Kumargi aya sababaraha wargi Kusnet anu panasaran
perkara Dusun Susuru, ku kuring di posting ka milis.
Maksadna mah teu aya sanes, kanggo babagi informasi
we, supaya urang sarerea tiasa noong lembur sorangan
teh jiga kumaha kaayaanana. Wallahu A'lam.

Salam,
MH
==============
Kompas. Nusantara. Rabu, 12 Desember 2001

Damai di Dusun Susuru 


Kompas/her suganda 
JARAK antara Masjid Jami Susuru dengan tempat
penyelenggaraan sarasehan penganut kepercayaan, hanya
sekitar 20 meter. Keduanya hanya dibatasi jalan desa
selebar empat meter. Sekitar 50 meter ke arah utara
dari kedua tempat beribadah tersebut, berdiri bangunan
Gereja Katolik Santo Simon yang dibangun tidak jauh
dari Madrasah Tsanawiyah Al Ikhlas Persatuan Ummat
Islam (PUI) Dusun Susuru.

DUSUN dalam hierarki administrasi pemerintahan di Jawa
Barat, sama atau setingkat dengan rukun kampung (RK)
atau rukun warga (RW) di kota-kota besar. Sebuah dusun
biasanya terdiri dari beberapa rukun tetangga (RT) dan
sebuah desa biasanya terdiri dari beberapa dusun.
Setiap dusun dipimpin oleh kepala dusun yang dipilih
oleh masyarakat setempat.

Dusun Susuru merupakan satu dari tujuh dusun di Desa
Kertayasa, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis,
Jawa Barat. Enam dusun lainnya adalah Sunggugu,
Cilumpang, Cibariwal, Mekarmulya, Dayeuhlandeuh, dan
Cirukem. Tetapi, dibanding dusun-dusun lainnya di Desa
Kertayasa, Dusun Susuru termasuk daerah yang letaknya
agak terpencil.

"Daerahnya dulu bekas kontrak Ciembe," kata Rahmat,
Kepala Urusan Pemerintahan Desa Kertayasa. 
Kontrak menurut istilah penduduk setempat adalah
perkebunan. Entah apa sebabnya disebut seperti itu.
Menurut dia, daerah yang kini disebut Susuru tersebut,
dulunya merupakan emplasemen perkebunan karet dan
cokelat. Tetapi, setelah ditinggalkan pemiliknya
karena kembali ke Negeri Belanda, tanah di daerah itu
digarap masyarakat.

Susuru berada pada satu daerah yang rata-rata
berketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Jarak
ke balaidesa sekitar lima kilometer melalui jalan
berkelok-kelok dan turun-naik bukit. Sedangkan jarak
ke Panawangan sebagai ibu kota kecamatan, sekitar lima
kilometer melalui jalan yang sebagian besar aspalnya
sudah hampir amburadul. Panawangan terletak pada ruas
jalan yang menghubungkan Ciamis dengan Cirebon lewat
Kuningan. 

Sepanjang jalan menuju dusun tersebut, hanya dijumpai
hutan rakyat yang ditumbuhi pohon albasia. "Sebagian
besar penduduk di sini hidup sebagai petani dengan
menanam albasia dan beternak ayam," Dede Kusnadi, staf
Desa Kertayasa mengungkapkan kehidupan masyarakat di
desanya. Kompas/her suganda 

***
DARI segi mata pencaharian, sekitar 65 persen penduduk
Kertayasa hidup sebagai petani. "Namun, sebagian besar
di antara mereka hanya petani penggarap," katanya.
Sekitar 10 persen di antaranya menjadi pedagang dan
sisanya, 25 persen lagi hidup sebagai peternak dan
industri rumah. 

Berkembangnya usaha peternakan telah menempatkan desa
ini dikenal sebagai salah satu daerah pemasok ayam
potong potensial. "Di seluruh desa terdapat sekitar
350 kandang. Sekitar 120 kandang di antaranya terdapat
di Dusun Dayeuhlandeuh," ujarnya. Dengan isi setiap
kandang menampung sekitar 2.500 ekor-3.000 ekor ayam,
maka populasi ayam potong di desa itu, sekitar satu
juta ekor.

Akan tetapi, berbeda dengan desa-desa di sekitarnya di
daerah Priangan Timur yang meliputi Kabupaten Ciamis,
Kabupaten/Kota Tasikmalaya, dan Kabupaten Garut, dari
sekitar 3.972 jiwa penduduk Desa Kertayasa itu (2.001
wanita dan 1.971 laki-laki), agama dan kepercayaannya
tergolong beragam. Dari data statistik desa tahun 2000
tercatat, 218 orang di antaranya beragama Katolik dan
107 orang menganut aliran kepercayaan. Sisanya
sebanyak 3.647 jiwa beragama Islam.

Sebagian besar penganut agama Katolik dan aliran
kepercayaan di desa tersebut, terkonsentrasi di Dusun
Susuru. Karena itu jangan kaget jika di dusun
terpencil itu, terdapat tiga tempat beribadah yang
berbeda. Selain memiliki tiga masjid jami, di dusun
tersebut masih terdapat sebuah gereja dan satu tempat
pengikut aliran kepercayaan menyelenggarakan
sarasehan.

