Refleksi : Bayi gizi buruk bertambah sesuai indikator pertumbuhan ekonomi yang 
driamalkan?

http://www.sinarharapan.co.id/cetak/detail-cetak/article/bayi-gizi-buruk-bertambah/

Kamis, 02 Juli 2009 13:53 
Bayi Gizi Buruk Bertambah


Bandung - Pasien bayi gizi buruk di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soreang, 
Kabupaten Bandung, Rabu (1/7) bertambah. Ia bernama Angelina (1), warga Kp 
Pameutingan RT 01/10 Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Sebelumnya juga ada 
bayi gizi buruk yang sudah dirawat 19 hari, bernama Fadli Sobarna (2), warga 
Jati Sari, Kecamatan Cangkuang.


     
Angeline adalah anak bungsu dari Ujang Rahmat dan Sumiati, sebelumnya dirawat 
di Puskesmas Rancamanyar, Baleendah. Tetapi karena tidak ada perbaikan gizi, 
akhirnya oleh bidan desa dirujuk ke RSUD milik Pemkab Bandung itu. Saat dibawa 
ke RSUD, fisik Angeline sangat lemah dengan berat badan 4,5 kg. 


"Tidak hanya mengalami gizi buruk, yang teridentifikasi ia juga mengalami 
kurang energi dan protein (KEP) stadium tiga. Jika ini dibiarkan, kondisinya 
akan semakin kritis," kata petugas humas RSUD Soreang, Mahendra, kepada SH di 
Bandung, Rabu (1/7) petang. Perawatan Angelina harus teliti karena ia membawa 
penyakit penyertanya, di antaranya penyakit paru-paru. Maka napas bantuan 
diberikan setiap saat. Selain itu, diberi infus agar gizi masuk melalui selang, 
sebab untuk makan melalui mulut sulit karena sesak nafas dan selalu 
meronta-ronta.


Sementara itu, kondisi kesehatan Fadli mulai membaik, setelah 19 hari dirawat 
dengan biaya ditanggung sepenuhnya oleh Pemkab Bandung. Ia kini sudah bisa 
duduk, setelah hampir enam bulan tak bisa duduk akibat tak punya tenaga. "Fadli 
sudah tak sering lagi menangis. Saya senang, tapi sayang Fadli belum bisa 
berjalan," tutur ayah Fadli, Dede Margani.


Sambil meneteskan air matanya, Dede yang ditinggal istrinya menjadi tenaga 
kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi hampir dua tahun itu, berharap dapat 
bekerja agar mampu menafkahi ketiga anaknya yang masih kecil. Fadli adalah anak 
bungsunya. Saat pertama masuk RSUD Soreang, berat badan Fadli hanya 6,3 kg, dan 
kini sudah 7 kg lebih. 

Perilaku Tak Sehat
Sementara itu, menurut data tahun 2008, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 
setiap 2,5 menit sekali terdapat satu bayi yang meninggal akibat tidak 
menerapkan perilaku hidup sehat. Data tersebut dikemukakan oleh Ketua Komisi 
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Hadi Supeno ketika konferensi pers petisi 
"Keluarga Sehat untuk Indonesia Sehat" di Jakarta, Rabu (1/7).
Sementara praktisi kesehatan Hendrawan Nadesul mengemukakan, ongkos yang 
terbuang percuma akibat sanitasi buruk di Indonesia diperkirakan US$ 6 miliar 
atau Rp 55,8 triliun setiap tahun. Biaya itu untuk berobat, memperoleh air 
bersih, serta kehilangan penghasilan sebab tidak masuk kerja akibat sakit.


Menurutnya, kondisi umum kesehatan masyarakat Indonesia masih sangat 
memprihatinkan. Angka penyakit infeksi tinggi, karena terabaikannya kondisi 
lingkungan yang bersih dan sehat. "Makanya yang paling banyak diderita oleh 
masyarakat adalah diare," ujar dia. Padahal penyakit diare dapat dicegah dengan 
perilaku hidup bersih dan sehat, antara lain dengan mencuci tangan pakai sabun. 
 "Hal itu terutama dilakukan setelah ke jamban, menceboki anak, sebelum makan, 
sebelum memberi makan anak dan sebelum menyiapkan makanan," kata dia. Namun 
diakui bahwa mencuci tangan merupakan budaya, maka jika tidak dibiasakan akan 
sulit mengubah perilaku tidak mencuci tangan.  Penyakit yang bisa dicegah dari 
cuci tangan antara lain diare, cacingan, flu burung, tifus, disentri, kolera, 
hepatitis A, dan SARS. 
(saufat endrawan/heru guntoro)


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke