Lihatlah sosok negara yang katanya mengusung tinggi kebebasan,

Gelombang Anti-Islam di Amerika


Kekhawatiran terhadap peningkatan semangat Islamophobia di Amerika Serikat
mencapai puncaknya seiring dengan semakin dekatnya peringatan peristiwa 11
September 2001. Para pemimpin umat Islam AS belum lama ini (Rabu,1/9)
meminta lembaga hukum untuk melindungi hak-hak warga Muslim dari serangan
kelompok ekstrim dan anti Islam. 

Direktur Eksekutif Dewan Hubungan AS-Islam (CAIR), Nihad Awad dalam sebuah
jumpa pers mengatakan, "Kami meminta pejabat pemerintah negara bagian dan
federal untuk meningkatkan perlindungan terhadap komunitas Muslim AS dalam
beberapa hari dan pekan mendatang, sebab baru-baru ini gelombang kekerasan
terhadap umat Islam mengalami peningkatan." 

Contoh terbaru kekerasan terhadap Muslim di AS adalah serangan terhadap
seorang sopir taxi hingga mendekati kematian. Ia diserang oleh seorang
pemuda AS hanya karena bergama Islam. Peristiwa itu terjadi setelah kelompok
ekstrim dan rasis di AS melancarkan propaganda besar-besaran terhadap
rencana pembangunan sebuah Islamic Center di dekat reruntuhan gedung kembar
WTC New York. 

Tahun ini, perayaan Hari Raya Idul Fitri jatuh bersamaan dengan peringatan
sembilan tahun peristiwa 11 September. Moment ini dimanfaatkan oleh
kelompok-kelompok anti Islam untuk meningkatkan aktifitas destruktifnya.
CAIR mengungkap rencana gereja-geraja di Florida membakar al-Quran dalam
sebuah acara yang diberi tajuk: International Burn A Koran Day'. Acara yang
diprakarsai World Dove Outreact Center ini nantinya mengagendakan pembagian
al-Quran kepada setiap jamaah gereja, masyarakat umum, penegak hukum, dan
pers. Setelah dibagikan, al-Quran itu bakal dibakar pada peringatan tragedi
11 September. Otak di balik ide ini, Pastor Terry D Jones mengatakan, tujuan
aksi itu dan kegiatan serupa untuk memberi kesempatan kepada umat Islam agar
mereka meninggalkan agamanya.

Para pemimpin umat Islam di AS dan negara lain mengecam dan memberi
peringatan keras atas rencana itu. Bahkan dewan-dewan Gereja selain tidak
membenarkan aksi itu, juga meminta umatnya menghormati sakralitas agama
Islam. Meski demikian, sentimen anti Islam di AS terus berlanjut dalam
beberapa pekan terakhir. 

Berdasarkan statistik, antara enam hingga sembilan juta Muslim tinggal di AS
dan mayoritas mereka mengenyam pendidikan tinggi, punya penghasilan yang
cukup dan pekerjaan penting. Namun aliansi yang terdiri dari Zionis, Kristen
fundamentalis, Neo-Konservatif dan kelompok rasis AS tengah berupaya
mencabut hak-hak politik dan sosial jutaan umat Islam di negara yang
"melindungi" kebebasan beragama itu. 

Dalam logika mereka, karena 19 anggota al-Qaeda telah menyerang pusat
ekonomi dan militer AS, maka ratusan ribu Muslim negara itu tidak punya hak
untuk membangun sebuah pusat Islam di Manhattan. Padahal Muslim AS bersama
1,5 miliar umat Islam di seluruh dunia mengecam keras peristiwa 11
September. Selain itu, al-Qaeda bukan wakil dunia Islam dan tidak berhak
menghukum satu orang Islam pun karena kesalahan organisasi teroris itu.
Sebagaimana umat Islam tidak menganggap Zionis yang menduduki tanah
Palestina sebagai wakil agama Yahudi dan kejahatan sejumlah pemimpin Barat
juga tidak boleh disandarkan kepada agama Kristen. (IRIB, 2/9/2010)

http://hizbut-tahrir.or.id/2010/09/04/gelombang-anti-islam-di-amerika/



 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke