Dear Kuncungers,
   
  Berikut saya posting tulisan Bung Arya Gunawan yang mantan wartawan (kini 
staf UNESCO) tentang majalah Si  Kuncung yang tetap ia kenang hingga kini. 
Tulisan ini sengaja saya posting ke beberapa milis sekaligus untuk 
mempertemukan Bung Arya dengan Bang Mula Harahap yang pernah menuliskan 
kenangan pada majalah kesayangan di masa kecilnya. 
   
  Selamat membaca...
   
  Salam,
  
RD
  ____________________________________________________________________
   
  Arya Gunawan: "Saya dibesarkan oleh Si Kuncung"
   
  Terima kasih karena sudah memposting tulisan menyentuh ini.  Salah satu dari 
sangat sedikit hal yang bisa membuat mata saya basah  adalah tulisan (entah 
lewat puisi, cerpen, novel, atau surat). Dan tulisan Pak  Mula Harahap yang 
diposting di milis kita ini termasuk dalam kelompok itu.  Mata saya berair. 
Berair tersebab oleh isi tulisan ini, juga oleh kenangan  yang hadir di hadapan 
mata saya. 
   
  Sama seperti Pak Mula (beliau kini salah seorang pengurus Ikatan 
Penerbit Indonesia/Ikapi, bukan?), juga mungkin banyak di antara anggota milis 
ini, saya dibesarkan oleh Si Kuncung. Saya kenal nama ini ketika saya duduk di 
kelas II atau III SD (tahun-tahun 1973-an), di kota kelahiran saya, 
Jambi. Majalah ini hanya dijual di satu tempat: yaitu di Kantor Pos besar di 
kota saya, yang kebetulan berjarak hanya sekitar setengah kilometer dari 
rumah saya. Menunggu terbitnya edisi baru adalah sebuah pekerjaan yang
mendebarkan, hanya berselisih seurat dibandingkan menanti datangnya 
kekasih di masa-masa puber pertama (bukan berarti saya kini berada pada masa 
puber kedua, kendati usia saya memang sudah masuk ke periode itu). 
   
  Si Kuncung-lah salah satu "guru" menulis saya yang paling awal (guru 
lain adalah Laura Ingalls Wilder lewat bukunya -- edisi terjemahan -- "Rumah
Kecil di Padang Rumput". Salah satu tokoh yang paling saya ingat di 
buku ini adalah Almanzo, dan dengan nama itu pula saya sempat dijuluki oleh 
sanak keluarga saya sampai usia saya menjelang belasan).
   
  Saking fanatiknya dengan Si Kuncung, sampai dengan tahun-tahun awal di
perguruan tinggi, saya bahkan masih hafal satu per satu sebagian besar 
judul cover story alias cerita sampul Si Kuncung. Ada judul, misalnya, 
"Bercukur Separuh", mengisahkan tokoh utamanya yang rambutnya tengah dicukur di 
tukang pangkas, tiba-tiba ada kerbau mengamuk, membuat orang-orang lari 
berhamburan, termasuk si tukang cukur. Tinggallah si tokoh utama kita  ini yang 
nelangsa karena rambutnya baru dipangkas separuh. 
   
  Belakangan, Si Kuncung menerbitkan edisi ukuran kecil (Kuncung Kecil). 
Di sanalah pertama kali saya mengenal seseorang dengan nama Mohammad 
Sobary, lewat ceritanya mengenai monyet lucu peliharaannya yang mati karena 
tersengat listrik. Berpuluh tahun kemudian saya menyampaikan ini secara 
langsung kepada Mas Sobary, dalam sebuah pembicaraan santai namun  panjang di 
sebuah hotel di Kuala Lumpur ketika kami sama-sama menghadiri sebuah konferensi 
-- saat itu dia masih menjabat sebagai pemimpin LKBN Antara  -- dan dia tertawa 
haru.
   
  Kenangan saya dengan Si Kuncung tak pupus jua, kendati sudah ratusan 
bacaan lainnya merasuk ke "sel-sel kelabu otak" saya (ini istilah yang 
digunakan oleh detektif Hercule Poirot, tokoh rekaan Agatha Christie), termasuk 
misalnya serial cerita silat Kho Ping Hoo (yang juga saya hafal
judul-judulnya, misalnya saja serial Bu Kek Siansu, yang terdiri dari
judul-judul Bu Kek Siansi, Suling Emas, Istana Pulau Es, Cinta Bernoda
Darah, Mutiara Hitam, Sepasang Pedang Iblis, Pendekar Super Sakti, 
dst-dst), atau juga buku-buku Agatha Christie (terutama yang tokohnya 
Poirot, bukan Ms. Marple). 
   
  Selain Si Kuncung, pada tahun-tahun itu saya juga berlangganan majalah
anak-anak lainnya, ada Nuri (terbitan Medan), dan Bobo (Jakarta). Namun 
Si Kuncung tetaplah yang terhebat bagi saya, dari berbagai segi: pilihan 
cerita maupun cara penceritaannya, serta keragaman variasinya.
  Di Si Kuncung pula saya menemukan cerita dengan semangat heroisme yang
menggugah, yakni "Pasukan Berani Mati" (cerita bersambung) gubahan 
Riyono Pratikno (belakangan saya menemukan nama ini dalam pelajaran 
kesusasteraan ketika saya sudah duduk di bangku SMP).
   
  Last but not least, tentu saja saya mengenang dengan khusyuk jasa-jasa 
Pak Soekanto SA. Beliau memang tokoh luar biasa: untuk dunia anak-anak
dedikasinya kebak, kecintaannya bagai tak berujung. Cinta yang bersih 
tanpa pamrih. Saya merasa amat sangat beruntung, ketika berangkat dewasa saya 
mengenal langsung sang legenda ini. Itu di masa-masa tahun-tahun 
pertama menjadi mahasiswa, dan saya sering menulis untuk Majalah Gadis. Ketika  
itu Pak Kanto bekerja di kelompok penerbitan Femina-Gadis. Setiap saya ke  
kantor redaksi Gadis dan/atau Femina, entah menyerahkan tulisan atau mengambil 
honor, atau dua-duanya, selalu saya sempatkan berjumpa Pak Kanto. 
   
  Semangat beliau tak bergeser jika sudah bicara soal tulisan. Saya juga 
beruntung karena kemudian mengenal salah seorang puteri beliau, Mbak Santi  
Soekanto (juga suaminya Mas Wisnu. Mereka pasangan orang shaleh. Keduanya juga 
penulis andal).  Tahun 2004, Pak Kanto mendapatkan penghargaan dari Dewan 
Kesenian  Jakarta (DKJ), terkait dengan dedikasinya yang kebak di bidang 
kebudayaan itu tadi. 
   
  Sekali lagi saya merasa amat beruntung, karena sebagai salah seorang 
anggota DKJ periode 2003-2006 (keanggotaan saya berakhir 11 Maret lalu), saya 
dipercaya kawan-kawan anggota DKJ lainnya untuk menyerahkan penghargaan  itu 
kepada beliau di atas panggung. Itu juga salah satu momen mengharukan  dalam 
hidup saya. 
   
  Dalam setiap kesempatan bertemu beliau, jika menanyakan tentang Si Kuncung, 
beliau tampak seolah mendapat pompaan semangat baru. Dengan berbinar  beliau 
menceritakan kembali suka-duka mengurus majalah anak-anak terbaik yang pernah 
dimiliki oleh Indonesia itu.
   
  Saya sempat tergerak untuk membuat buku mengenai Pak Kanto. Namun saya  tahu, 
salah seorang anaknya, ya Mbak Santi itu, adalah penulis yang cakap.  (Pagi 
Selasa ini, saat saya sedang menulis email ini, saya sempatkan 
menelepon Mbak Santi dan menanyakan hal ini lagi. Benar dugaan saya, Mbak Santi 
 sedang dalam proses untuk merencanakan penulisan buku tentang sang ayah yang  
dia banggakan itu...)
   
  Saya juga sempat mengumpulkan majalah-majalah Si Kuncung saya. Namun 
sekitar 15 tahun lalu, koleksi ini tak terselamatkan, dimakan lembab. Salah 
satu alasan saya menulis email ini adalah berharap agar Pak Mula Harahap 
bersedia meminjamkan koleksi Si Kuncung nya itu kepada saya. Mungkin sebagai 
bentuk pertanggungjawaban moral beliau karena telah ikut melontarkan saya ke 
masa silam. Saya akan fotocopi majalah-majalah Si Kuncung koleksi beliau itu, 
dan memberikannya kepada ketiga anak saya. 
   
  Anak saya semuanya lelaki, berusia masing-masing 10, 8 dan 6 tahun, usia-usia 
yang mirip ketika saya jatuh cinta pada Si Kuncung. Tujuan memberikan fotocopi 
itu sederhana saja:  supaya ada keping kenangan yang bisa mereka selipkan di 
sela-sela sel-sel kelabu otak mereka (sekali lagi, mengutip Hercule Poirot) 
yang mungkin akan mereka bongkar kembali berpuluh tahun sesudahnya. Seperti 
ayah mereka yang saat ini tengah membongkar-bongkar kenangan tentang hal yang 
sama...
   
  Saya tunggu kabar dari Pak Mula. Mudah-mudahan ada yang berbaik hati
meneruskan posting saya ini hingga tiba ke tangan beliau. Sekalian 
titip ide, Pak: bagaimana kalau Bapak buat milis Si Kuncung, beranggotakan
mereka-mereka yang punya pautan dengan majalah legendaris ini? (atau
jangan-jangan sudah ada milis ini, saya saja yang kurang periksa).
   
  Trims dan salam,
   
  Arya Gunawan
  
sumber: milis PANTAU
   
  Catatan dari Radityo Djadjoeri:
  
Milis Si Kuncung sudah saya buatkan, silakan bergabung kalau Anda
berminat. Klik:
  http://www.yahoogroups.com/group/sikuncung/join


                        
---------------------------------
Yahoo! Messenger with Voice. PC-to-Phone calls for ridiculously low rates.

[Non-text portions of this message have been removed]



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke