnya gak susah kok dimana kita bisa berdiri kokoh mengasuh
anak kita, tidak dibingungkan dengan berbagai publikasi yang
menyesatkan.
Kalau saja kita selalu berpatokan bahwa tumbuh kembang anak-anak
selalu dipengaruhi oleh masalah nature biologis (genetik) dan
nurture pengasuhan.
Nature biologis akan senantiasa menjadi blue print anak itu tumbuh,
dan nurture (pengasuhan) yang baik akan memaksimalkan potensinya.
Sehingga ia akan menjadi anak sebagaimana dirinya. Bukan seperti
yang dicita-citakan oleh kita yang justru cita-cita itu seringkali
menyimpang dari karakteristik dan pola tumbuh kembangnya, itu kalau
kita tidak memperhatikan nature biologisnya.

Ambil contoh, seperti halnya ingin membuat anak menjadi jenius
dengan musik mozart yang dipublish bisa meningkatkan sel sel otak
tanpa batas. Itu kan engga mungkin karena faktor genetik akan
mengendalikan besar, pola dan kecepatan tumbuh kembang.

Glenn Doman dari Human Potensial Institute adalah seorang pencipta
ide dari kelompok yang justru tidak melihat faktor nature biologis.
Sehingga sajian materinya selalu menggiurkan. Mereka, dengan caranya
mencoba seorang anak mempunyai memori yang hebat,memori yang tahan
lama (long term tanpa bisa hilang lagi), detil dan tepat, memori
fotografis namanya. Itu tah engga normal. Seseorang yang mempunyai
memori demikian, sebetulnya akan menjadi anak yang sangat sulit
dalam hidupnya.
Saya sudah banyak mendongeng tentang memori fotografis di blog ini.
http://si-entong.blogspot.com/2004/08/memori-fotografis-1.html

Sekalipun anak itu jenius, memori fotografisnya akan hilang juga,
karena ia mampu berfikir kreatif dan analisis. Jika seorang anak
yang mempunyai memori fotografis tapi tidak diikuti dengan kemampuan
kreativitas dan analisis, ia akan menjadi anak tidak normal.

Jadi kita musti hati hati ya Bapak Ibu...Kita curahkan waktu dan
perhatian kita dalam pola tumbuh kembang yang baik, dalam jalur
normal.

Salam,
Julia Maria van Tiel

dan juga :

 Jika mau mendongengkan siapa Glenn Doman, panjang dan menarik juga.
Di Amerika ia dikelompokkan sebagai orang yang melakukan quackery
dan health fraudulent (penipuan dalam bidang kesehatan), karena
memperdagangkan programnya untuk menyembuhkan (katanya) anak-anak
cacat mental, mental retarded, dan brain damage (yang sebetulnya
long live disabilities yah!). Menurutnya bisa disembuhkan. Sehingga
banyak orang tua mengambil anaknya dari pendidikan sekolah khusus
yang mengajarkan kemandirian dan sosialisasi (menyiasati kemampuan
si anak agar ia mampu menyandang gangguan tsb dan mampu hidup di
tengah-tengah masyarakat). Anaknya dibawa ke Glenn Doman, tidak
boleh sekolah karena harus ditreat 40 jam seminggu (menyita waktu
ya?). Hasilnya? Abusing terhadap mental anak menjadi stress, waktu
anak tersia-sia untuk mempelajari kemandirian, dan menyikat habis
duit orang tuanya, orang tuanya berkelahi kiri kanan dengan saudara,
dlst.
Glenn Doman sekarang sudah tua, usahanya diteruskan oleh putrinya
Jannet Doman tetapi tetap membawa nama bapaknya. Usahanya engga lagi
ke arah anak-anak cacat, tapi mengikuti trend terakhir menjadi The
Prodigy Makers (pembuat super baby jenius) dengan dasar teorinya
yang justru bertentangan dengan berbagai temuan ilmiah. Para The
Prodigy Makers ini juga selalu dicaci maki oleh berbagai fihak
termasuk Zero to three org, karena membuat bingung para orang tua
dengan berbagai teorinya yang kelihatan ilmiah tetapi ngawur. Lebih
seru lagi kalau bisa membaca bukunya Edward F Zigler dengan judul
The First Three Years  Beyonds. Disana banyak deh ditampilkan
berbagai masalah dan dilema pengasuhan anak batita. Rusuhnya banyak.

Munculnya The Prodigy Makers ini karena adanya program pemerintah US
Early Head Start yaitu penyantunan anak-anak berkebutuhan khusus
(special needs) dari keluarga miskin. Oleh pemerintah anak-anak ini
diberi full screening dan berbagai intervensi dini, maksudnya agar
nanti saat usia 5 tahun ia sudah siap secara fisik dan psikis
(mental, emosional,