Sarasehan penganut aliran kepercayaan diselenggarakan
tiap hari Minggu. Sedangkan misa kudus bagi umat
Katolik diselenggarakan tiap hari Kamis. "Pastornya,
pastor Rutten OSc datang seminggu sekali dari Cigugur,
Kuningan," kata seorang warga. 

Ketiga tempat beribadat tersebut letaknya hampir
berdekatan. Masjid Jami Susuru letaknya
berhadap-hadapan dengan tempat sarasehan penganut
aliran kepercayaan. Hanya sekitar 50 meter dari kedua
tempat beribadat itu, terletak Gereja Katolik Santo
Simon. Sedangkan gereja tersebut letaknya berdekatan
dengan Madrasah Tsanawiyah Al Ikhlas Persatuan Ummat
Islam (PUI) Susuru.

Oleh karena letaknya saling berdekatan, para
penganutnya tinggal dalam satu lokasi yang saling
berdekatan. Salah satu rumah Kurdi Sopandi SAg, tokoh
masyarakat Islam yang menjadi Ketua Kantor Urusan
Agama Kecamatan Jatinagara, Ciamis, hanya terhalang
jalan desa dengan rumah Supardi (70) salah seorang
penganut aliran kepercayaan Paguyuban Adat Cara
Karuhun Urang. 

Bagai penduduk Dusun Susuru, hidup berdampingan dan
bertetangga dengan pemeluk agama yang berbeda,
bukanlah sesuatu yang luar biasa. Bahkan mereka bisa
menerima anggota keluarganya yang berasal dari pemeluk
agama yang berbeda dengan orangtuanya. Yosef
Natasasmita (70) dan istrinya Maria Minah (68) yang
beragama Katolik, empat anaknya menganut agama yang
berbeda. 

Anak sulung, Ny Titi, masuk agama Kristen Protestan
sedangkan anaknya yang kedua, Ny Amah, memeluk agama
Islam karena keduanya ikut agama suami masing-masing.
"Saya tidak keberatan mereka ikut agama suaminya,"
kata sang ayah. Anaknya yang ketiga dan keempat, Anang
Suryana dan Ny Cicih Mintarsih beragama Katolik. 

Sikap semacam itu dianut pula oleh Supardi yang
memiliki lima anak. Namun, tiga anak-anaknya,
masing-masing anak pertama (Suryo), kedua (Suryaman),
dan kelima Suparjo menjadi pemeluk Katolik. Hanya
seorang, yakni anak ketiga (Suryati) yang mengikuti
kepercayaan yang dianut orangtuanya sebagai penganut
aliran kepercayaan. Sedangkan anaknya yang keempat,
Marka Mulyana, masuk Islam karena kawin dengan orang
Garut. Kompas/her suganda 

***
SIKAP semacam itu ternyata bukan hanya tercermin
kepada anggota keluarga. Dalam pergaulan sosial dan
kehidupan sehari-hari, sikap toleransi tampak lebih
menonjol. Tanpa membedakan agama dan kepercayaan yang
mereka anut, mereka hidup saling membantu. "Masyarakat
di sini sudah terbiasa hidup saling tolong-menolong,"
kata Kurdi.

Oleh karena itu, umat Islam Dusun Susuru tidak segan
membantu umat Katolik, tidak hanya sebatas membangun
rumah tempat tinggal, tetapi juga ketika akan
membangun tempat ibadatnya. Begitu juga umat Katolik
dan penganut aliran kepercayaan, ketika umat Islam
akan membangun masjid atau mushalla. Mereka membantu
bukan hanya berbentuk tenaga seperti bekerja secara
gotong royong. "Tidak jarang sumbangan diberikan dalam
bentuk uang, barang dan bahkan makanan serta minuman
yang disumbangkan secara sukarela," katanya.

"Saya membangun rumah ukuran 3 meter x 6 meter untuk
salah seorang wanita jompo, cukup dengan modal Rp
75.000," kata Kurdi.

Menurut Ipin Arifin (25), salah seorang pemuda Islam
setempat, sikap kerukunan tersebut terlihat pula
tatkala mereka merayakan hari raya, baik hari Idul
Fitri maupun Natal. "Begitu selesai shalat Idul Fitri,
mereka yang beragama Katolik dan penganut aliran
kepercayaan datang bersilaturahmi," katanya. 
"Sebaliknya ketika umat Katolik merayakan Natal,
tetangga dan kenalannya yang beragama Islam datang
menyampaikan ucapan selamat Natal," kata Yosep
Natasasmita. Bahkan keluarga Katolik tersebut, sekali
waktu menampung tenaga penyuluh pertanian lapangan
(PPL). "Kebetulan pada saat itu bulan Puasa dan
petugas pertaniannya beragama Islam," ujarnya. Selama
sebulan penuh, istrinya, Ny Maria Minah dengan senang
hati menyediakan makan sahur. 
***
HUBUNGAN yang rukun antara sesama warga dialami hampir
pada semua aktivitas sosial, misalnya, ketika salah
seorang warganya meninggal. Tanpa melihat agama atau
kepercayaan yang dianutnya, warga Susuru akan
berdatangan menyampaikan bela sungkawa dan membantu
warga yang sedang mengalami musibah. "Kalau tahlilan
kami juga ikut, tetapi kami berdoa menurut kepercayaan
kami," kata Yosef Natasasmita. 

Menurut dia, tidak ada salahnya umat yang berlainan
agama mendoakan warga lainnya yang tidak sama
agamanya. "Agama tidak melarang seseorang berdoa untuk
orang lain hanya karena agamanya berbeda," katanya.

Oleh karena itu, ketika dimakamkan, kuburan warga
Dusun Susuru berada pada satu lokasi yang sama, tanpa
dibeda-bedakan agamanya. Yang membedakan hanyalah
ketika akan dikuburkan. "Jika umat Katolik atau
penganut aliran kepercayaan meninggal, jenazahnya
dimasukkan ke dalam peti. Dan di atas kuburan umat
Katolik biasanya dipasangi salib," ujarnya. Sedangkan
kuburan umat Islam dan penganut aliran kepercayaan,
ditandai dengan nisan.

Bahwa kerukunan tersebut sudah berlangsung lama,
dibuktikan dengan tidak pernah terjadi pertentangan
yang bersumber dari perbedaan agama. "Pada dasarnya
kita saling menghargai agama dan kepercayaan
masing-masing," kata Kurdi Sopandi. Tetapi, Kurdi dan
sejumlah pemuka masyarakat lainnya, tidak mengetahui
persis mengapa hal itu bisa terbentuk di Dusun Susuru.
"Salah satu sebabnya karena masyarakat Susuru
menghayati Pasal 29 UUD 1945," kata Kepala KUA
Jatinagara tersebut.

Akan tetapi, menurut warga lainnya, sebelum pemerintah
Orde Baru melaksanakan penataran P4 dan bahkan selama
Orde Lama sekalipun, kerukunan antar-umat beragama dan
penganut aliran kepercayaan di Dusun Susuru sudah
kuat. "Dari dulu, kami selalu saling menghormati.
Begitulah kenyataannya," ujar Supardi singkat. 
***
SUSURU, dusun kecil dan terpencil sangat boleh jadi
merupakan contoh kecil bagaimana mereka saling
menghargai keberagaman, baik yang menyangkut agama
atau keyakinan lainnya. Namun, pada awalnya, dusun
yang sebagian besar wilayahnya bekas emplasemen
perkebunan itu, sebelumnya masyarakatnya menganut
agama Islam. Tetapi, dalam perjalanan selanjutnya, ke
daerah tersebut masuk pengaruh aliran kepercayaan
"Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang". Masyarakat
setempat menyebutnya Agama Djawa-Sunda (ADS) yang
sumber ajarannya disebarkan oleh Madrais di Cigugur,
Kuningan.

"Saya juga sebelumnya menganut agama Jawa-Sunda.
Tetapi, tahun 1965 pindah masuk Katolik," kata Yosef
Natasasmita.

Menurut dia, setelah ADS dilarang, sebagian lainnya
masuk Islam. Namun, ada yang masih bertahan menjadi
penghayat aliran kepercayaan hingga kini.

Bahwa ketiga penganut agama dan penghayat aliran
kepercayaan tersebut bisa bersatu padu, tak seorang
pun bisa menjawab secara pasti mengapa hal itu bisa
terjadi di Dusun Susuru. "Duka atuh," kata Natasasmita
seraya menggoyangkan kepalanya, mengapa Dusun Susuru
selalu damai, padahal di sana terdapat dua penganut
agama yang berbeda dan penghayat aliran kepercayaan.

Akan tetapi selama ini, prinsip yang mereka anut
adalah: "Menghina agama atau kepercayaan orang lain,
sama dengan menghina diri kita sendiri," kata warga
lainnya. 

Keyakinan tersebut diperkuat lagi karena hubungan
kekeluargaan mereka antara keluarga yang satu dengan
keluarga lainnya masih sangat dekat. Bahwa di antara
mereka, terdapat anggota keluarganya yang beragama
Islam membangun rumah tangga dengan anggota keluarga
yang beragama Katolik atau penghayat aliran
kepercayaan, bukanlah sesuatu yang luar biasa. 

Hubungan itu begitu dekat sehingga, orangtua tidak
akan banyak mempengaruhi kepercayaan yang dipilih
anaknya. Mereka memberi keleluasaan, misalnya, jika
anaknya yang perempuan mau masuk Islam, karena
suaminya beragama Islam. 

"Semuanya terserah saja," kata Natasasmita. (Her
Suganda) 



                
__________________________________
Do you Yahoo!?
Take Yahoo! Mail with you! Get it on your mobile phone.
http://mobile.yahoo.com/maildemo 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/0EHolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Komunitas UrangSunda --> http://www.UrangSunda.or.id
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke