**IBRAHIM ISA – Catatan Partikeliran**

**Senin, 21 Desember 2009**

**--------------------------------------------------**


*KASUS PRITA MULYASARI – – – *

*JEBOLAN Penting terhadap 'IMPUNITY'*


*Media Indonesia, hari ini a.l memberikan komentar sbb: *

**'Kabar gembira bagi publik'.*** *


*Benar! Menjelang Hari Natal dan Tahun Baru, kalau mau dibilang ada 
berita gembira, maka itu adalah berita kemenangan PRITA MULYASARI. Prita 
Mulyasari adalah seorang ibu rumah tangga 'biasa' (32**^th **) dengan 
dua anak. Yang menonjol ialah bahwa warga Serpong ini, berani membela 
keadilan serta kebenaran yang ia yakin ada padanya. Ia menggugat salah 
diagnosia, serta mengecam rumah sakit Omni Internasional Serpong. Ketika 
ia pasien di situ Prita mendapat perlakuan buruk RS Omni Internasional 
tsb. *


*Prita Mulyasarsi memulai gugatannya sbb: *


*“/Sabtu, 30/08/2008 11:17 WIB
/**/RS Omni Dapatkan Pasien dari Hasil Lab Fiktif /**/
/**/Prita Mulyasari/**/ – suaraPembaca /*



*“**/Jakarta/**/ – Jangan sampai kejadian saya ini akan menimpa ke nyawa 
manusia lainnya. Terutama anak-anak, lansia, dan bayi. Bila anda berobat 
berhati-hatilah dengan kemewahan rumah sakit (RS) dan title 
international karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter maka 
semakin sering uji coba pasien, penjualan obat, dan suntikan./*

/Saya tidak mengatakan semua RS international seperti ini tapi saya 
mengalami kejadian ini di RS Omni International. Tepatnya tanggal 7 
Agustus 2008 jam 20.30 WIB. Saya dengan kondisi panas tinggi dan pusing 
kepala datang ke RS OMNI Internasional dengan percaya bahwa RS tersebut 
berstandard International, yang tentunya pasti mempunyai ahli kedokteran 
dan manajemen yang bagus. /



/Gugataan Prita diakhiri dengan kalimat-kalimat berikut:/

“/Semoga Allah memberikan hati nurani ke Manajemen dan dokter RS Omni 
supaya diingatkan kembali bahwa mereka juga punya keluarga, anak, orang 
tua yang tentunya suatu saat juga sakit dan membutuhkan medis. 
Mudah-mudahan tidak terjadi seperti yang saya alami di RS Omni ini./

/Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah 
karyawan atau dokter atau Manajemen RS Omni. Tolong sampaikan ke dr G, 
dr H, dr M, dan Og bahwa jangan sampai pekerjaan mulia kalian sia-sia 
hanya demi perusahaan Anda. Saya informasikan juga dr H praktek di RSCM 
juga. Saya tidak mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan 
perawatan medis dari dokter ini./

/<Lihat isi surat lengkap seperti terlampir>/



/* * */



*Keluhan dan gugatan Prita Mulyasari itu disampaikannya dalam sepucuk 
surat elektronik (e-mail) kepada teman-temannya. Pada gilirannya 
teman-temannya yang menerima berita itu tersentak oleh 
kesewenang-wenangan dan arogansi RS Omni Internsional. Dari situ timbul 
rasa simpati dan solidaritas mereka dengan Prita. Lalu 
'mensosialisasikan' gugatan Prita itu. Sehingga tersebarlah kasus tsb di 
kalangan masyarakat. Timbul berbagai pernyataan protes. RS Omni 
Internasional Serpong marah, merasa terpojok dan kehilangan muka. *


*Lalu, ---- Lagi-lagi dengan sikap arogan melaporkan Prita kepada Polisi 
serta menggugat Prita ke pengadilan. Perita Mulyasari dituduh 
mencemarkan 'nama baik' RS Omni Internasional Serpong.*


** * **


*Fihak RS Omni Internasional Serpong merasa, bahwa fihak kepolisian dan 
pengadilan ada di fihaknya. Karena, bukankah semua tau, bahwa di negeri 
kita, sejak rezim Orba sudah biasa polisi dan pengadilan itu membela 
yang punya uang. Berfihak pada 'elit' yang kuasa atau ada kaitan dengan 
penguasa. Dan sudah biasa penguasa mempersekusi 'wong cilik'. Maka RS 
Omni Internasional dengan mudah saja 'mengadukan' Prita Mulyasari ke 
Pengadilan.*


*Betul saja! Tidak lama kemudian Polisi menahan Prita. Ia disekap sampai 
sebulan lamanya. Dan Hakim Pengadilan Negeri Tanggerang lalu menjatuhkan 
'vonis dendá' tidak kurang dari Rp. 204 juta. Jumlah itu harus dibayar 
Prita kepada RS Omni Internasional Serpong. *


*Mana bisa, warga biasa seperti Prita Mulyasari akan mampu membayar 
'denda' sebesar itu. Lagipula keputusan hakim Pengadilan Negeri 
Tanggerang itu oleh masyarakat dianggap samasekali tidak adil. Peristiwa 
Prita Mulyasari menggugat RS Omni Internasional, bahwa kemudian Prita 
ditahan polisi, diajukan ke pangadilan kemudian Pengadilan Negeri 
Tanggerang, memutuskan Prita harus membayar 'ganti rugi' kepada RS Omni, 
------ Itu cepat tersebar di kalangan masyarakat. Publik menganggap 
bahwa tindakan polisi dan pengadilan merupakan pelanggaran serius 
terhadap kebebasan menyatakan pendapat.*


*MASYRAKAT KONTAN BERREAKSI. Reaksinya adalah dilancarkannya aksi 
solidaritas membantu Prita dengan mengumpulkan uang recehan. Aksi itu 
terkenal dengan nama gerakan 'KOIN KEADILAN UNTUK PRITA”. *


*Penting sekali bahwa dalam gerakan ini, media internet, kalangan pers 
(tidak semua) ambil bagian aktif dalam kampanye membela Prita Mulyasari. 
Halmana menunjukkan bahwa rasa keadilan masyarakat terkoyak-koyak 
mendengar keputusan hakim Pengadilan Negeri Tanggerang yang memvonis 
Prita Mulyasari membayar Rp 204 juta kepada RS Omni Internasional . *


*Publik menyaksikan betapa lapisan masyarakat yang luas, tidak saja di 
pusat, tetapi juga di berbagai penjuru negeri terlibat dalam gerakan 
“KOIN KEADILAN UNTUK PRITA”. Aksi itu diikuti mulai kaum pemulung, 
warganegara biasa, sampai pekerja kantoran. Menurut berita terakhir koin 
yang terkumpul berjumlah tidak kurang dari Rp 825 juta. Suatu prestasi 
yang jarang terjadi. Luar biasa!*


*Namun yang lebih hebat lagi, bukan sekadar jumlah uang yang terkumpul! 
Yang luar biasa adalah k e b a n g k i t a n r a s a k e a d i l a n dan 
sadar akan haknya di kalangan masyarakat luas, termasuk kalangan luas 
media.*


** * **

* *

*Gerakan “KOIN KEADILAN UNTUK PRITA” telah memberikan tekanan masyarakat 
begitu besar dan berat kepada RS Omni Internasional Serpong. Akhirnya 
tidak ada jalan lain bagi mereka, selain mengambil langkah mundur. 
Diberitakan di media bahwa ***RS Omni Internasional Serpong memutuskan 
mencabut gugatann terhadap Prita Mulyasari.**


** * **


*Peristiwa sekitar kasus PRITA MULYASARI menggugat RS Omni Internasional 
Serpong, yaitu: Sikap dan tindakan sewenang-wenang Polisi menahan Prita 
sampai sebulan; serta keputusan Pengadilan Negeri Tanggerang memvonis 
Prita dengan denda Rp 204 juta, -- menunjukkan bahwa arogansi dan 
kesewenang-wenangan elite (RS Omni Internasional), aparat (polisi ) dan 
lembaga hukum negeri (Pengadilan Negeri Tanggerang), – – - masih saja 
berlangsung terus. Situasi IMPUNITY -ketiadaan hukum dan ketiadaan 
keadilan masih terus saja!*


*Namun, *


*Di lain fihak: Sikap tegas membela keadilan seorang ibu rumah tangga 
biasa, rakyat kecil, seperti Prita Mulyasari, serta pula keberanian 
membela keadilan, merupakan benih-benih kesadaran keadilan dan 
warganegara akan haknya sebagai warganegara. Sikap tegas dan berani 
inilah yang menyulut rasa simpati dan solidaritas teman-temannya. Dan 
akhirnya berkembang meluas ke solidaritas kongkrit lapisan masyrakat 
luas, termasuk persnya.*


*Kasus Prita Mulyasari dan sukses gerakan 'KOIN KEDILAN UNTUK PRIT', 
menunjukkan SUATU JEBOLAN PENTING terhadap situasi dan keadaan IMPUNIY, 
tanpa hukum, dari negeri kita. *


*Juga sepenuhnya wajar tumbuhnya optimisme, bahwa 'hasil kecil', dan 
kesadaran hukum yang menginspirasi 'AKSI KEADILAN UNTUK PRITA', 
berangsur-angsur akan tumbuh dan berkembang menjadi arus besar. Yang 
akhirnya akan mampu mengalahkan arogansi dan kesewewang-wenangan elite, 
aparat dan lembaga pengadilan negeri. *


** * **


**LAMPIRAN : SURAT ELEKTRONIK PRITA MULYASARI.**


*Sabtu, 30/08/2008 11:17 WIB
**RS Omni Dapatkan Pasien dari Hasil Lab Fiktif **
**Prita Mulyasari** – suaraPembaca*



*Jakarta* – Jangan sampai kejadian saya ini akan menimpa ke nyawa 
manusia lainnya. Terutama anak-anak, lansia, dan bayi. Bila anda berobat 
berhati-hatilah dengan kemewahan rumah sakit (RS) dan title 
international karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter maka 
semakin sering uji coba pasien, penjualan obat, dan suntikan.

Saya tidak mengatakan semua RS international seperti ini tapi saya 
mengalami kejadian ini di RS Omni International. Tepatnya tanggal 7 
Agustus 2008 jam 20.30 WIB. Saya dengan kondisi panas tinggi dan pusing 
kepala datang ke RS OMNI Internasional dengan percaya bahwa RS tersebut 
berstandard International, yang tentunya pasti mempunyai ahli kedokteran 
dan manajemen yang bagus.

Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan hasilnya 39 
derajat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya adalah 
thrombosit saya 27.000 dengan kondisi normalnya adalah 200.000. Saya 
diinformasikan dan ditangani oleh dr Indah (umum) dan dinyatakan saya 
wajib rawat inap. dr I melakukan pemeriksaan lab ulang dengan sample 
darah saya yang sama dan hasilnya dinyatakan masih sama yaitu thrombosit 
27.000.

dr I menanyakan dokter specialist mana yang akan saya gunakan. Tapi, 
saya meminta referensi darinya karena saya sama sekali buta dengan RS 
ini. Lalu referensi dr I adalah dr H. dr H memeriksa kondisi saya dan 
saya menanyakan saya sakit apa dan dijelaskan bahwa ini sudah positif 
demam berdarah.

Mulai malam itu saya diinfus dan diberi suntikan tanpa penjelasan atau 
izin pasien atau keluarga pasien suntikan tersebut untuk apa. Keesokan 
pagi, dr H visit saya dan menginformasikan bahwa ada revisi hasil lab 
semalam. Bukan 27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa dilakukan revisi?). 
Saya kaget tapi dr H terus memberikan instruksi ke suster perawat supaya 
diberikan berbagai macam suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa izin 
pasien atau keluarga pasien.

Saya tanya kembali jadi saya sakit apa sebenarnya dan tetap masih sama 
dengan jawaban semalam bahwa saya kena demam berdarah. Saya sangat 
khawatir karena di rumah saya memiliki 2 anak yang masih batita. Jadi 
saya lebih memilih berpikir positif tentang RS dan dokter ini supaya 
saya cepat sembuh dan saya percaya saya ditangani oleh dokter 
profesional standard Internatonal.

Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai macam suntikan yang setiap 
suntik tidak ada keterangan apa pun dari suster perawat, dan setiap saya 
meminta keterangan tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Lebih 
terkesan suster hanya menjalankan perintah dokter dan pasien harus 
menerimanya. Satu boks lemari pasien penuh dengan infus dan suntikan 
disertai banyak ampul.

Tangan kiri saya mulai membengkak. Saya minta dihentikan infus dan 
suntikan dan minta ketemu dengan dr H. Namun, dokter tidak datang sampai 
saya dipindahkan ke ruangan. Lama kelamaan suhu badan saya makin naik 
kembali ke 39 derajat dan datang dokter pengganti yang saya juga tidak 
tahu dokter apa. Setelah dicek dokter tersebut hanya mengatakan akan 
menunggu dr H saja.

Esoknya dr H datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke suster untuk 
memberikan obat berupa suntikan lagi. Saya tanyakan ke dokter tersebut 
saya sakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena virus udara. Saya 
tanyakan berarti bukan kena demam berdarah. Tapi, dr H tetap menjelaskan 
bahwa demam berdarah tetap virus udara. Saya dipasangkan kembali infus 
sebelah kanan dan kembali diberikan suntikan yang sakit sekali.

Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul sekaligus dan saya terserang 
sesak napas selama 15 menit dan diberikan oxygen. Dokter jaga datang 
namun hanya berkata menunggu dr H saja.

Jadi malam itu saya masih dalam kondisi infus. Padahal tangan kanan saya 
pun mengalami pembengkakan seperti tangan kiri saya. Saya minta dengan 
paksa untuk diberhentikan infusnya dan menolak dilakukan suntikan dan 
obat-obatan.

Esoknya saya dan keluarga menuntut dr H untuk ketemu dengan kami. Namun, 
janji selalu diulur-ulur dan baru datang malam hari. Suami dan 
kakak-kakak saya menuntut penjelasan dr H mengenai sakit saya, suntikan, 
hasil lab awal yang 27.000 menjadi revisi 181.000 dan serangan sesak 
napas yang dalam riwayat hidup saya belum pernah terjadi.  Kondisi saya 
makin parah dengan membengkaknya leher kiri dan mata kiri.

dr H tidak memberikan penjelasan dengan memuaskan. Dokter tersebut malah 
mulai memberikan instruksi ke suster untuk diberikan obat-obatan kembali 
dan menyuruh tidak digunakan infus kembali. Kami berdebat mengenai 
kondisi saya dan meminta dr H bertanggung jawab mengenai ini dari hasil 
lab yang pertama yang seharusnya saya bisa rawat jalan saja. dr H 
menyalahkan bagian lab dan tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan.

Keesokannya kondisi saya makin parah dengan leher kanan saya juga mulai 
membengkak dan panas kembali menjadi 39 derajat. Namun, saya tetap tidak 
mau dirawat di RS ini lagi dan mau pindah ke RS lain. Tapi, saya 
membutuhkan data medis yang lengkap dan lagi-lagi saya dipermainkan 
dengan diberikan data medis yang fiktif.

