Assalamu'alaikum,

Karena beberapa kali misionaris HMNA ini menebar tuduhan taqiyah kepada 
kalangan Ahmadiyah yang diasumsikannya memiliki "syahadat ketiga dalam dua 
kalimah syahadatain (2 + 1, dua dinyatakan/dipublikasikan, satu dirahasiakan)" 
- maka pikiran dan aksi tuduhan tanpa bukti itu perlu disandingkan dengan 
masalah 'telling not the whole truth' di masa lalu, dimana pada waktu itu 
orang-orang Arab sedang belajar dan diajarkan oleh Nabi SAW tentang ucapan atas 
kepercayaan/keyakinan.

Riwayatnya sebagai berikut:

Ketika Nabi Muhammad s.a.w. mengutus Usamah bin Zaid sebagai komandan sebuah 
pasukan ke daerah suku Juhaina. Usamah dan seorang Anshar menjumpai seseorang 
dari mereka (kaum kafir) dan menyergapnya. Ketika akan dibunuh, orang tersebut 
berkata: "Laa ilaha illalah" (Tiada Tuhan kecuali Allah), namun tetap saja 
dibunuhnya orang itu.

Kejadian itu terdengar dan sampai kepada Rasulullah s.a.w., beliau kemudian 
bertanya kepada Usamah mengapa ia berbuat demikian. Usamah berkata:

"Ya Rasulullah, ia mengucapkan "Laa ilaha illalah" karena untuk memastikan 
dirinya agar selamat." 

Rasulullah s.a.w. bersabda: "Mengapakah engkau tidak membelah hatinya dan 
membukanya untuk memastikan apakah ia berkata itu karena datang dari lubuk 
hatinya yang terdalam atau tidak?" (Diringkas dari Bukhari, Kitab al-Maghazi, 
Bab: Ba'ath al Nabi, Usamah bin Zaid ilal Harqaat min al-Juhaina, hal. 612)

Ini berarti, bagaimanakah Usamah bisa mengetahui apakah orang itu menyatakan 
beriman kepada Allah karena 'telling not the whole truth' (taqiyah) atau 
setulus hatinya? Usamah tidak bisa memastikan, sebab keadaan hati tersembunyi 
dari mata manusia, dan yang mengetahui isi hati hanyalah Allah S.w.t. saja.

Jadi, demikianlah pelajaran berharga dari Nabi s.a.w. untuk misionaris HMNA 
yang rupanya MASIH BELUM BELAJAR ajaran indah Islam, bahwa manusia/kaum itu 
dinilai oleh manusia lain/kaum lainnya dari apa yang dikatakannya dan 
diperbuatnya, bukan atas apa yang ada dalam hatinya.

Salam,
M. A. Suryawan

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurahman" 
<mnur.abdurrah...@...> wrote:

> ************************************************
> HMNA:
> Karena nama saya tercantum dalam Subject: [wanita-muslimah] Re: Ahmadiyah pro 
> : pak HMNA dan pak ALEX mohon komentar. Jadi saya beri komentar tidak dalam 
> hal berdebat dengan Qadianisme yang pakai TAQIYAH (telling not the whole 
> truth), yaitu syahadat ketiga dalam dua kalimah syahadatain. (2 + 1, dua 
> dinyatakan/dipublikasikan, satu dirahasiakan).
> 
> Secara hukum, kekerasan berupa serangan itu bisa disalahkan. Namun secara 
> psikologis, apa yang dilakukan kelompok misionaris Ahmadiyah Qadiyan 
> (Qadianisme) itu harus bisa kita pahami bersama. Agar 'kekerasan pelecehan 
> non-fisik' berupa syahadat (2+1) yang dilancarkan segelintir kelompok 
> misionaris itu tidak terjadi lagi, maka, negara telah turun tangan berupa 
> Surat Keputusan Bersama pada tanggal 9 Juni 2008, oleh Menteri Agama Jaksa 
> Agung Menteri Dalam Negeri tentang Pembekuan Ahmadiyah (Qadiyanisme), antara 
> lain berbunyi:
> Kesatu: 
> Memberi peringatan dan memerintahkan kepada warga masyarakat untuk tidak 
> menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum melakukan 
> penafsiran tentang suatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan 
> kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan keagamaan dari agama itu yang 
> menyimpang dari pokok-pokok ajaran itu. 
> Kedua: 
> Memberi peringatan dan memerintahkan kepada penganut, anggota dan/atau 
> anggota pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), sepanjang mengaku beragama 
> Islam, untuk menghentikan penyebaran penafsiran dan kegiatan yang menyimpang 
> dari pokok-pokok ajaran Agama Islam yaitu penyebaran faham yang mengakui 
> adanya nabi dengan segala ajarannya setelah Nabi Muhammad SAW.
> dst., dst.
> 
> SKB itu adalah tindakan yang adil, sebab ketidak-adilan yang dibangun dalam 
> kasus seperti ini, hanya akan melahirkan 'tirani minoritas' dan akan 
> terus-menerus berulang. Yang lebih berbahaya, dibanding kekerasan fisik, 
> kekerasan non-fisik jauh lebih menyakitkan dan berimplikasi panjang.
> 
> Qadianisme tidak akan diusik, jika bersikap seperti Bahaisme yang juga 
> mengakui Allah dan Nabi Muhamaad SAW, namun tidak pakai label Islam. 
> Qadianisme yang memakai label Islam dalam rumus (2+1), mudah menyusup di 
> antara ummat Islam, dan inilah kekerasan non-fisik, menohok Islam dari dalam.
> 
> Saya angkat ke atas sini / copy paste kalimat terakhir yang di bawah:
> > >   > > > > > Coba saja menyebut diri Agama Akhmadiyah; tak usah pake 
> > > embel2 ISLAM !
> > >   > > > > > Itulah yang diminta golongan yang memojokkan Akhmadiyyah.
> #########################################################################################


Kirim email ke