[teknologia] Re: developer game 3d wanted..... [bukan sepam nih]
didik achmadi wrote: ... Salah satu syaratnya adalah ORANG INDONESIA. Ini harga yang teramat sangat susah banget nawarnya, soalnya big boss disini orangnya nasionalis banget. Dulu sempat pernah bikin IT camp, udah deal dengan berbagai perusahaan gede (Singtel, ORACLE, etc) tapi gara2 banyakan yang masuk orang india en china akhirnya proyek itu batal. Sayang banget. Luar biasa. Saya salut dengan Big Boss di perusahaan Mas Didik. Semoga hal tersebut bisa mempercepat perkembangan IT di Indonesia. Sukses.
[teknologia] China/India, Technology Indonesia
Saya mendapat kiriman artikel bagus via japri dari mantan Konjen KJRI Mumbai, Rahardjo Mustadjab. Beliau semasa masih aktif bertugas di Mumbai (Bombay) rajin memotivasi kita2 via milis ppiindia. Tulisan ini bersifat filosofis, bukan teknis. Jadi, mohon maaf bila ada yg tdk berkenan atau 'melanggar' guideline milis ini. bagi yg tidak sempat baca semuanya (tapi, sangat disayangkan kalau tidak dibaca), ada satu poin penting yg dia kemukakan: bahwa diaspora India yg dikuatirkan berakibat brain drain justru sebaliknya malah menimbulkan brain gain. Remember my previous point ttg perlunya banyak diaspora indo di amrik spt Carlos, dll. salam, (fatih) Opinion and Editorial - February 16, 2006The Jakarta PostRahardjo Mustadjab, JakartaWhat is the common wealth-generating denominator ofthe rich nations on Earth? I believe the correctanswer to this question is technology, not natural resources, which Indonesia has in abundance.Technology is often a quantifiable, tangiblecommodity; it can be bought if you do not have it. Butif a country has basic needs to satisfy, borrowedtechnology often leads to a misplaced allocation of resources. This is the bitter lesson learned fromIndonesia's recent history. Making technologyIndonesia's own is a long process, one must start byproperly training not only scientists and engineers,but also lower levels of technicians and craftsmen -- that is what the Japanese did in their MeijiRestoration.India's great leader, Jawaharlal Nehru, posed thequestion: What will make a future independent Indiafree from poverty? Sir Ardeshir Dalal, a council member of the viceroy gave the answer.First, he said, they needed to establish world-classcenters of higher technical education.Second, India had to establish equally world-classresearch institutes. Acting on this advice, India established its Indian Institutes of Technology (IITs)in Kharagpur, Bombay, Madras, Kanpur, Delhi, Guwahatiand Roorkey.Singapore's Lee Kuan Yew also posed the same questionand came up with exactly the same answer. Lee's technocrats revamped education in the city-state andwent on to establish the famous Nanyang TechnologicalUniversity.Unlike in Indonesia, in India one can find engineeringcolleges and other professional schools far more easily than those offering other majors. For instance,this writer found that in Mumbai (formerly Bombay)alone there were 30 engineering colleges. The state ofTamil Nadu (where Madras is located), meanwhile, has 230 and Pune has 40.With the sheer number of their engineers, it is a safebet to predict that China and India will becomefull-fledged world superpowers very soon. Last year,China graduated 600,000 new engineers and India 250,000. America's 70,000 makes U.S. columnist ThomasFriedman of the New York Times worry that the U.S.'dominance in science and technology is on the decline.The Chinese also happen to be the largest group of foreign students on U.S. campuses, with Indians comingsecond. Many of them too are studying science andtechnology.The concept of the brain-drain is history, andIndians are now talking about brain gain. Two million Indians who reside in the U.S., including35,000 graduates of the famed IIT, earned $60,000 perperson a year, nearly as much as Japanese who residein the U.S. make. The amount that is earned by the Indian diaspora is far above the U.S. median income of$35,000.Many have returned to Bangalore, Mumbai or Delhi toestablish enterprises or teach in the new India.Remember Laksmi Mittal? He set up PT IspatIndo in Surabaya when he was a youngster, with scrap ironsupplied by the Madurese. With these modestbeginnings, he bought ailing metal industries in thewestern hemisphere. His Midas touch turned them intoprofitable enterprises. Now he is the biggest metal industrialist in the world and the richest man in theUnited Kingdom. A British subject who remains anIndian at heart, he invests handsomely in India.Although the size of its middle class is bigger than Indonesia's entire population, far more Indians arestill in what technologists call the first wave --agriculture -- and are struggling for access toinfrastructure. Still, many make a living in the second wave -- industry -- working in textiles,pharmaceuticals, metals, heavy equipment, powergeneration, gem mining, you name it.And, perhaps India is the only Third World country that is also making it big in the third wave ofinformation technology. True, India does have some bigestablished names in the industry. But softwarepioneering firm Wipro's Azim Premji and Infosys founder Narayana Murhym of the third wave are evenbigger, not only in terms of their fortunes, but alsoin their impact as role models.Under the third wave paradigm, foreign investment goesto where the brain power is, rather than to where the market is. Last year, Microsoft invested US$1.7billion new money into its existing research anddevelopment center in Bangalore. And Cisco Systems putin $1.1 billion, while chip-maker Intel managed tochip in $1
[teknologia] Re: China/India, Technology Indonesia
Tampaknya yang lebih kedengaran adalah pendidikan science and technology. Bagaimana dengan pendidikan bisnis? Seperti MIT Sloan School, HBS, ataupun Kellog Northwestern University? Apakah sekolah2 tersebut benar2 terselenggara, bukan cuma memiliki nama besar doang? Kalau di India dan Cina, banyakkah sekolah2 seperti itu? Sorry nanya semua nih, maklum, belum punya pengalaman tentang pendidikan di luar negeri... regards, Dicky Arinal
[teknologia] Re: China/India, Technology Indonesia
Dicky Arinal wrote: Tampaknya yang lebih kedengaran adalah pendidikan science and technology. Bagaimana dengan pendidikan bisnis? Seperti MIT Sloan School, HBS, ataupun Kellog Northwestern University? wah , temen2 saya orang india banyak yang resign dari perusahaanya (after making money of course) dan kemudian ambil management school di Kellog dan Sloan. Again, if you come to these school , you'll find Rajesh Pandey and Ming Qing Ho :-) FYA , banyak persh amerka dan eropa termasuk financial firm/private banking yang *sudah* dipimpin oleh manager dari India dan China mainland/hongkong.. -mcp
[teknologia] Re: China/India, Technology Indonesia
bahwa diaspora India yg dikuatirkan berakibat brain drain justru sebaliknya malah menimbulkan brain gain. Remember my previous point ttg perlunya banyak diaspora indo di amrik spt Carlos, dll. kita bikin strategi jangka panjang dan jangka pendek. yang jangka pendek, untuk SDM yang bermotivasi tinggi dan kualifikasi teknisnya passed , langsung di-silicon-valley-saja kan. Yang ini sudah berjalan (dengan sendirinya) sebenarnya saat ini. untuk jangka panjang, anak2 SMA yg masih fresh diajarkan unix/linux/networking/ajax/ oracle/embedded dan diberitahu kalau bisa melakukan sesuatu, nanti bisa bekerja disana/disini --bantu orang tua -- etc , jadi di-imingi2 yg bagus2 supaya semuanya belajar IT. carlos
[teknologia] Re: China/India, Technology Indonesia
kita bikin strategi jangka panjang dan jangka pendek.yang jangka pendek, untuk SDM yang bermotivasi tinggi dan kualifikasi teknisnya passed , langsung di-silicon-valley-saja kan. Yang inisudah berjalan (dengan sendirinya) sebenarnya saat ini.untuk jangka panjang, anak2 SMA yg masih fresh diajarkanunix/linux/networking/ajax/ oracle/embedded dan diberitahu kalau bisa melakukan sesuatu, nanti bisa bekerja disana/disini --bantu orang tua-- etc , jadi di-imingi2 yg bagus2 supaya semuanya belajar IT. Setuju dengan carlos, saya ngga tahu apakah skrg mahasiswa kita di indo tahu what after next his/her study. saya mengalami hal yang sama dulu belajar komputer ngga ngerti mau belajar apa semuanya di pelajarin karena punya punya prinsip kalau bisa ini itu pasti berguna, tapi alangkah baiknya kalau kita2 yang sudah punya pengalaman kerja di luar negeri bisa berbagi pengalaman untuk menciptakan pengikut baru supaya bisa di flood di Valleyor what ever. setahu saya di milis ini kan ada dosen dari UI, ITB, ITS, Gunadarma, atau STM/SMA etc tinggal bikin kuliah umum aja dan ngeset waktu temen2 yang kerja dan punya pengalaman di luar pada saat libur ke indo untuk kasih kuliah umum di kampus tsb. Paling tidak bisa memotivasi mahasiswa, misalnya kita bilang kamu mau jadi apa... kalau mau jadi ini belajarnya ini dan ini, kalau yang ngomong yang memang jadi pelaku di real world, pasti banyak yang ter-hipnotis jadi bisa memotivasi banyak mahasiswa utk belajar yang focus untuk flood SV. Tabik Adjie ---What next-
[teknologia] Re: China/India, Technology Indonesia
Adjie wrote: kita bikin strategi jangka panjang dan jangka pendek. yang jangka pendek, untuk SDM yang bermotivasi tinggi dan kualifikasi teknisnya passed , langsung di-silicon-valley-saja kan. Yang ini sudah berjalan (dengan sendirinya) sebenarnya saat ini. untuk jangka panjang, anak2 SMA yg masih fresh diajarkan unix/linux/networking/ajax/ oracle/embedded dan diberitahu kalau bisa melakukan sesuatu, nanti bisa bekerja disana/disini --bantu orang tua -- etc , jadi di-imingi2 yg bagus2 supaya semuanya belajar IT. Setuju dengan carlos, saya ngga tahu apakah skrg mahasiswa kita di indo tahu what after next his/her study. saya mengalami hal yang sama dulu belajar komputer ngga ngerti mau belajar apa semuanya di pelajarin karena punya punya prinsip kalau bisa ini itu pasti berguna, wah kalau saya dulu pas tahun 1997-1998an muncul kesadaran sejak tahu perkembangan dot-com (dari jaman netscape ipo) di usa saat itu, saya waktu itu heran koq IT bisa booming banget karena setelah saya lihat dan pelajari materi teknologinya, ternyata gak susah susah banget. Yang bikin tambah penasaran koq ternyata (dari artikel yg saya baca) kebanyakan engineer2nya muncul dari india, artinya kan dari negara dunia ketiga juga, lalu mikir, kalo mereka bisa berarti gue juga bisa donk ;-) tapi alangkah baiknya kalau kita2 yang sudah punya pengalaman kerja di luar negeri bisa berbagi pengalaman untuk menciptakan pengikut baru supaya bisa di flood di Valleyor what ever. sip , paling tidak dari virtual milis dulu dech. setahu saya di milis ini kan ada dosen dari UI, ITB, ITS, Gunadarma, atau STM/SMA etc tinggal bikin kuliah umum aja dan ngeset waktu temen2 yang kerja dan punya pengalaman di luar pada saat libur ke indo untuk kasih kuliah umum di kampus tsb. Ha 3x :-) saya kayaknya sudah dipesen nich, terus terang sich saya ndak bisa beri kuliah di universitas, tapi kalau ditraktir di warteg atau warpad ya silahkan nanti semuanya saya kasih tahu (termasuk apa yg mesti dipelajari,dst). Paling tidak bisa memotivasi mahasiswa, misalnya kita bilang kamu mau jadi apa... kalau mau jadi ini belajarnya ini dan ini, kalau yang ngomong yang memang jadi pelaku di real world, pasti banyak yang ter-hipnotis jadi bisa memotivasi banyak mahasiswa utk belajar yang focus untuk flood SV. betul Djie , langsung aja dikasih tahu kerjanya seperti apa dan incomenya berapa kalau kerja di RD , pasti jadi semangat dan terbangun kesadaranya :-) carlos
[teknologia] Re: Dicari Indie Bands
Budi Rahardjo wrote: http://rahard.wordpress.com/2006/03/07/dicari-bandartispenyanyi-indie/ saya mau terjun ke dunia jualan musik digital. ada kawan yang indie bands? artis? anda sendiri? mau jual lagunya? -- budi Pak Budi mau bikin startup seperti lala.com yach ? Ini baru baca kemaren di SJMN , ada vc-based startup baru yang planya mirip2 dengan Pak Budi: http://www.lala.com/frontend/action/aboutlala -mcp
[teknologia] Re: developer game 3d wanted..... [bukan sepam nih]
On 3/7/06, rofiq [EMAIL PROTECTED] wrote: On 3/6/06, didik achmadi [EMAIL PROTECTED] wrote: Dulu kalo gak salah pernah ada yang posting di teknologia soal demo reel game 3d bikinan bangsa Indonesia (kalau gak salah bajaj ato bemo). Nha itu orang nya masih ada gak ? kalo masih ada, bisa dong saya minta tolong dikasi kontaknya. Soalnya kebetulan di tempat saya nih lagi butuh banget orang-orang yang ngerti programming/scripting 3d. masih ada, kalau mau langsung ke komunitas game developer indonesia saja di http://www.gamedevid.org, forumnya cukup ramai dan membahas segala aspek game development. Jadi inget, beberapa waktu yang lalu saya ditawarin untuk kerja di Xing Interactive (xinginternational.com) sebagai game developer. Sempat saling berkirim surat sama CEO-nya, tanya tentang kemungkinan bekerja secara remote, dan akhirnya ada yang ngirimin saya term and license agreement-nya. Berikut cuplikannya : Setelah games selesai , dikirim dan direview tim kami, developer akan mendapat 25% dari harga per gamesnya (1-1.2 juta per games tergantung kualitas). dan 75% sisanya akan dikirim setelah source code nya diterima dan direview tim teknis disini.full versiond an source code menjadi milik publisher. [Xing tidak akan mengganti logo ataupun graphics dari developer. games akan dipasarkan sebagaimana aslinya, termasuk jika ada credits untuk orang2 tertentu yang diinginkan developer untuk ditampilkan di games nya] [pada prinsipnya, games2 yang berasal dari ide kami selalu yang simple. kebanyakan adalah puzzle atau games lainnya yang sudah sangat populer sebelumnya e.g. tetris,snake, bejeweled, etc. maka dari itu harganya hanya berkisar dari situ saja. 1 - 1.2 jt. selama ini developer indonesia kayaknya oke-oke aja kualitasnya :-), jadi tidak ada alasan untuk membayar mereka kurang dari harga tersebut. ini juga berkaitan dengan policy di perusahaan untuk mobile games yang harganya memang sudah di budget segitu untuk tahun ini. juga berlaku sama untuk negara lainnya hanya kursnya saja yang diubah, maksimum 110 $] 1 game hanya 1 - 1.2 juta / $110. Saya langsung kaget bacanya, dan langsung menolak tawaran tersebut. Apa memang membuat game itu segitu mudahnya sampai harganya cuma sekitar $110? Ada yang punya pengalaman mengembangkan dan menjual game? -- Demi masa..
[teknologia] Intel gandeng perakit PC lokal
http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2006/03/08/brk,20060308-74887,id.html Intel pun sadar potensi pasar Indonesia. Walaupun belum menyentuh IC design ataupun IC manufacturing, tapi daya serap pasar Indonesia untuk PC home entertainment memang bisa dicoba! Mitra lokal masih punya banyak peluang... ___ Telefonate ohne weitere Kosten vom PC zum PC: http://messenger.yahoo.de