Dalam catatan medis diberikan keterangan bahwa bab (buang air besar) 
saya lancar padahal itu kesulitan saya semenjak dirawat di RS ini tapi 
tidak ada follow up-nya sama sekali. Lalu hasil lab yang diberikan 
adalah hasil thrombosit saya yang 181.000 bukan 27.000.

Saya ngotot untuk diberikan data medis hasil lab 27.000 namun sangat 
dikagetkan bahwa hasil lab 27.000 tersebut tidak dicetak dan yang 
tercetak adalah 181.000. Kepala lab saat itu adalah dr M dan setelah 
saya komplain dan marah-marah dokter tersebut mengatakan bahwa catatan 
hasil lab 27.000 tersebut ada di Manajemen Omni. Maka saya desak untuk 
bertemu langsung dengan Manajemen yang memegang hasil lab tersebut.

Saya mengajukan komplain tertulis ke Manajemen Omni dan diterima oleh 
Og(Customer Service Coordinator) dan saya minta tanda terima. Dalam 
tanda terima tersebut hanya ditulis saran bukan komplain. Saya 
benar-benar dipermainkan oleh Manajemen Omni dengan staff Og yang tidak 
ada service-nya sama sekali ke customer melainkan seperti mencemooh 
tindakan saya meminta tanda terima pengajuan komplain tertulis.

Dalam kondisi sakit saya dan suami saya ketemu dengan Manajemen. Atas 
nama Og (Customer Service Coordinator) dan dr G (Customer Service 
Manager) dan diminta memberikan keterangan kembali mengenai kejadian 
yang terjadi dengan saya.

Saya benar-benar habis kesabaran dan saya hanya meminta surat pernyataan 
dari lab RS ini mengenai hasil lab awal saya adalah 27.000 bukan 
181.000. Makanya saya diwajibkan masuk ke RS ini padahal dengan kondisi 
thrombosit 181.000 saya masih bisa rawat jalan.

Tanggapan dr G yang katanya adalah penanggung jawab masalah komplain 
saya ini tidak profesional sama sekali. Tidak menanggapi komplain dengan 
baik. Dia mengelak bahwa lab telah memberikan hasil lab 27.000 sesuai dr 
M informasikan ke saya. Saya minta duduk bareng antara lab, Manajemen, 
dan dr H. Namun, tidak bisa dilakukan dengan alasan akan dirundingkan ke 
atas (Manajemen) dan berjanji akan memberikan surat tersebut jam 4 sore.

Setelah itu saya ke RS lain dan masuk ke perawatan dalam kondisi saya 
dimasukkan dalam ruangan isolasi karena virus saya ini menular. Menurut 
analisa ini adalah sakitnya anak-anak yaitu sakit gondongan namun sudah 
parah karena sudah membengkak. Kalau kena orang dewasa laki-laki bisa 
terjadi impoten dan perempuan ke pankreas dan kista.

Saya lemas mendengarnya dan benar-benar marah dengan RS Omni yang telah 
membohongi saya dengan analisa sakit demam berdarah dan sudah diberikan 
suntikan macam-macam dengan dosis tinggi sehingga mengalami sesak 
napas.  Saya tanyakan mengenai suntikan tersebut ke RS yang baru ini dan 
memang saya tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga terjadi 
sesak napas.

Suami saya datang kembali ke RS Omni menagih surat hasil lab 27.000 
tersebut namun malah dihadapkan ke perundingan yang tidak jelas dan 
meminta diberikan waktu besok pagi datang langsung ke rumah saya. 
Keesokan paginya saya tunggu kabar orang rumah sampai jam 12 siang belum 
ada orang yang datang dari Omni memberikan surat tersebut.

Saya telepon dr G sebagai penanggung jawab kompain dan diberikan 
keterangan bahwa kurirnya baru mau jalan ke rumah saya. Namun, sampai 
jam 4 sore saya tunggu dan ternyata belum ada juga yang datang ke rumah 
saya. Kembali saya telepon dr G dan dia mengatakan bahwa sudah dikirim 
dan ada tanda terima atas nama Rukiah.

Ini benar-benar kebohongan RS yang keterlaluan sekali. Di rumah saya 
tidak ada nama Rukiah. Saya minta disebutkan alamat jelas saya dan 
mencari datanya sulit sekali dan membutuhkan waktu yang lama. LOgkanya 
dalam tanda terima tentunya ada alamat jelas surat tertujunya ke mana 
kan? Makanya saya sebut Manajemen Omni pembohon besar semua. Hati-hati 
dengan permainan mereka yang mempermainkan nyawa orang.

Terutama dr G dan Og, tidak ada sopan santun dan etika mengenai 
pelayanan customer, tidak sesuai dengan standard international yang RS 
ini cantum.

Saya bilang ke dr G, akan datang ke Omni untuk mengambil surat tersebut 
dan ketika suami saya datang ke Omni hanya dititipkan ke resepsionis 
saja dan pas dibaca isi suratnya sungguh membuat sakit hati kami.

Pihak manajemen hanya menyebutkan mohon maaf atas ketidaknyamanan kami 
dan tidak disebutkan mengenai kesalahan lab awal yang menyebutkan 27.000 
dan dilakukan revisi 181.000 dan diberikan suntikan yang mengakibatkan 
kondisi kesehatan makin memburuk dari sebelum masuk ke RS Omni.

Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan surat tersebut? Karena saya 
ingin tahu bahwa sebenarnya hasil lab 27.000 itu benar ada atau fiktif 
saja supaya RS Omni mendapatkan pasien rawat inap.

Dan setelah beberapa kali kami ditipu dengan janji maka sebenarnya 
adalah hasil lab saya 27.000 adalah fiktif dan yang sebenarnya saya 
tidak perlu rawat inap dan tidak perlu ada suntikan dan sesak napas dan 
kesehatan saya tidak makin parah karena bisa langsung tertangani dengan 
baik.

Saya dirugikan secara kesehatan. Mungkin dikarenakan biaya RS ini dengan 
asuransi makanya RS ini seenaknya mengambil limit asuransi saya 
semaksimal mungkin. Tapi, RS ini tidak memperdulikan efek dari 
keserakahan ini.

Sdr Og menyarankan saya bertemu dengan direktur operasional RS Omni (dr 
B). Namun, saya dan suami saya sudah terlalu lelah mengikuti permainan 
kebohongan mereka dengan kondisi saya masih sakit dan dirawat di RS lain.

Syukur Alhamdulilah saya mulai membaik namun ada kondisi mata saya yang 
selaput atasnya robek dan terkena virus sehingga penglihatan saya tidak 
jelas dan apabila terkena sinar saya tidak tahan dan ini membutuhkan 
waktu yang cukup untuk menyembuhkan.

Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan hidup dan nasibnya 
masing-masing. Benar. Tapi, apabila nyawa manusia dipermainkan oleh 
sebuah RS yang dipercaya untuk menyembuhkan malah mempermainkan sungguh 
mengecewakan.

Semoga Allah memberikan hati nurani ke Manajemen dan dokter RS Omni 
supaya diingatkan kembali bahwa mereka juga punya keluarga, anak, orang 
tua yang tentunya suatu saat juga sakit dan membutuhkan medis. 
Mudah-mudahan tidak terjadi seperti yang saya alami di RS Omni ini.

Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah 
karyawan atau dokter atau Manajemen RS Omni. Tolong sampaikan ke dr G, 
dr H, dr M, dan Og bahwa jangan sampai pekerjaan mulia kalian sia-sia 
hanya demi perusahaan Anda. Saya informasikan juga dr H praktek di RSCM 
juga. Saya tidak mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan 
perawatan medis dari dokter ini.

Salam,
*Prita Mulyasari
Alam Sutera
prita.mulyas...@yahoo.com
081513100600*











* *




[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com 
    wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke