lamun kitu mah, wilujeng ka kang Ace, mugia sing ka untun tipung ka tambang 
beas, laksana ka pamaksadan 



----- Pesan Asli ----
Dari: tantan hermansah <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: urangsunda@yahoogroups.com
Terkirim: Minggu, 5 Oktober, 2008 16:08:17
Topik: [Urang Sunda] Empat Penggal Cerita Mudik Idul Fitri 1429 H


Ass, 
Saderek sadaya. 
Lalakon kuring mudik ka Banten. Punten, ieu ditulis ku bahasa Indonesia keneh. 
Wass

baktos
Tantan. 


Kisah Pertama: Menuju Banten

Alhamdulillah. Begitulah ucap saya ketika ternyata cukup memiliki kesempatan 
untuk pulang mudik. Ya, meski bukan ke kampung halaman tempat tumpahdarah, 
namun setiap ada kesempatan ini, selalu menggembirakan. 
Kami sekeluarga pulang ke rumah mertua alias kampung istri saya. Untuk pergi ke 
sana, saya meminjam mobil kawan sekantor dan meminta bantuan tetangga untuk 
menyopiri mobil tersebut. Sebab rencananya kami hanya diantar saja, adapun 
mobilnya sendiri kemudian dipulangkan kembali kepada pemiliknya. 

Kami pulang hari Ahad, tanggal 28 September, atau 28 Ramadhan. Saya, Reni 
(istri), Binda (anak I), dan Javid (anak II) dan Pembantu saya. Selain itu, 
tentu saja ada Pak Salim (sopir), dan anaknya (Ika) yang mau ikut. Maklum, Ika 
adalah kawan akrab kedua anak kami, selain memang Pak Salim adalah tetangga 
sebelah rumah persis. 

Berangkat dari Bogor, sekitar jam 1.45. Sengaja dipilih waktu demikian agar 
kami bisa tiba di Banten menjelang buka. Dan benar saja, kelak kami tiba 
sekitar seperempat jam sebelum bedug magrib berkumandang. 

JASINGA

Perjalanan sengaja memilih lewat Jasinga. Tidak lewat tol seperti biasa. 
Sengaja, selain menghemat anggaran paling tidak untuk Tol, juga dari sisi jarak 
tempuh juga berkurang jauh. Oh ya, ada pertimbangan lain melewati Jasinga yakni 
menghindari kemacetan. Toh meski lewat jalur alternatif, menurut Asep, adik 
saya yang sehari sebelumnya melewati rute tersebut dengan menggunakan motor, 
jalannya juga cukup baik. 

Kami melewati Jasinga tidak ngebut. Bahkan kecepatan relatif pelan, sekitar 
40-50 km/jam. Hal ini dikarenakan jalannya tidak terlalu lebar dan banyak 
sekali tikungan. 

Pemandangan hijau di sepanjang jalan, kebun-kebun penduduk, sawah, kebun sawit 
PTPN VIII, menjadi hiasan yang memanjakan mata kami. Sayang, kedua anak saya 
kurang bisa menikmati perjalanan karena mabuk dan kelelahan. Javid, meski 
sempat tidur siang dan makan dulu, tetapi sudah mabuk duluan ketika masuk ke 
daerah Leuwi liang. Sedangkan Binda yang berpuasa terus, sejak masuk mobil 
sudah minta untuk "allahumma laka sumtu" alias minta berbuka puasa. 

Kami sampai di Banten benar-benar menjelang magrbib. Ternyata di sana sudah 
disediakan Es Kelapa Muda yang enak, Ikan tenggiri, dan petai. Maka ketika 
waktu berbuka puasa tiba, kami tidak bisa tidak makan dengan sangat lahap. 
 
Kisah Kedua; Krisis Air

Di Banten, tepatnya di kampung Babakan Lor tempat mertua saya tinggal, air 
sedang kering (sekali). Untuk mandi, kami harus menggunakan motor pergi ku 
rumah sodara yang berjarak cukup jauh. Dan itu dilakukan tiap hari. Maka dari 
itu, jika sedang di sana, selain mandi, BAB, dll kami lakukan. Sebab mumpung 
ada air. 

Kadang, saya malas pulang ke Banten untuk mudik, bukan hanya masalah jarak, 
atau ongkos yang semau gue, tetapi masalah air ini yang bikin kesal. Bayangkan, 
kita harus benar-benar menghemat air. Bagaimana jika BAB tidak bisa didesain 
inginnya pas saya sedang mandi ke tempat jauh itu? 

Untuk minum, kami harus membayar sangat mahal setiap jarigennya. Hal ini 
terjadi karena air yang harus dicari jauh, dan menggunakan motor sewaan. 

Makanya, untuk masalah minum, mertua saya membeli aqua gelas. Tapi ya itu, 
kesadaran para peminum air itu teramat rendah, sehingga jika minum tidak 
dihabiskan. Bahkan tidak jarang hanya seteguk (alasannya sopan saja, kali). 
Saya kadang sebal dan marah sekali. Mereka tidak menyadari bahwa ini sedang 
krisis air dan air sangat mahal. 

Di kamar mandi, air ada dua drum besar. Itu sekedar buat jaga-jaga dalam 
situasi yang sengaja jika darurat sekali. Eh, pernah satu kali, datang 
rombongan sodara dari Jakarta. Ketika mereka menumpang ke WC, dengan seenaknya 
buang-buang air, padahal hanya untuk kencing anaknya yang kecil. Alasannya, ini 
anaknya pengen main air. 

Duh...


Kisah ketiga : Hal membanggakan

Salah satu hal yang cukup membanggakan adalah ketika ada spanduk warna kuning 
dari sebuah partai (sebut saja GOLKAR) menghiasi perjalanan. Bukan GOLKARnya 
yang membuat saya bangga. Toh dari dulu partai ini belum pernah membuat saya 
bangga. Yang kemudian membuat saya bangga adalah potret seseorang yang ada di 
dalam poster tersebut. Dialah H. Tb. Ace Hasan Sadzily M.Si. 

Ya, perlu dijelaskan alasannya: Pertama, dia adalah kawan saya. Saya kenal 
beliau ketika masih kuliah, ketika sama-sama menjadi aktivis majalah Mahasiswa 
INSTITUT IAIN (dulu, sekarang UIN), Jakarta, dan sejumlah kebarengan dengannya. 

Kedua, saya mengenalnya sebagai pribadi yang cerdas, muda, dan juga berpotensi. 
Tidak rugilah, rasanya, jika kemudian dia jadi anggota DPR RI (semoga engkau 
terpilih, Bung Ace! Saya sudah kampanye agar saudara2 di sana memilih dirimu). 

Sedangkan hal lain yang membanggakan adalah, ketika salah seorang saudara istri 
saya juga dicalonkan partainya, PKS, menjadi caleg untuk kabupaten Pandeglang. 
Namanya, Dodi. Dia luluasan Universitas Lampung untuk jurusan Ekonomi. Di 
partainya, PKS itu, Dodi adalah bendahara. Semoga sukseslah, Dod. Saya tahu 
pribadimu. Engkau itu antara polos dengan terlalu ikhlas, bercampur baur. 


Kisah Keempat: Hal yang menyebalkan

Kami pulang pada hari sabtu, tanggal 04 Oktober 2008, atau hari keempat di 
bulan Syawal. Jelas masih kental suasana lebaran, terutama di angkutan umum. 

Kami mendapati hal tidak mengenakkan—dan ini selalu berlangsung setiap 
lebaran—dalam hal ongkos. Hal ini terjadi karena ongkos bisa dinaikkan 
semaunya. Mentang-mentang di bus dan lagi butuh, mereka seenaknya saja 
menaikkan lebih dari ketentuan. 

Ongkos normal bus Jurusan Labuan-Kalideres adalah Rp. 22.500. Jika dinaikkan 
sesuai tuslag, 25% misalnya, maka kenaikannya hanya menjadi 28.125 saja. Atau 
tarolah menjadi Rp. 30.000. Sedangkan kami diminta menjadi 40 ribu perorang. 
Saya tanya, mengapa bisa menjadi segitu, apa dasar aturannya, apa sesuai dengan 
anjuran pemerintah? Dia tidak bisa menjawab. 

Dan akibatnya, banyak penumpang yang turun kembali. Termasuk saya juga tadinya 
mau begitu. Tetapi ketika melihat kedua anak saya sudah duduk manis di bangku 
dengan berusaha membuat diri mereka nyaman, bahkan terlihat berusaha keras 
menyesuaikan dengan keadaan karena situasi yang tidak biasa mereka rasakan, 
saya tidak tega mengganggu kenyamanan mereka. Dan sayapun menyerah dengan 
keadaan tersebut. 

Saya hitung, paling tidak di pintu depan ada sekitar 15 orang yang turun lagi. 
Rata-rata umpatannya sama: ini pemerasan. Maka otomatis, sampai Serang—bahkan 
Jakarta sekalipun—busnya tidak bisa penuh. Selain itu, mereka ribut terus. 

Padahal jika dia sesuai aturan, ia tidak akan ribut, kemudian penumpang juga 
akan iklash2 saja. Dan selain itu, maka bus pasti penuh. Ini yang tidak 
dipikirkan oleh Asli dan juga bus-bus lain jurusan Labuan Kali Deres. 

Agaknya, Dephub harus menyoroti masalah transportasi ini. Mungkin karena tidaka 
da wartawan yang memberitakannya, jadi perhatian pemda, DLLAJR, dan aparat lain 
tidak ada. Padahal ini terjadi tiap tahun, tiap lebaran. Selain sifat 
ugal-ugalan pengemudi bis yang sering membahayakan baik penumpang di bus, 
maupun orang-orang atau kendaraan yang dilewati. Silahkan periksa daftar 
kecelakaan di kawasan Banten, bisa dipastikan bahwa kelakuan sopir bisa 
memberikan kontribusi besar bagi kecelakaan tersebut. 

Bus yang saya tumpangi itu saja, ketika dari Labuan jalannya pelan minta ampun. 
Tetapi begitu masuk tol, langsung cepat dan mengambil jalur paling kiri. 
Pikiran saya langsung terbang pada gambar di jalan tol Jagorawi yang 
menjelaskan akibat seperti ini, 42 penumpang bus meninggal karena kecelakaan. 

Tapi Alhamdulillah. Akhirnya kami bisa lega karena sampai di rumahm, tiba 
dengan selamat dan disambut hujan lebat.

Buat warga kampung Idewe. Mohon maap lahir batin. hehe....




-- 
tantan hermansah | SM 1270

 


      
___________________________________________________________________________
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi 
Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/

Kirim email ke