http://indonesianmuslim.com/hivaids-bisakah-menjadi-agenda-bersama-dari-umat-islam.html#more-58

HIV/AIDS: Bisakah Menjadi Agenda Bersama dari Umat Islam?
Posted in January 21st, 2008
by admin in Culture

Edi Wahyu Sri Mulyono

Adakah kasus HIV/AIDS di negara muslim? "Semua negara di dunia telah
terjangkiti oleh HIV, tak terkecuali negara-negara muslim", demikian
terbaca di situs Positive Muslims (www.positivemuslims.org.za).
Positive Muslims (PM) didirikan pada Juni 2000 di Afrika Selatan
(Afsel), salah satu negara dengan kasus HIV/AIDS terburuk di dunia. PM
bertujuan untuk menggugah kesadaran dan kepedulian umat Islam Afsel
akan (bahaya) HIV/AIDS, sekaligus menawarkan pendampingan bagi orang
yang hidup dengan HIV/AIDS (selanjutnya disingkat ODHA).

Epidemi HIV/AIDS

Data kuantitatif telah berjangkitnya HIV/AIDS di negara-negara muslim
dapat ditemukan di situs Islam Online (www.islamonline.net) pada
artikel "AIDS: Hidden Crisis in Arab, Islamic Countries". Menurut sang
penulis, Mustafa Abdel-Halim, di Saudi Arabia, sampai Desember 2003,
dilaporkan ada 6.787 ODHA. Jumlah itu meningkat lima kali lipat dari
data awal Agustus 2002. Di negara-negara Timur Tengah, diperkirakan
sebanyak 750.000 orang telah terjangkit virus yang menyebabkan
turunnya sistem kekebalan tubuh tersebut. Abdel-Halim juga menyertakan
data ODHA di negara (mayoritas) muslim di luar Timur Tengah. Untuk
Malaysia dan Kashmir-India, berturut-turut jumlahnya 57.000 dan 20.000
orang.

Bagaimana dengan Indonesia yang umat Islamnya terbanyak sedunia?
Abdel-Halim tidak menyebut angka. Ia hanya mengutip Elisabeth Pisani,
bahwa "Indonesia salah satu negara yang penyebaran epideminya termasuk
tercepat di dunia". Belakangan, Menko Kesra Aburizal Bakrie
mempertegas pernyataan Pisani. Ia mengungkapkan, jumlah kasus tahun
2005 hampir sama dengan total kumulatif kasus AIDS sejak 1987 sampai
dengan 2004. Total kasus AIDS selama 17 tahun tersebut 2683 orang,
sedangkan pada tahun 2005 saja jumlah penderita AIDS tercatat sekitar
2638 orang (Antara, 22 Nopember 2006).

Nampaknya, jumlah itu ibarat puncak gunung es. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) memperkirakan jumlah sebenarnya paling tidak 100 kali
lipat dari yang dilaporkan. Departemen Kesehatan (2004) memperkirakan
ada 12-19 juta orang yang rawan tertular HIV. Data terakhir
"UNAIDS/WHO AIDS Epidemic Update: December 2006" UNAIDS
(www.unaids.org), menyebutkan ada 170.000 ODHA di Indonesia. Pandangan
Kaum MuslimTokoh di balik layar Positive Muslims (PM) dan Islam Online
(IOL), dua sumber kutipan di awal tulisan ini, dikategorikan berbeda
oleh peminat studi Islam. Di belakang PM ada intelektual-aktivis Farid
Essack, yang pandangan keagamaannya liberal. Sementara di dalam IOL
ada komite yang dipimpin ulama moderat, Yusuf Qardhawi. Namun, dalam
masalah bahaya epidemi HIV/AIDS, boleh dikata, baik PM maupun IOL
mempunyai kesamaan sikap.Walau tidak setenar Qardhawi, nama Farid
Essack tidaklah terlalu asing di telinga sebagian orang Indonesia.

Beberapa buku Essack juga telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia.
Tahun 2004 lalu, melalui PM, Essack menerbitkan buku "HIV, AIDS and
Islam: Reflections based on Compassion, Responsibility, and Justice".
Salah satu bab dalam buku itu menyoroti sikap dan pandangan kaum
muslim pada ODHA. Menurut Essack, ada lima pandangan umum. Pertama,
menyangkal terjadinya kasus HIV/AIDS pada kaum muslim. Mereka ini
berpegang pada Islam ideal. Mustahil seorang muslim memraktekkan
hubungan seksual di luar nikah atau menyuntikkan obat-obat terlarang
ke tubuhnya, dua jalur utama penularan HIV/AIDS. Pandangan kedua,
mendiamkan. Sebagaimana umumnya masyarakat tradisional, kaum muslim
sungkan dan tabu membicarakan secara terbuka sesuatu yang terkait
dengan seksualitas, termasuk HIV/AIDS.

Ketiga, bingung. Sebagian kaum muslim bertanya, benarkah penyakit
HIV/AIDS merupakan sebentuk hukuman dari Allah? Itukah harga yang
harus dibayar akibat dosa-dosa yang diperbuat? Lantas, mengapa di
negara-negara maju yang kemaksiatannya merajalela justru terjadi
penurunan jumlah ODHA?Pandangan keempat, menyingkirkan. Pergi
jauh-jauh dari kami! Pandangan ini erat kaitannya dengan stigma bahwa
ODHA adalah pelaku promiskuitas seksual. Terakhir, pandangan kelima,
memberi simpati. Kaum muslim yang memilih sikap ini berpandangan bahwa
infeksi HIV bukanlah akhir segalanya. Orang yang terinfeksi tetap bisa
menjalani hidup. ODHA pun masih berkesempatan menjadi seorang muslim
yang baik, sama seperti muslim lainnya. Langkah ke Depan.

Tak perlu dituliskan bahwa pandangan terakhirlah yang hendaknya
dikembangkan serta layak disebarluaskan di kalangan komunitas muslim.
Ada dan meluasnya sikap simpatik—apalagi jika diperkuat dengan
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif—amat mungkin
menjadi faktor kondusif terungkapnya jumlah kasus epidemi HIV/AIDS
yang sebenarnya, bukan cuma puncak gunung esnya saja. Jika demikian,
maka langkah penanganannya menjadi lebih terarah atau bahkan lebih
mudah.Bagi penderita, muslim atau bukan, mengetahui dirinya terbukti
terinfeksi HIV saja sudah merupakan pukulan berat.

Jadi, alih-alih memberi stigma dan sejumlah prasangka lainnya,
doronglah agar ia hidup "normal" saja. Apalagi, saat ini, di
Indonesia, HIV juga telah menimpa orang baik-baik dan "tak berdosa".
Hal ini, misalnya, tergambar dalam "Kick Andy" di Metro TV
(23-11-2006). Dalam acara itu, ditampilkan seorang ibu pengidap HIV.
Virus itu masuk ke dalam tubuhnya melalui sang suami yang pencandu
Narkoba.

Ternyata, diketahui bahwa virus itu pun bersemayam di dalam diri putri
buah hatinya yang saat ini masih duduk di bangku SD.Di Indonesia,
faktor risiko penularan HIV cenderung lebih banyak disebabkan para
pengguna obat terlarang, bukan oleh aktivitas seksual
(http://yaids.com/datakasus%20indo.htm). Dan "survei membuktikan",
sekitar 80% penyebaran HIV di Malaysia terjadi melalui pemakaian
bersama jarum suntik (Abdel-Halim, 2003).Kini, penyebaran HIV/AIDS
telah menjadi dilema seluruh umat manusia. Untuk menghadapi bahaya
besarnya, diperlukan tekad dan kerjasama masyarakat dunia. AIDS telah
menempati urutan keempat sebagai penyebab kematian global. Semenjak
berhasil diidentifikasi pada 1981, sudah lebih dari 22 juta nyawa
terenggut karenanya.

Wabah ini tidak hanya mendatangkan kematian bagi jutaan manusia, ia
pun sekaligus mengantarkan kepada kita jutaan anak yatim yang
ditinggal mati orang tuanya. Ia juga memberatkan beban keuangan
berbagai negara, lebih-lebih negara berkembang seperti Indonesia.
Tahun lalu saja, anggaran penanganan HIV/AIDS Indonesia telah
bertambah empat kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Lantas,
patutkah jika berbagai komponen umat Islam masih bersikap masa bodoh
akan keberadaannya? (Penulis sedang mengerjakan disertasi di Institut
fuer Pharmazeutische Biologie und Biotechnologie, Heinrich-Heine
Universitaet, Duesseldorf, dapat dihubungi lewat
[EMAIL PROTECTED])


=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke