Forum keadilan: Nomor 11, Tahun lV, 11 September 1995(?) WAWANCARA
Bungkus : "Saya Prajurit Saptamarga" Hiruk-pikuk seputar bebasnva tiga tokoh Orde Lama, awal Agustus lalu menyeret ingatan orang pada narapidana politik lainnya, khususnya mereka yang dijatuhi hukuman mati atau hukuman seumur hidup. Bahkan, dua terpidana mati dalam kasus G30S/PKI, Bungkus dan Marsoedi disebut-sebutakan menjalani eksekusi dalam waktu dekat ini. Bungkus dihukum tahun 1975 oleh Mahkamah Militer karena terbukti ikut menculik dan membunuh tujuh Pahlawan Revolusi. Ihwal waktu pelaksanaan hukuman mati itu memang sempat diralat Menteri Kehakiman Oetojo Usman. "Saya tak pemah bicara akan segera dieksekus," ujarnya. Tapi, kabar kadung tersiar. Sebuah LSM yang berpusat di Jerman menyebut pelaksanaan eksekusi itu tak uliahnya dengan menghukum Bungkus dan Marsoedi dua kali: hukuman kurungan dan hukuman mati. Adapun Petisi Tujuh Puluh Empat, yang antara lain ditandatangani Sri Bintang Pamungkas dan aktivis hak asasi manusia .H.J. Princen, menilai pelaksanaan hukuman mati itu sebagai antiklimaks dari usaha menegakkan citra Republik Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila. Sementara itu, keluarga Bungkus dan Marsoedi memilih pasrah atas nasib yang bakal ditlrimanya. "Harapan kami, ya, tentu saja apa yang dipandang paling baik bagi ayah saya," ujar Syaedul Atmanto, anak kelima Bungkus. "Kami sudah pasrah. Apa pun yang menjadi putusan pemerintah, kami menerima,', ujar salah seorang putri Marsoedi sambil berurai air mata. Beberapa pekan sebelum rencana pelaksanaan hukllman mati itu menjadi pemberitaan, FORUM menemui Bungkus di LP Cipinang. Mengenakan kaus lengan parijang dan sabukABRl, gaya dan potongan mantan anggota pasukan Cakrabirawa yang sudah 30 tahun dicopot dari dinasnya itu masih tampil sebagai seorang prajurit sejati. Tenang sekali" gus gagah. Berikut petikan wawancara FORUM dengan ayah empat anak itu: Anda tetap tegap dan kekar sebagaimana seorang prajurit... Ya, saya memang tetap seorang prajurit Saptamargais. Untuk menjaga kondisi fisik,sayapush up setiap hari. Dan untuk menjaga keseimbangan rohani, saya sembahyang teratur. Bungkus waktu muda. Saya tidak sedih Sudah tahu kalau grasi Anda ditolak? Ya, 6 Juli lalu, dua orang perwira clari Mahkari:1ab Militer menyampaikan surat penolakan itu., (Menurutsebuah sumber di LP Cipinang meminta seorang temannya untuk membacakannya. Kala itu, kekecewaannya sangat teraba. Terutama, karena kedua perwira tadi juga mengabarkan kemungkimin petugas rohani yang akan segera datang, yang bisa menjadi isyarat sudah dekatnya pelaksanaan hukuman tersebut). Setelah tahu ditolak, bagaimana? Saya hanya menunggu pelaksanaan eksekusi itu. Saya hanya menunggu kedatangan petugas rohani. Apa keluarga Anda sudah diberi tahu? TIdak perIu.Saya ini seorang prajurit Saptamargais, siap mati di mana saja. Saya bisa mil.ti di meclan pertempuran setiap saat, tanpa diketahui lebih dulu. Anggap saja ini kemati an di medan perang, danjasad saya tidak ditemukan.Jadi, saya tak perlu membei1 tah istri saya ten tang kematian ini. Selain itu, keluarga saya sudah cukup mer derita karena saya. Saya tak ingin lagi m< nambah penderitaan mereka. Cukuplah per deritaan mereka selama ini. Merekajuga ta CUkl1p uang untuk membiayai petjalanan da biaya lainnya dari Besuki sampai ke Jakart; Selain itu, saya tak tega hanya untuk kemat an saya,istri saya harns menderita sakit. Bi; sanya, kalau ia datang menengok saya, yan belum tentu setahun sekali, ia akan jatuh s; kit sebulan lamanya. Saya tak mau ia lebi menderita karena saya. Tolong, berita ini j; ngan sampaikan kepada istri saya. (Khusus bagi Bungkus, penderitaan keh arganya kerap membuat dia jadi murung. Terutama karena dia tahu kelua ganya tak hanya menderita secara fisi] tapi juga psikis, karena ia terlibat G30S/PKI) Setalah tahu grasi Anda ditolal perasaan Anda sendiri bagaimana? Saya hanya merasa ditolak sebag; warga bfulgS& ini. Bagaimanapun, say toh anak bangsa ini. Saya tak perna bemiat mengkhianati bangsa ini. Sebagai seorang prajurit, saya melakuka sesuatu kateua bangsa ini. Saya tida bertindak untuk diri saya sendiri. Saya bertindak untuk bangsa ini sebagai se, rang prajurit Ditolak bangsa sendiri, tidakkah ir menyedihkan Anda? Saya tidak sedih karena ditolak seperti itu. Karena, saya yakin, tidak semua bangsa ini menolak saya. ABRl pun tidak semuanya menolak saya. Hanya segelintir orang yang menolak saya. Bukan hangsaini s ecata keseluruhal Jadi, saya tidak sedih. Bagaimana Anda yakin, tidak seluruh ABRI menolak Anda? Saya ini prajurit. Jiwa-raga saya prajurit Saya hidup bersama prajurit berthun-tahun. Karena itu, saya tahu psikologi prajurit. Mereka juga rata-rata beras dari desa yang kenyang penderitaan, mengerti dan menghargai makna penderitaan. Krena itu, mereka biasanya solider dengan penderitaan orang sebagai bagian dari mereka. Bukannya ditolak. Hanya segelintir orang yang menolak saya. . Anda pasrah dengan penolakan grasi ini? Kematian itu sudah ada di ujung hidung saya sejak tahun 1970, ketika saya divonis mati. Jadi, kalaupun dikatakan pasrah, itu sudah berlangsung sejak 1970. Tapi, 19'90, at.a,s pe mintaan beberapa orang, saya mengajuka grasi. Dan, Februari 1995, grasi saya ditola1 Rentang waktu yar.g lama sampai ada pen' lakan ini sebetulnya juga suatu kehormata bagi saya, karena hal itu memperpanjang r dup saya. Saya berterima kasih untuk itu. [Non-text portions of this message have been removed]